Nilai Rasa Merasa Bersalah

4.2.2.16 Nilai Rasa Merasa Bersalah

Nilai rasa merasa bersalah adalah nilai rasa yang timbul karena adanya kekeliruan atau kesalahan. Nilai rasa merasa bersalah pada Karikatur Koran Tempo hanya ditemukan 1 karikatur. Data tersebut yaitu: “Kami akan lakukan evaluasi terlebih dahulu” NR.KKT,0912014 Konteks : Sejumlah sekolah dinilai belum siap menerima kurikulum 2013. Banyak guru yang merasa kesulitan menerapkan dan memberi penilaian terhadap siswa. Karikatur di atas dipersepsi memiliki nilai rasa merasa bersalah. Nilai rasa merasa bersalah dimunculkan melalui unsur intralingual berupa kalimat : Kami akan lakukan evaluasi terlebih dahulu. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa bersalah karena penutur merasa penerapan Kurikulum 2013 ini gagal, sehingga harus dilakukan evaluasi kembali. Nilai rasa merasa bersalah menjadi semakin kuat ketika muncul unsur ekstralingual berupa pemberian gembok di buku Kurikulum 2013. Unsur ekstralingual berupa konteks dimunculkan melalui fenomena praanggapan bahwa gembok dipersepsi sebagai alat untuk mengunci. Di dalam konteks ini gembok dimaksudkan untuk mengunci atau menutup Kurikulum 2013 terlebih dahulu dengan melakukan evaluasi- evaluasi. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan indikator kesantunan menurut Leech 1983 tentang maksim kerendahan hati, yaitu dengan cara meminimalkan pujian kepada diri sendiri dan berani mengakui kelemahannya, sehingga akan dilaksanakan evaluasi terlebih dahulu. Berdasarkan contoh karikatur yang memiliki kadar nilai rasa merasa bersalah di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur intralingual yang dimunculkan nilai rasa merasa bersalah ialah kalimat. Kalimat karikatur yang bernilai rasa merasa bersalah dimaknai mengandung kadar kekecewaan, namun kekecewaan itu disadari penutur karena kesalahannya sendiri. Hal inilah yang menjadikan penanda bahwa nilai rasa merasa bersalah memiliki bentuk tuturan yang santun karena munculnya sifat rendah hati, yaitu tuturan selalu memperlihatkan rasa ketidakmampuan penutur di hadapan mitra tutur.

4.2.2.17 Nilai Rasa Salah Paham

Dokumen yang terkait

Unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada ``Catatan Pinggir`` Majalah Tempo Edisi Januari - September 2013 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 2 2

Fenomena deiksis pada rubrik opini di harian koran Tempo edisi September-Desember 2015.

0 11 383

Unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa sebagai penanda kesantunan berkomunikasi pada top news di Metro TV bulan November-Desember 2014.

3 49 352

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada acara Sentilan Sentilun Metro TV periode Agustus dan September 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 1 391

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada dialog interaktif Indonesia Lawyers Club Tv One periode November 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 1 317

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada prosa lirik Pengakuan Pariyem sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 0 315

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada tuturan berita politik koran Kompas edisi September - Oktober 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 7 307

Daya bahasa pada iklan dalam majalah Tempo November dan Desember 2012.

0 0 155

Kesantunan Mahasiswa Dalam Berkomunikasi bahasa

0 0 6

B 02 Daya Bahasa dan Nilai Rasa Bahasa Sebagai Penanda Kesantunan Dalam Berkomunikasi

0 0 20