Nilai Rasa Egoistis Analisis Penggunaan Unsur Intralingual dan Ekstralingual dalam Nilai Rasa

sehingga tuturan tersebut dimaksudkan untuk menantang mitra tutur. Unsur ekstralingual berupa tanda ketubuhan yang ditunjukkan oleh kedua karikatur tersebut jelas memperlihatkan bahwa penutur berada dalam keadaan yang tidak stabil, dan lebih cenderung emosional. Berdasarkan kedua contoh karikatur yang memiliki kadar nilai rasa benci di atas, dapat disimpulkan bahwa karikatur yang bernilai rasa benci dapat dilatar belakangi adanya unsur perasaan dendam dan iri. Karikatur yang bernilai rasa benci selalu memperlihatkan bentuk tuturan yang tidak santun. Hal ini dapat dilihat melalui penggunaan unsur intralingual berupa kalimat yang dirasa mengandung ancaman bagi mitra tutur. Unsur intralingual untuk memunculkan nilai rasa sombong tersebut semakin diperkuat oleh unsur ekstralingual berupa cara penutur menyampaikan tuturannya yang selalu didorong rasa emosi ketika bertutur. Misalnya ditunjukkan dengan raut wajah yang sinis, dahi berkerut, dan berkacak pinggang.

4.2.2.10 Nilai Rasa Egoistis

Nilai rasa egoistis adalah kadar perasaan yang muncul karena seseorang lebih mementingkan diri sendiri atau bersifat egois. Nilai rasa egoistis pada Karikatur Koran Tempo hanya ditemukan sejumlah 2 karikatur. Data tersebut disajikan sebagai berikut. 1. “Ayo kita minum Migas sampai habis” NR.KKT,0809014 Konteks : Kembali maraknya kasus penjualan Bahan Bakar Minyak BBM bersubsidi ilegal di Batam sejak 2008 yang dilakukan oleh para pejabat. 2. “Enak ya rasanya menikmati kekuasaan?” NR.KKT,0910014 Konteks : Banyak pejabat yang dengan sengaja memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadi. Karikatur 1 memiliki nilai rasa egoistis karena penutur dinilai serakah. Penutur dianggap telah menguasai minyak dan gas negara dengan cara menjualnya dengan harga yang murah. Nilai rasa egoistis dimunculkan melalui unsur intralingual berupa kalimat : Ayo kita minum Migas sampai habis Nilai rasa egoistis menjadi semakin kuat ketika muncul unsur ekstralingual berupa ekspresi wajah yang bersemangat dari para mafia dengan berlomba-lomba menyedot minyak dan gas. Unsur ekstralingual berupa konteks dimunculkan melalui fenomena praanggapan bahwa kasus penjualan BBM bersubsidi ilegal semakin marak terjadi. Sama halnya dengan karikatur 2 yang juga dipersepsi memiliki nilai rasa egoistis. Nilai rasa egoistis dimunculkan melalui unsur intralingual berupa kalimat : Enak ya rasanya menikmati kekuasaan. Kalimat tersebut dipersepsi sebagai nilai rasa egoistis karena dimaknai sebagai proses mengalami sesuatu yang memuaskan, yaitu dengan cara menguasai masyarakat dengan memanfaatkan kekuasaan yang dimilikinya. Hal ini tentu akan merugikan masyarakat luas, dan hanya akan menguntungkan dirinya sendiri. Nilai rasa egoistis menjadi semakin kuat ketika muncul unsur ekstralingual berupa ekspresi para pejabat yang serakah memakan kekuasaan sebagai tanda bahwa orang itu memanfaatkan kekuasaannya untuk mementingkan kepentingan pribadinya. Unsur ekstralingual berupa konteks dimunculkan melalui fenomena praanggapan bahwa banyak pejabat yang memanfaatkan kekuasaannya demi meraih keuntungan pribadi. Tuturan dalam karikatur 1 dan karikatur 2 tersebut dianggap sebagai tuturan yang tidak santun karena dianggap memberikan keuntungan bagi dirinya sendiri, sehingga hal ini berlawanan dengan indikator kesantunan menurut Leech dalam Pranowo 2012:103, tentang maksim kebijaksanaan. Tuturan tersebut dipersepsi hanya memberi keuntungan bagi penutur saja, sehingga mitra tutur mau pun masyarakat pada umumnya merasa dirugikan. Berdasarkan kedua contoh karikatur yang memiliki kadar nilai rasa egoistis di atas, dapat disimpulkan bahwa karikatur yang bernilai rasa egoistis dapat ditunjukkan melalui sikap serakah dan ingin menang sendiri. Karikatur yang bernilai rasa egoistis selalu memperlihatkan bentuk tuturan yang tidak santun. Unsur intralingual yang memunculkan nilai rasa egoistis ialah kalimat. Unsur intralingual berupa kalimat yang mengandung nilai rasa egoistis tersebut akan semakin terlihat jelas sebagai tuturan yang tidak santun apabila juga dimunculkan unsur ekstralingual berupa ekspresi wajah.

4.2.2.11 Nilai Rasa Sedih

Dokumen yang terkait

Unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada ``Catatan Pinggir`` Majalah Tempo Edisi Januari - September 2013 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 2 2

Fenomena deiksis pada rubrik opini di harian koran Tempo edisi September-Desember 2015.

0 11 383

Unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa sebagai penanda kesantunan berkomunikasi pada top news di Metro TV bulan November-Desember 2014.

3 49 352

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada acara Sentilan Sentilun Metro TV periode Agustus dan September 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 1 391

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada dialog interaktif Indonesia Lawyers Club Tv One periode November 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 1 317

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada prosa lirik Pengakuan Pariyem sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 0 315

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada tuturan berita politik koran Kompas edisi September - Oktober 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 7 307

Daya bahasa pada iklan dalam majalah Tempo November dan Desember 2012.

0 0 155

Kesantunan Mahasiswa Dalam Berkomunikasi bahasa

0 0 6

B 02 Daya Bahasa dan Nilai Rasa Bahasa Sebagai Penanda Kesantunan Dalam Berkomunikasi

0 0 20