t pk 0807939 chapter3

(1)

93 BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini difokuskan pada pengembangan model pembelajaran dalam bidang studi IPS dan diarahkan pada peningkatan keterampilan berpikir siswa SMA pada mata pelajaran sejarah. Dalam bab ini, bahasan yang dikaji meliputi 1) metode penelitian, 2) lokasi dan subjek penelitian, 3) teknik pengumpulan data, 4) analisis data, dan 5) pengembangan instrumen, 6) langkah-langkah penelitian, 7) hasil pra survey dan 8) penyusunan draft awal model dan 9) pengembangan model.

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (research and development). Borg and Gall (1983:722) memberikan definisi terhadap penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan sebagai “ a process used to develop and validity education product”. Langkah-langkah penelitian dari proses penelitian ini mengacu pada siklus, yang mendasar pada kajian dan temuan penelitian, kemudian dikembangkan dalam suatu produk. Pengembangan produk yang didasarkan pada temuan kajian pendahuluan, diuji dalam suatu situasi dan dilakukan revisi terhadap hasil uji coba tersebut sampai pada akhirnya diperoleh suatu model (sebagai produk) yang dapat digunakan untuk memperbaiki output.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan evaluatif. Metode deskriptif digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang


(2)

94

kondisi yang ada. Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi proses uji coba pengembangan suatu produk. Produk dikembangkan melalui serangkaian uji coba dan setiap uji coba diadakan evaluasi, baik evaluasi hasil maupun evaluasi proses. Berdasarkan temuan-temuan hasil uji coba tersebut diadakan penyempurnaan (Sukmadinata, 2008: 167).

Langkah-Langkah dalam penelitian dan pengembangan (research and development) menurut Borg and Gall terdiri atas 10 langkah. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut:

1. Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting). Analisis data, studi literatur, observasi dan persiapan laporan dilakukan dalam tahapan ini.

2. Perencanaan (Planning). Menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan-kemampan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian. Dalam hal ini, perencanaan mencakup penetapan tujuan yang hendak dicapai, mendesain langkah-langkah penelitian dan mengadakan uji coba terbatas pengembangan model dalam skala kecil.

3. Pengembangan draft produk (Develop preliminary form of product). Pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran dan instrumen evaluasi. Pengembangan produk awal dilakukan dengan menyusun model pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran sejarah berdasarkan penelitian pra survei.


(3)

95

4. Uji coba pendahuluan (Preliminary field testing). Uji coba pendahuluan melibatkan sekolah dan subjek dalam jumlah terbatas, yang dilaksanakan di SMA PGRI Rangkasbitung. Selama uji coba, diadakan analisis data berdasarkan pengamatan/ observasi, wawancara dan penyebaran angket. 5. Merevisi hasil uji coba (main product revision), tujuannya adalah

memperbaiki model pendahuluan yang dilakukan terhadap uji coba model pendahuluan.

6. Uji coba utama (main field testing), yaitu uji coba model yang lebih luas dengan melibatkan sekolah dan subjek dalam jumlah yang lebih banyak. Uji coba lapangan ini dilaksanakan pada tiga sekolah, yaitu di SMAN 1, SMAN 3 Rangkasbitung dan SMAN 2 Rangkasbitung yang mewakili high class , middle class dan low class. Data kuantitatif berupa pre test dan post test dikumpulkan dan hasilnya dievaluasi sesuai dengan tujuan. 7. Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operational product revision),

dilakukan berdasarkan hasil uji coba utama dan perbaikan hasil uji coba model yang lebih luas. Langkah ini dilaksanakan dengan cara kolaborasi antara peneliti dengan guru bidang studi sejarah untuk menghasilkan model pembelajaran inkuiri yang ideal.

8. Uji coba lapangan (main field testing). Melibatkan sekolah dan subjek penelitian yang lebih banyak lagi. Pada langkah ini dikumpulkan data-data berupa angket, observasi dan hasil wawancara, untuk kemudian dianalisis. 9. Penyempurnaan produk akhir (final product revision) berdasarkan pada


(4)

96

10.Penyebaran dan distribusi (dissemination and implementation), pada langkah ini, dilakukan monitoring sebagai kontrol terhadap kualitas produk/ model.

