Kajian Nilai Rasa Bahasa

terhadap subjek karena yang meninggal dunia biasanya orang-orang besar ternama.

2.2.6 Kajian Nilai Rasa Bahasa

Nilai rasa bahasa merupakan kadar perasaan yang terkandung dalam suatu tuturan karena penutur mengungkapkan domain afektifnya menggunakan bahasa dalam berkomunikasi sehingga mitra tutur dapat menyerap kadar perasaan yang terdapat dalam tuturan. Joko Pradopo 2002 menyinggung sedikit tentang nilai rasa bahasa. Nilai rasa bahasa dapat muncul melalui unsur intralingual seperti permainan bunyi, kata, gaya bahasa, ungkapan, dan konteks bahasa. Singkatnya, nilai rasa bahasa ialah kadar perasaan dalam berkomunikasi. Perasaan itu bisa berupa rasa senang, sedih, kecewa, marah, bingung, dan lain-lain. Perasaan seseorang dapat terlihat dari bahasa verbal, bahasa nonverbal, dan konteksnya. Bahasa verbal dapat terlihat dari diksi atau pilihan katanya, bahasa nonverbal dapat terlihat dari ekspresi wajah, sedangkan konteks dapat terlihat setelah kita mengetahui maksud suatu tuturan dengan memperhatikan berbagai aspek pragmatik, seperti praanggapan, tindak tutur, dan implikatur. Nilai rasa adalah kadar rasa yang tercantum dalam isi kata itu Poerwadarminta, 1967:34. Rasa maksudnya ialah sekalian gerakan hati, segala yang terasa dalam batin; seperti sedih, senang, suka, duka, benci, mengejek, menghina, hormat, segan, dan sebagainya. Kata-kata umum yang sudah dianggap bernilai rasa, misalnya: mampus, wafat, gugur. Jadi, nilai rasa bahasa seseorang dapat dilihat dari diksi atau pilihan katanya. Menurut Poerwadarminta 1967:35-36, ciri-ciri kata yang memiliki nilai rasa yaitu menggunakan: 1. Kata rasa perasaan Kata-kata yang bernilai rasa perasaan memiliki ciri menggunakan kata-kata perasaan, seperti senang, sedih, benci, marah, kecewa, jengkel, belas kasihan, menghina, dan sebagainya. 2. Kata pelembut Kata-kata yang bernilai rasa halus atau lembut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: a. Nilai rasa hormat Kata-kata yang bernilai rasa hormat memiliki ciri menggunakan kata-kata hormat, misalnya: Anda, beliau, dan sebagainya. b. Nilai rasa menghargai Kata-kata yang bernilai rasa menghargai memiliki ciri menggunakan kata-kata halus, misalnya: istri, mengandung, jenazah, dan sebagainya. c. Nilai rasa khawatir terjadi sesuatu Kata-kata yang bernilai rasa khawatir terjadi sesuatu memiliki ciri menggunakan kata pantang, misalnya: akar untuk menyebut ular di malam hari. 3. Nilai rasa kasar Kata-kata yang bernilai rasa kasar adalah kata-kata yang pada umumnya dianggap kasar. Kata-kata ini umumnya adalah sebagai ungkapan perasaan marah, benci, sakit hati, mendongkol, dan sebagainya. Misalnya kata tolol. Kata tolol memiliki makna dan maksud. Makna yaitu arti kata tersebut, sedangkan maksud terdapat pada isi kata tersebut. Maksud dan nilai rasa kadar perasaan dapat ditemukan dalam isi kata. 4. Kata Bunyi Kata ini hanya berkadar bunyi seperti: desis, dentang, sir, dan sebagainya. Untuk mengetahui perasaan seseorang, kita perlu menganalisis emosi yang dikeluarkan melalui tingkah laku mau pun kata-katanya. Suprapti,dkk dalam Kaswanti Purwo 1992:110-112, mengelompokkan kata emosi pada manusia menjadi 28 macam, yaitu malas, kelelahan, kesedihan, pesimis, takut, heran, tertekan, marah, benci, bersalah, malu, muak, bosan, sunyi, kekosongan, kedamaian-kebahagiaan, bebas, cinta, kangen, terasing, dipaksa-dibohongi, dicintai, yakin-optimis, sehat, perasaan terhadap makanan, keinginan, menerima, dan rasa kecil. 1. Malas-acuh: Acuh, ogah, ogah-ogahan, segan, wegah, males, enggan. 2. Kelelahan: Letih, cape, penat, lemes, pegal, pusing, pucat, sakit, perih, kesemutan, gatal, ngantuk, lesu, pening, nyeri, dan getir. 