158
Mengetahui, Maret 2011 Kepala Sekolah Guru Sejarah
Bagan 3.4 Format RPP awal model pembelajaran inkuri
2. Prosedur Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri
Pengembangan prosedur implementasi model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan ketampilan berpikir berdasarkan desain rencana pembelajaran
yang digunakan dalam RPP di atas, pada umumnya dibagi menjadi tiga tahap, yaitu1 kegiatan awal, 2 kegiatan inti, dan 3 penutup.
Pendahuluan Kegiatan awal diisi dengan tahap perumusan masalah.
Pada kegiatan awal ini, yang dilakukan guru adalah menyampaikan tujuan yang akan dicapai selama pembelajaran berlangsung dan pengkondisian siswa untuk
belajar melalui model inkuiri. Pada tahap ini, dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan
masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan. Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan masalah yang
mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan
masalah tersebut tentu memerlukan jawaban, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban tersebut yang sangat
penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses ini, siswa akan memperoleh pengalaman sebagai upaya mengembangkan mental melalui
proses berpikir.
159
Kegiatan inti, mengacu pada standar proses dari BSNP 2007 terdiri dari
eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Dikaitkan dengan langkah inkuiri, proses eksplorasi mencakup perumusan hipotesis. Salah satu cara yang dapat dilakukan
guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk
dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Dengan
demikian, siswa dapat berperan aktif untuk menyampaikan pendapatnya baik secara individu maupun kelompok.
Proses elaborasi mencakup pengumpulan data. Pengumpulan data, jika dikaitkan dengan metodologi sejarah, identik dengan langkah heuristik, yang
merupakan langkah pertama, di mana siswa diberi tugas melalui kegiatan diskusi, untuk selanjutnya dapat menyajikan hasil kerjanya tersebut dalam
bentuk presentasi. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan
kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Ada beberapa teknik pengum- pulan data yang dapat dipergunakan dalam metode sejarah, seperti: studi
kepustakaan, pengamatan lapangan, wawancara interview. Dapat pula digunakan teknik lain seperti questionnaires, pendekatan tematis topical
approach beserta berbagai perangkat ilmu bantu lainnya, terutama digunakan terhadap topik yang mengarah kepada studi kasus case study. Dalam
pengumpulan data, siswa dibimbing untuk mengumpulkan data berupa informasi dari berbagai sumber, baik yang berasal dari buku sumber lain, surat
160
kabar dan dari internet. Pengumpulan sumber tersebut berhubungan dengan materi yang akan dibahas.
Dalam kegiatan konfirmasi, kegiatan yang dilakukan adalah menguji hipotesis, yakni menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan
data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya,
kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi
harus didukung
oleh data
yang ditemukan
dan dapat
dipertanggungjawabkan. Pengujian hipotesis ini erat kaitannya dengan kritik dalam metodologi sejarah. Hasil pengerjaan studi sejarah yang akademis atau
kritis memerlukan data-data yang telah teruji. Oleh karena itu, data-data yang diperoleh melalui tahapan heuristik terlebih dahulu harus dikritik atau disaring
sehingga diperoleh fakta-fakta yang sobjektif mungkin. Dalam melakukan kritik, kadangkala diperlukan pengetahuan dan penghayatan kultural tentang si-
tuasi dan kondisi dimana dokumen tersebut dibuat. Dalam kegiatan inti ini, peran guru sebagai fasilitator dan motivator. Sebagai fasilitator, guru
memfasilitasi siswa dalam pembelajaran di kelas. Guru menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa. Peran ini sangat penting
karena mampu membantu kelancaran langkah-langkah inkuiri, termasuk dalam kegiatan diskusi. Guru juga membimbing dan mengarahkan jalannya serta
membantu kelancaran diskusi.
Langkah terakhir adalah kegiatan penutup. Dalam kegiatan ini, langkah
inkuiri yang tercakup di sini adalah penyimpulan. Merumuskan kesimpulan
161
merupakan gong-nya proses pembelajaran. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat, sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang
relevan. Pada langkah ini, guru juga melakukan refleksi dan umpan balik terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.
Selain mempersiapkan RPP, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh guru sebelumnya antara lain, memberi penjelasan tentang prosedur inkuiri,
pembuatan LKS, dan pembagian tugas dalam kelompok. Pembuatan LKS yang dirancang khusus untuk peningkatan berpikir siswa perlu dipersiapkan dengan
tujuan untuk memberi arah terhadap permasalahan yang akan dipecahkan selama proses pembelajaran. Mengenai persiapan pembentukan kelompok
dimaksudkan pada saat kegiatan pembelajaran memasuki kegiatan diskusi kelompok siswa sudah siap dengan kelompoknya. Hal penting dalam
mempersiapkan kelompok ini adalah memperhatikan heterogenitas kemampuan akademik, sehingga siswa yang kurang bisa terbantu, begitu juga dengan
persiapan pencarian informasi dari berbagai sumber baik itu surat kabar, internet atau narasumber lainnya yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan
akan lebih mengefektifkan pelaksanaan model ini. Untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa dalam pembelajaran
sejarah, maka diperlukan media yang berfungsi untuk membantu tercapainya tujuan yang diharapkan. Melalui inkuiri, siswa memiliki banyak kesempatan
untuk belajar dari berbagai sumber informasi secara mandiri maupun kelompok, baik media cetak maupun media elektronik. Pada penelitian ini, ada media yang
162
dikembangkan oleh guru, ada pula media yang digunakan siswa dalam pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir.
Pengembangan media pembelajaran digunakan untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa. Dalam model pembelajaran inkuiri, guru diberikan
keleluasaan untuk memilih media pembelajaran yang sesuai relevan dengan materi pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung. Media yang
dikembangkan dapat berupa media grafis dan elektronik. Media grafis yang dikembangkan guru diantaranya yaitu media gambar, media tabel atau bagan.
Media gambar ditunjukkan oleh penjelasan konsep secara singkat oleh guru, kemudian siswa diminta untuk menganalisis gambar tersebut. Media ini
membantu guru untuk memancing siswa dalam merumuskan masalah. Media bagan atau tabel dibuat dan dikembangkan dengan cara membuat bagan atau
peta konsep yang menghubungkan materi masa lalu dengan kehidupan kontekstual yang relevan, di samping itu juga untuk mendorong keingintahuan
siswa dan mempermudah siswa dalam merumuskan hipotesis. Dengan demikian, maka pemahaman siswa diharapkan lebih mendalam. Melalui
beberapa media tersebut, maka siswa dapat melakukan analisis, mendapatakan pemahaman yang mendalam terhadap permasalahan tertentu, dan dapat
meningkatkan keterampilan berpikir siswa pada pembelajaran sejarah.
3. Pengembangan Alat Evaluasi Model Pembelajaran Inkuiri