Berdasarkan 10 langkah yang dikembangkan oleh Borg and Gall di atas, maka langkah-langkah tersebut kemudian dimodifikasi bentuk langkah penelitian dan pengembangan yang dikembangkan oleh Sukmadinata (2006:184) yang terdiri atas 3 tahap, yaitu 1) studi pendahuluan, 2) pengembangan model, dan 3) uji model. Adapun langkah-langkah Research and Development hasil modifikasi ini dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:

Bagan 3.1 Langkah-Langkah Research and Development (Sukmadinata, 2007:189)

Atas dasar pertimbangan kondisi dan situasi di lapangan, maka penelitian ini dilaksanakan hanya pada langkah kedua, yaitu pengembangan model, berupa uji coba terbatas dan uji coba luas. Meskipun terjadi penyederhanaan dalam pelaksanaan, prosedur penelitian yang dilakukan tetap mengacu pada model yang disarankan oleh Borg and Gall (1983).

Dari Langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang dimodifikasi oleh Sukmadinata di atas, maka penulis menggambarkan penelitian dan pengembangan model pembelajaran inkuiri dalam penelitian sebagai berikut:

STUDI PENDAHULUAN PENGEMBANGAN PENGUJIAN

Uji Coba

Terbatas Uji Coba Luas Luas Studi

Pustaka Survei Lapangan

Penyusunan Draft Produk

Pre Test Perlakuan


(5)

97

Bagan 3.2

Langkah-Langkah Penelitian dan Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri

1. Studi Pendahuluan a. Studi literatur

Studi literatur dilakukan dengan cara mengkaji teori-teori yang mendukung bagi pembelajaran sejarah di SMA, model pembelajaran inkuiri dan keterampilan berpikir dari berbagai sumber literatur, dan mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan model pembelajaran inkuiri. Hasil studi literatur

Kajian Literatur - Teori yang relevan - Hasil penelitian terdahulu

STUDI PENDAHULUAN PENGEMBANGAN MODEL

PEMBELAJARAN INKUIRI

Penelitian Pra Survei 1. Situasi di lapangan

(Desain dan penerapan sejarah yang sedang berlangsung, Kegiatan belajar Siswa,

kemampuan dan kinerja guru,)

2. Kondisi dan

pemanfaatan sarana, fasilitas dan lingkungan

1. Penyusunan pengembangan draft awal model 2. Perencanaan model

Draf awal model siap di ujicobakan

Uji Coba Terbatas - Rancangan desain model - Implementasi

- Evaluasi dan refleksi - Penyempurnaan

Uji Coba Luas - Rancangan/ desain model - Implementasi

- Evaluasi - penyempurnaan - Kesimpulan

Draft model yang akan diujicobakan pada uji coba lebih luas


(6)

98

tersebut digunakan sebagai dasar-dasar pengetahuan serta landasan teoritis dalam penelitian ini.

b. Persiapan teknis dan administratif

Persiapan teknis dan administratif dilakukan untuk mendapatkan izin melaksanakan penelitian dari instansi yang berwenang. Pertama-tama adalah dengan mengajukan izin penelitian ke direktur pasca sarjana dan rektor UPI Bandung. Desain penelitian disetujui oleh tim penguji, dan berdasarkan SK Direktur Pascsarjana UPI Bandung Nomor 0043/H40.7/PL/2011 pada tanggal 7 Januari 2011. Setelah mendapatkan surat izin melaksanakan penelitian dari direktur pasca sarjana dan rektor UPI Bandung, maka peneliti melanjutkan prosedur ke Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, Rangkasbitung. Merujuk pada izin dari Rektor UPI Bandung dan Surat izin dari Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, dan memperoleh nomor surat penelitian 423/177-Disdik.Kab/2011 tanggal 26 Januari 2011, maka peneliti mengajukan permohonan ke sekolah-sekolah di Kecamatan Rangkasbitung.

c. Penelitian pra survey

Langkah pertama dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk penelitian pra survei. Penelitian pra survei merupakan kegiatan penelitian yang bersifat deskriptif. Melalui pra survei, peneliti dapat mengungkap jawaban dari pertanyaan apa, bagaimana, bukan pertanyaan mengapa. Tujuan utamanya adalah mengumpulkan informasi tentang variabel. prasurvei juga dilaksanakan untuk mengumpulkan data berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran (Sukmadinata, 2007:184).