3. Kesedihan: Pilu, sedih, haru, terharu, trenyuh, kasihan, ngenes, tergugah, prihatin, syahdu, susah, pedih, sendu, duka, iba, dan masygul. 4. Perasaan pesimis depresif: Nelangsa, merana, malang, sial, sia-sia, putus asa, pesimis, kehilangan pegangan, hina, kalah, apes, putus harapan, dan patah semangat. 5. Takut-cemas: Kacau, bingung, gugup, gemetaran, tegang, cemas, gelisah, risau, was-was, kuatir, bimbang, ragu-ragu, sangsi, panik, takut, ngeri, gentar, curiga, ruwet, sewen, berdebar-debar, resah, ragu, seram, dan nanar. 6. Heran: Kaget, heran, tercengang, terpukau, takjub, kagum, seperti mimpi, terkejut, dan terpaku. 7. Tertekan: Terdorong, terdesak, terpaksa, terkekang, terhambat, tertindas, terinjak, terpukul, tersinggung, tersindir, tersudut, terancam, terikat, terbanting, dan terhina. 8. Marah: Sakit hati, jengkel, keki, kesal, dongkol, gedeg, geram, sebal, cape hati, kecewa, marah, pitam, darah pendidih, kelap, sengit, panas, mangkel, gondok, naik darah, dan amarah. 9. Benci: Dendam, cemburu, iri, benci, antipati, sentimen, dan tidak menghargai. 10. Bersalah: Bersalah, salah, dosa, menyesal, dan sesal. 11. Malu: Malu, sungkan, kikuk, kaku, risi, dan jengah. 12. Muak: Gilo, jijik, enak, mual, muak, dan senep. 13. Bosan: Jeleh, jenuh, jemu, dan bosan. 14. Sunyi: Kesepian, sepi, dan kehilangan. 15. Kekosongan: Hampa, kosong, hambar, dan dingin. 16. Kedamaian-kebahagiaan: Adhem, nyaman, aman, tentram, selamat, terlindungi, enak, nikmat, asyik, betah, rileks, santai, gembira, riang, senang, besar hati, bangga, bahagia, ayem, tenang, damai, dan girang. 17. Bebas: Lega, plong, lapang, puas, untung, ringan, dan terlepas. 18. Cinta: Suka, simpati, tertarik, cinta, sayang, dhemen, dan kasih. 19. Kangen: Rindu, kangen, dan terkenang. 20. Terasing: Terasing, terkucil, tak dihiraukan, diabaikan, dan asing. 21. Dipaksa-dibohongi: Dipaksa, diburu-buru, diadu domba, ditipu, dikibuli, dininabobokan, dan dibodohi. 22. Dicintai: Terbelai, tersanjung, diperhatikan, disayangi, dibutuhkan, dipercaya, dan dicintai. 23. Yakin optimis: Yakin, optimis, kuat, cukup, dan mantep. 24. Sehat: Segar, sehat, dan sadar. 25. Perasaan terhadap makanan: Kenyang, lapar, dan haus. 26. Keinginan: Bernafas, ngantuk, dan ingin. 27. Menerima Ikhlas, rela, pasrah, dan bersyukur. 28. Rasa kecil: Sempit dan kecil.

2.2.7 Fungsi Komunikatif Bahasa

Dokumen yang terkait

Unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada ``Catatan Pinggir`` Majalah Tempo Edisi Januari - September 2013 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 2 2

Fenomena deiksis pada rubrik opini di harian koran Tempo edisi September-Desember 2015.

0 11 383

Unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa sebagai penanda kesantunan berkomunikasi pada top news di Metro TV bulan November-Desember 2014.

3 49 352

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada acara Sentilan Sentilun Metro TV periode Agustus dan September 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 1 391

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada dialog interaktif Indonesia Lawyers Club Tv One periode November 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 1 317

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada prosa lirik Pengakuan Pariyem sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 0 315

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada tuturan berita politik koran Kompas edisi September - Oktober 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 7 307

Daya bahasa pada iklan dalam majalah Tempo November dan Desember 2012.

0 0 155

Kesantunan Mahasiswa Dalam Berkomunikasi bahasa

0 0 6

B 02 Daya Bahasa dan Nilai Rasa Bahasa Sebagai Penanda Kesantunan Dalam Berkomunikasi

0 0 20