Pembahasan Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
57
terlihat juga dari nilai rata-rata posttest kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol, yaitu 82,22 untuk kelas eksperimen dan 65,14 untuk kelas kontrol.
Jika hasil belajar dalam penelitian ini dilihat dari jenjang kognitifnya, maka akan terlihat bahwa di kelas eksperimen mengalami kenaikan di setiap
jenjangnya C
1
, C
2
, C
3
dibandingkan kelas kontrol. Pada jenjang kognitif C
1
kelas eksperimen memperoleh persentase sebesar 86,27 sedangkan kelas kontrol
memperoleh 83,01. Hal ini disebabkan karena dalam proses belajar dengan metode eksperimen siswa menjadi aktif karena siswa melakukan sebuah
percobaan dengan menggunakan alat peraga sederhana. Dengan percobaan eksperimen, siswa dilatih untuk merekam semua data fakta yang diperolehnya
melalui hasil pengamatan dan bukan data opini hasil rekayasa pemikiran. Siswa belajar tidak hanya menghafal teori tetapi mencoba untuk mempraktikkannya,
sehingga teori yang dipelajari lebih lama tersimpan dalam ingatan siswa. Sejalan dengan pemikiran Zulfiani,dkk bahwa metode eksperimen, diyakini sebagai
metode yang tepat dalam mengerjakan konsep-konsep sains, karena sains berasal dari hal-hal yang bersifat fakta.
1
Kemudian pada jenjang kognitif C
2
juga mengalami kenaikan yaitu kelas eksperimen memperoleh persentase sebesar 83,46 dan 53,31 untuk kelas kontrol.
Adanya diskusi setelah siswa melakukan eksperimen menambah pemahaman siswa baik secara lisan maupun tulisan karena selain melakukan percobaan, siswa
juga harus membuat laporan praktikum bersama kelompoknya kemudian menginformasikan dan mengkomunikasikannya kepada teman-teman tentang
hasil eksperimen yang telah dilakukannya. Dengan demikian, siswa dapat mengingat kembali tentang hasil eksperimennya dan memperoleh tambahan
informasi tentang hal-hal yang mungkin tidak didapatkannya pada saat pelaksanaan eksperimen. Hal inilah yang membuat jenjang kognitif C
2
pada kelas eksperimen mengalami peningkatan.
1
Zulfiani, dkk, Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009, hlm. 104
58
Selanjutnya, pada jenjang kognitif C
3
persentase untuk kelas eksperimen juga lebih tinggi yaitu 73,53 dan kelas kontrol 55,51. Hal ini disebabkan karena
siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu serta
siswa dapat menarik suatu kesimpulan dari proses yang dialaminya. Hal ini sejalan dengan pernyataan
I hear and I forget, I see and I remember, I do and I understand.
2
Begitu pula dengan pendapat Martinis Yamin yang menyatakan bahwa dengan melibatkan siswa berperan dalam kegiatan pembelajaran, berarti
mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimiliki siswa secara penuh.
3
Dengan melakukan percobaan, diskusi, menyimpulkan dan mengkomunikasikan hasil percobaan kepada orang lain, siswa dapat memahami konsep IPA secara
sistematis khususnya pada konsep benda dan sifatnya sehingga membuahkan hasil belajar yang lebih baik. Sejalan dengan pendapat Bruner bahwa belajar penemuan
sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik.
4
Sementara itu, kegiatan pembelajaran dengan metode demonstrasi dilaksanakan dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang
suatu proses, situasi atau benda tertentu. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru karena dalam proses
demonstrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan. Pembelajaran dengan metode demonstrasi menjadi kurang efektif karena tidak di ikuti oleh aktivitas di
mana siswa turut serta dalam bereksperimen. Siswa hanya memperhatikan peragaan yang dilakukan oleh guru sehingga pengalaman yang dirasakan berbeda
dengan siswa yang diberi perlakuan metode eksperimen. Hal inilah yang menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal latihan
yang sama dengan soal yang diberikan pada kelas eksperimen yang menggunakan metode eksperimen.
2
Asep Herry Hernawan, dkk, Belajar Dan Pembelajaran SD, Bandung: UPI PRESS,
hlm. 3
3
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, Jakarta: Gaung Persada Press, 2010, hlm.
78
4
Ari Widodo, dkk, Pendidikan IPA Di SD, Bandung: UPI PRESS, 2007, hlm.28
59
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen lebih efektif dalam pembelajaran IPA pada konsep
benda dan sifatnya.