(7)

99

Penelitian pra survey ini bertujuan untuk mengumpulkan data berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran sejarah di SMA, terutama yang berkenaan dengan pengembangan model pembelajaran inkuiri. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, studi dokumenter, dan observasi pada saat terjadinya PBM. Berdasarkan data yang didapat dari kajian literatur dan hasil penelitian pra survei, yang mengacu pada dasar-dasar teori hasil studi kepustakaan, maka peneliti dapat mengetahui bagaimana proses pembelajaran sejarah yang biasa dilakukan. Setelah itu, maka peneliti dapat menyusun draft awal produk yang dikembangkan, yaitu model inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Adapun aspek-aspek yang diteliti dalam penelitian pra survei, diantaranya adalah 1) rancangan dan implementasi pembelajaran sejarah yang biasa dilakukan oleh guru, 2) kegiatan belajar siswa, 3) kemamouan dan kinerja guru, 4) kondisi dan pemanfaatan sarana pembelajaran, fasilitas dan lingkungan. Rancangan dan implementasi ini berkaitan dengan perencanaan pengajaran, penggunaan media dan sumber belajar, serta evaluasi yang digunakan. Penelitian pra survei ini juga untuk mengkaji kemampuan dan kinerja guru, dan aktivitas belajar siswa.

Hasil studi pendahuluan ini dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan model pembelajaran inkuiri dalam implementasi pembelajaran sejarah di SMA, yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Selain itu, hasil penelitian pra survei ini juga digunakan untuk pemilihan dan penetapan lokasi SMA di Kecamatan Rangkasbitung sebagai tempat dilakukannya penelitian pengembangan model inkuiri. Selanjutnya, maka peneliti dapat menyusun draf


(8)

100

awal produk yang dikembangkan, yaitu model inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa.

d. Penyusunan dan Perencanaan draft awal model

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan rancangan model yang dikembangkan maka kegiatan selanjutnya adalah penyusunan draf awal model pembelajaran pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran sejarah untuk mengembangkan keterampilan berpikir, difokuskan pada 3 tahap yang terdiri atas penyusunan rencana, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.

1.) Perencanaan pembelajaran

Perencanaan adalah proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan (Ely, 1979). Perencanaan sistem pembelajaran yang sistematis dan terarah yang dilakukan untuk menciptakan proses belajar yang efektif, efisien, dan menarik. Pengembangan rencana pembelajaran diawali dengan menganalisis kurikulum terutama dari silabus yang dibuat BSNP, dari hasil analisis dikembangkan dalam bentuk silabus yang selanjutanya dioperasionalkan dalam bentuk RPP (silabus dan RPP terlampir). Rincian RPP merujuk kepada ketentuan yang dituntut oleh kurikulum terutama ketentuan dari tuntutan standar proses pendidikan yang secara umum meliputi; tujuan, materi pembelajaran, model/ metode pembelajaran dan evaluasi. Selanjutnya unsur-unsur tersebut menjadi fokus pengembangan dari model ini.

(a.)Tujuan Pembelajaran.

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses disebutkan bahwa


(9)

101

salah satu komponen dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu adanya tujuan pembelajaran yang di dalamnya menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Perencanaan untuk model pembelajaran inkuiri ini pertama-tama adalah mengidentifikasi tujuan yang hendak dicapai. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa tujuan dari model inkuiri adalah suatu upaya di dalam menyediakan sarana bagi siswa untuk meningkatkan sikap dan keterampilan intelektual di dalam memecahkan suatu masalah secara independen berdasarkan langkah-langkah yang sistematis. Tujuan pemecahan masalah merupakan salah satu bentuk keterampilan berpikir yang dipilih untuk dikembangkan dalam model ini dan sekaligus menjadi tujuan utama dalam proses pembelajaran.

(b.)Materi pelajaran

Materi atau bahan ajar diperlukan untuk menguasai suatu tujuan atau sasaran pembelajaran. Materi atau bahan ajar berkenaan dengan fakta, konsep, prinsip generalisasi dan masalah-masalah yang dikaji dalam dalam suatu mata pelajaran. Materi keterampilan berpikir bersumber dari materi yang terdapat dalam mata pelajaran sejarah. Ketepatan guru dalam penentuan materi sangat tergantung kepada kemampuan guru di dalam mengaitkan suatu tema/topik dengan permasalahan dan mengembangkan materi tersebut untuk mendukung terhadap permasahan yang telah ditentukan. Untuk itu, maka topik yang dikembangkan sebaiknya memberi keleluasaan bagi guru, bukan pada hal-hal teoritik tetapi berakar pada masalah lingkungan siswa (Erliany,2007:124).


(10)

102 (c.)Model pembelajaran

Model pembelajaran inkuiri yang dikembangkan pada penelitian ini memiliki lima langkah utama, yaitu: 1) perumusan masalah, 2) perumusan hipotesis, 3) pengumpulan data, 4) pengujian hipotesis, dan 5) penyimpulan. Langkah-langkah tersebut selanjutnya akan dipaparkan dalam langkah-langkah penelitian penelitian, tepatnya tampak dalam desain rancangan model pembelajaran inkuiri.

