meneropong calon menteri kabinet Jokowi. Tuturan tersebut terasa santun karena
memberikan keuntungan bagi banyak pihak. Unsur ekstralingual yang terdapat dalam nilai rasa takut-cemas ialah raut
wajah menyelidiki, sikap penutur yang membelakangi mitra tutur, mengerutkan dahi sambil meletakkan jari telunjuk di pipi, raut wajah tercengang sambil sedikit
melongo, dan menggaruk-garuk kepala. Untuk Santun dan tidaknya suatu tuturan dapat diketahui melalui konteks tuturan itu sendiri.
4.2.2.7 Nilai Rasa Bahagia senang, berbahagia, gembira, puas
Nilai rasa gembira adalah kadar perasaan yang muncul karena terbebas dari segala keadaan yang menyusahkan. Nilai rasa gembira pada Karikatur Koran
Tempo ditemukan sejumlah 5 karikatur. Data tersebut disajikan sebagai berikut.
1. “Komunikasi semakin mudah..” NR.KKT,1410014
Konteks : Mark Zuckerberg, pemilik sekaligus pendiri Facebook berkunjung ke Indonesia dan menawarkan proyek internet murah untuk masyarakat
Indonesia agar semua kalangan bisa mengakses aplikasi facebook.
2.
“Don‟t forget to remember me..” NR.KKT,1710014 Konteks : Pemerintahan presiden SBY berakhir.
3.
“Selamat datang bu” NR.KKT,2910014 Konteks : Susi Pudjiastuti dilantik menjadi menteri kelautan dan perikanan
yang baru.
4. “BEBAAS” NR.KKT,0212014
Konteks : Pollycarpus Budihari Prianto, terpidana kasus pembunuhan aktivis HAM Munir Said Talib, telah dibebaskan pada Jumat, 28 November 2014.
Karikatur 1 dipersepsi mengandung kadar nilai rasa bahagia karena penutur merasa gembira atas kunjungan Mark Zuckerberg, pemilik sekaligus
pendiri Facebook ke Indonesia dan menawarkan proyek internet murah untuk
masyarakat Indonesia, bahkan bagi masyarakat yang tinggal di perkampungan.
Nilai rasa gembira tersebut dimunculkan melalui unsur intralingual berupa kalimat : Komunikasi semakin mudah. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai
rasa gembira karena dimaknai sebagai kegiatan yang bertambah gampang untuk
dilaksanakan, sehingga dapat menciptakan suasana yang bahagia. Nilai rasa gembira menjadi semakin kuat ketika
muncul unsur ekstralingual berupa ekspresi wajah penutur yang tersenyum, dan mata
berbinar-binar. Unsur ekstralingual berupa
konteks dimunculkan melalui fenomena praanggapan bahwa aplikasi facebook
dapat mempermudah komunikasi. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan indikator kesantunan menurut Leech dalam
Pranowo, 2012:103, tentang maksim pujian, bahwa penutur memberikan pujian kepada mitra tutur. Pujian dalam konteks ini ialah bahwa mitra tutur telah
memberikan kemudahan bagi penutur dan masyarakat luas. Sama halnya karikatur 2 yang juga dipersepsi mengandung kadar nilai
rasa bahagia. Hal ini ditunjukkan karena penutur SBY merasa senang pernah menjadi pemimpin bangsa Indonesia dan berharap rakyat Indonesia selalu
mengingatnya, apapun profesinya nanti. Nilai rasa bahagia tersebut dimunculkan melalui unsur intralingual berupa kalimat :
Don’t forget to remember me, yang dalam bahasa Indonesia berarti jangan lupa untuk
ingat saya. Nilai rasa bahagia menjadi semakin
kuat ketika muncul unsur ekstralingual berupa ekspresi wajah penuturr SBY yang tersenyum sambil bernyanyi ketika berjalan meninggalkan gedung
pemerintahan. Unsur ekstralingual berupa konteks dimunculkan melalui fenomena
praanggapan bahwa pemerintahan SBY telah berakhir. Tuturan tersebut dianggap
sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan indikator kesantunan menurut Pranowo 2012:103 tentang adu rasa. Tuturan tersebut menimbulkan
kesepahaman antara penutur dengan mitra tutur, khususnya bagi masyarakat Indonesia. Sikap yang ditunjukkan pun terkesan santai dan santun.
