berpakaian dan berpenampilan juga merupakan bagian perwujudan dari bahasa tubuh. Danesi juga menambahkan bahwa studi ilmiah tentang bahasa tubuh
disebut kinesika. Sinyal kinesis dapat bersifat sadar, tak sadar, dan campuran sadar-tak sadar. Isyarat kedipan mata, acungan jempol merupakan sinyal yang
bersifat sadar, sedangkan sinyal-sinyal yang terjadi tanpa disengaja merupakan sinyal bawaan sadar, misalnya wajah memerah. Gabungan antara sinyal yang
bersifat sadar dan sinyal tak sadar disebut sebagai sinyal campuran. Misalnya menangis, tertawa, dan mengangkat bahu. Pesan-pesan yang ditunjukkan melalui
bahasa tubuh dapat memberikan tampilan dan kesan ketika bertutur.
2.2.5 Kajian Daya Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif. Berbahasa yang baik dapat mewujudkan hasil pemikiran yang baik pula. Setiap orang dapat
berbahasa, tetapi tidak setiap orang dapat memanfaatkan daya bahasa untuk mengefektifkan komunikasi.
Daya bahasa adalah kekuatan yang dimiliki oleh bahasa untuk mengefektifkan pesan yang disampaikan kepada mitra tutur Pranowo, 2012:128.
Menyampaikan pesan menggunakan daya bahasa dapat meningkatkan efektivitas komunikasi. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan cara menolak,
membujuk, mengkritik, memberi tanggapan, menyindir, dan sebagainya. Pranowo 2012:129 menyebutkan agar pesan yang disampaikan dapat sampai kepada
pembaca atau pendengar secara efektif, penutur atau penulis dapat memanfaatkan daya bahasa seefektif mungkin. Efektivitas komunikasi ini bersifat positif dan
negatif. Jika daya bahasa dimanfaatkan secara positif, maka komunikasi dapat berjalan secara lancar dan santun. Namun, apabila daya bahasa digunakan secara
negatif, maka komunikasi dapat menimbulkan ketidaksantunan. Sama halnya dengan Quanita Fitri 2009 menambahkan bahwa daya
bahasa adalah kadar kekuatan yang dimiliki oleh bahasa untuk menyampaikan makna, informasi, atau maksud melalui fungsi komunikatif sehingga pendengar
atau pembaca mampu memahami dan menangkap segala makna, informasi, atau maksud yang disampaikan penutur atau penulis. Daya bahasa pada wacana dapat
muncul ketika kesatuan makna mengungkapkan kesatuan pesan. Sudaryanto dalam Pranowo 2012:138 menggali daya bahasa dari aspek
linguistik. Hasilnya, hampir seluruh tataran bahasa mampu memunculkan daya bahasa. Daya bahasa akan terlihat dari tataran bunyi, bentuk kata, struktur,
leksikon terutama pilihan kata, dan wacana. Daya bahasa dapat digali melalui sinonim kata. Kata satu dengan kata
yang lain tentunya memiliki daya bahasa yang berbeda- beda. Misalnya kata „mati‟
atau „meninggal‟ memiliki daya bahasa yang bersifat netral. Beda halnya dengan kata mampus, gugur, wafat, dan sebagainya memiliki daya bahasa yang berbeda-
beda. Kata „mampus‟ memiliki daya bahasa negatif yang di daalamnya mengandung rasa dendam dan penuh kepuasan karena orang yang dibencinya
tidak lagi dapat berbuat apa-apa seperti ketika masih berdaya atau hidup. Kata „gugur‟ memiliki daya bahasa yang hormat terhadap subjek karena kematiannya
terjadi untuk
membela kebenaran
sehingga perlu
mendapat penghargaanpenghormatan. Kata „wafat‟ memiliki daya bahasa yang hormat
terhadap subjek karena yang meninggal dunia biasanya orang-orang besar ternama.
2.2.6 Kajian Nilai Rasa Bahasa