(d.)Media dan sumber belajar.

Model pembelajaran inkuiri merupakan model yang menggunakan multimetode dan multimedia. Artinya, melalui inkuiri siswa memungkinkan untuk belajar dari berbagai sumber informasi secara mandiri, baik dari media grafis (buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain) maupun dari media elektronik(radio, televisi, komputer, dan internet). Oleh sebab itu keberhasilan penerapan model pembelajaran inkuiri sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dan pemamfaatan media dan sumber belajar.

Media bagan dan lembar tugas siswa berupa artikel juga dikembangkan sesuai dengan topik materi yang diajarkan kepada siswa. Berdasarkan studi pendahuluan, diperoleh informasi bahwa dalam kurikulum mata pelajaran sejarah SMA, khususnya pada kelas X semester II, materi yang akan dipelajari adalah perkembangan dan peradaban Indonesia. Dengan demikian, media yang akan digunakan,sudah disiapkan oleh guru dan peneliti yang disesuaikan dengan ketersediaan sarana dan prasarana disekolah.


(11)

103 (e.)Evaluasi Hasil Belajar.

Rancangan berikutnya adalah unsur evaluasi yang digunakan untuk menilai pencapaian sasaran-sasaran pembelajaran. Evaluasi dalam rancangan model ini terdiri dari dua kegiatan, yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilakukan melalui observasi atau pengamatan perilaku siswa pada saat merumuskan masalah, menentukan hipotesis, menguji hipotesis melalui diskusi selama proses pembelajaran berlangsung. Perilaku siswa yang diamati mencakup; mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, mencari informasi dan menyimpulkan.

2.) Implementasi.

Implementasi pembelajaran merupakan tahapan proses pelaksanaan pembelajara yang direncanakan. Menurut Seller dan Miller (1985: 13) menyatakan implementasi dalam pembelajaran yaitu: “In some case implementation has been identified with instruction…”. Sejalan dengan Hamalik (2007: 237) mengemukakan bahwa “implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam bentuk tindakan praktis sehingga memberi dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.” Proses pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran yang umumnya digunakan guru, yaitu: 1) kegiatan awal atau pendahuluan, 2) kegiatan inti, dan 3) kegiatan akhir atau penutup. Ketiga tahapan pembelajaran tersebut didalamnya tercakup langkah-langkah pembelajaran inkuiri yang akan dikembangkan dalam penelitian ini. Kegiatan inti, mengacu pada standar proses dari BSNP (2007) terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.


(12)

104 3.) Evaluasi

Penelitian ini bertujuan menemukan suatu model inkuiri yang cocok untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa pada tingkat SMA. Untuk itu diperlukan evaluasi selama proses pengembangan baik dalam tingkat perencanaan mapun implementasi. Evaluasi terhadap perencanaan dilakukan bersama-sama guru bidang studi, draf RPP yang telah dirancang oleh peneliti didiskusikan untuk mendapatkan masukan dari guru bidang studi. Evaluasi ini lebih menitik beratkan kepada penyamaan persepsi mengenai langkah-langkah RPP, baik isi maupun rumusannya.

Penilaian juga dilakukan setelah rencana pembelajaran/ RPP tersebut dilaksanakan untuk melihat kecocokan antara yang sudah disepakati dengan implementasinya baik yang berkenaan dengan tujuan pembelajaran, materi, metode, media dan sumber belajar, serta evaluasi. Hasil dari evaluasi didiskusikan dengan guru. Dari penilaian dan diskusi ini, dilakukan beberapa penyempurnaan baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran.

2. Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri

Desain pengembangan model pembelajaran inkuiri ini dikembangkan untuk meningkatkan keterampilan berpikir pada mata pelajaran sejarah di SMA Dalam tahap ujicoba, model pembelajaran inkuiri dalam penelitian ini diujicobakan melalui pendekatan penelitian tindakan sampai diperoleh model yang solid dan sesuai dengan kondisi yang ada (Arikunto, 2006:12).