Karikatur 3 dipersepsi mengandung kadar nilai rasa bahagia karena Indonesia memiliki menteri kelautan dan perikanan yang baru, yang mempunyai
sikap yang unik tetapi bertanggung jawab, yaitu Susi Pudjiastuti. Nilai rasa bahagia tersebut dimunculkan melalui unsur intralingual berupa kalimat : Selamat
datang bu. Nilai rasa bahagia menjadi semakin kuat ketika
muncul unsur ekstralingual berupa loncatan ikan-ikan di laut sebagai tanda kegembiraan
atas menteri perikanan yang baru. Selain itu juga ditandai oleh ekspresi wajah Susi Pudjiastuti yang tersenyum bahagia. Unsur
ekstralingual berupa konteks dimunculkan melalui fenomena praanggapan bahwa
cara berpenampilan Susi unik, tetapi mempunyai sikap yang bertanggung jawab. Tuturan tersebut dianggap sebagai tuturan yang santun karena sesuai dengan
indikator kesantunan menurut Leech dalam Pranowo, 2012:103 tentang maksim pertimbangan. Di dalam konteks ini penutur mengungkapkan rasa senangnya
kepada mitra tutur atas terpilihnya menjadi menteri kelautan dan perikanan yang baru.
Karikatur 4 juga mengandung kadar nilai rasa bahagia karena penutur merasa puas. Peneutur puas karena telah terbebas dari hukuman penjara atas kasus
pembunuhan aktivis HAM Munir Said Talib. Nilai rasa bahagia tersebut dimunculkan melalui unsur intralingual berupa kalimat : bebaas.
Nilai rasa puas menjadi semakin kuat ketika muncul unsur ekstralingual berupa ekspresi
wajah puas penutur yang tersenyum sambil mengangkat kedua tangannya sebagai tanda
bebas dari besi borgol. Unsur ekstralingual berupa konteks dimunculkan melalui
fenomena praanggapan bahwa Pollycarpus Budihari Prianto bersalah, dan
seharusnya mendapat hukuman yang setimpal dengan perbuatannya. Tuturan dalam karikatur tersebut dianggap sebagai tuturan yang tidak santun karena
berlawanan dengan indikator kesantunan menurut Pranowo dalam Pranowo, 2012:104 tentang sikap tepa selira. Di dalam konteks ini, tuturan yang
mengungkapkan rasa puas tersebut hanya dirasakan oleh penutur saja, sedangkan mitra tutur merasakan hal yang berbeda. Penutur merasa puas atas terbebasnya
dari hukuman penjara dengan menggunakan pembebasan bersyarat, padahal mitra tutur menginginkan untuk dihukum setimpal dengan perbuatannya.
Berdasarkan keempat contoh karikatur yang memiliki kadar nilai rasa bahagia di atas, dapat disimpulkan bahwa karikatur yang bernilai rasa bahagia
dapat ditunjukkan melalui ungkapan rasa bahagia, senang, gembira, dan puas.
Unsur intralingual yang dapat memunculkan nilai rasa bahagia ialah frasa dan kalimat. Unsur intralingual tersebut dapat menjadi penanda kesantunan apabila
disertai unsur ekstralingual berupa konteks. Tuturan karikatur yang bernilai rasa bahagia ternyata juga memperlihatkan bentuk bahasa yang tidak santun. Hal ini
dapat dilihat melalui konteks tuturannya. Nilai rasa bahagia yang tergolong santun dapat ditandai dengan rasa gembira yang dirasakan oleh penutur dan mitra tutur.
Jika rasa bahagia hanya dirasakan oleh salah satu pihak saja, maka tuturan tersebut dikatakan tidak santun, karena salah satu pihak pasti merasa dirugikan.
Nilai rasa bahagia yang santun akan semakin jelas terlihat apabila muncul unsur ekstralingual, misalnya berupa raut wajah senang dengan tersenyum, mata
berbinar-binar, bernyanyi-nyanyi. Nilai rasa bahagia dikatakan tidak santun apabila tuturan dirasa berpuas diri atas nasib baik diri sendiri, tanpa
memperhatikan mitra tutur, mau pun masyarakat luas.
4.2.2.8 Nilai Rasa Sombong sombong, bangga