(13)

105

Hopkins (1993:44) memaparkan bahwa classroom action research merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu, agar dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran di kelas secara professional. Desain penelitian yang dipergunakan berbentuk siklus yang mengacu pada model Kemmis dan Taggart (Hopkins,1993:48), yang terdiri terdiri dari 4 kegiatan pokok, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi yang terjadi secara berulang dalam bentuk lingkaran yang terus-menerus sampai ditemukan model yang solid. Model penelitian ini merupakan serangkaian tindakan yang didisiplinkan oleh inkuiri yang dilakukan seseorang di dalam upayanya untuk memahami sambil melakukan kegiatan, perbaikan, penyesuaian, dan pembaharuan (Wiriaatmadja, 2002:125). Aspek-aspek yang diteliti pada fase ini adalah draft model pembelajaran inkuiri dan pelaksanaan penggunaan model tersebut.

a. Uji Coba Terbatas

Melakukan uji coba penggunaan program pembelajaran berbasis web pada skala terbatas yang dilaksanakan di SMA PGRI (kategori rendah). Pelaksanaan penelitian uji coba model terbatas ini dilakukan dalam bentuk siklus berulang sampai diperoleh hasil nyata terjadinya perubahan ke arah yang diharapkan. Aspek-aspek yang akan diteliti pada tahapan ini adalah: (1)perencanaan pembelajaran, (2) implementasi draf model, (3) refleksi dan penyempurnaan model, dan (4) evaluasi. Hasil refleksi dan penyempurnaan dijadikan dasar untuk menentukan keputusan perbaikan pada siklus berikutnya (Arikunto, 2006:16). Selama uji coba berlangsung, peneliti melakukan evaluasi dan perbaikan dengan cara observasi dengan cermat hingga diperoleh data untuk bahan refleksi. Hasil


(14)

106

pengamatan oleh guru dan peneliti dijadikan bahan untuk melakukan revisi pada uji coba berikutnya, hingga pada tahap penyempurnaan.

b. Uji Coba Luas

Setelah diadakan penyempurnaan model pembelajaran hasil uji coba terbatas pada masing-masing siklus, selanjutnya dilakukan uji coba dengan skala lebih luas untuk menghasilkan model yang diharapkan yang dilaksanakan pada sekolah kategori dengan kategori rendah, kategori sedang dan kategori tinggi sebagai sampel dalam penelitian ini. Setiap sekolah diambil sampel sebanyak satu kelas sebagai kelas uji coba. Evaluasi dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran.

B. Lokasi dan Subjek

Participant (subject) menurut Mac Millan (2008: 110) yakni “someone from whom data are collected.” Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/ objek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sampel yaitu “the group of elements, or a single element, from which data are or have been obtained”. Sampel juga merupakan bagian dari populasi yang diambil dari sumber data yang dianggap memiliki karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh populasi tersebut. Setelah menetapkan subjek penelitian, maka dilakukan sampling. Penetapan sampling dilakukan dalam penelitian pra survey dan pada saat proses pengembangan model, yaitu dalam uji terbatas dan uji coba luas.


(15)

107

Merujuk pada pendapat yang dikemukakan oleh Mac Millan, maka dipilih subjek pada penelitian pra survei. Dalam penelitian pra survei, yang dijadikan sebagai subjek penelitian adalah guru sejarah di kelas X SMA Kecamatan Rangkasbitung dan siswa SMA kelas X. Tujuan penetapan subjek penelitian ini yaitu untuk mendapatkan gambaran proses pembelajaran yang telah dilaksanakan selama ini. Secara keseluruhan, subyek utama dalam penelitian pengembangan model pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran sejarah ini adalah siswa kelas X SMA semester genap tahun pelajaran 2010/2011 di wilayah Kecamatan Rangkasbitung.

Penetapan sampel pada tahap pengembangan dalam uji coba terbatas dan uji coba luas dilaksanakan dengan menggunakan purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu (http://www.socialresearchmethods.net/kb/sampnon.php). Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Purposive sampling dibagi menjadi dua bagian, yaitu judgement sampling dan quota sampling.

Sampling purposive yang diambil penulis adalah judgement sampling. Artinya, sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa sampel tersebut merupakan pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya. Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai “information rich”(http://www.purposive-sampling &catid=309&Itemid=585).


(16)

108

Melalui sampling purposive, penelitian dilaksanakan pada SMA Swasta PGRI Rangkasbitung sebagai lokasi pengembangan dan uji coba terbatas. Penetapan satu sekolah untuk pengembangan model inkuiri ini dianggap mewakili sekolah swasta lainnya dan didasarkan pada kemungkinan dapat dilakukannya uji coba pengembangan. Tujuannya adalah adanya kerjasama yang baik dan kemauan dari pihak sekolah, atau guru untuk melaksanakan pengembangan pembelajaran model inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir pada mata pelajaran sejarah. Kerjasama ini merupakan hal yang penting, karena akan menentukan keberhasilan uji coba model yang dikembangkan.

Uji coba terbatas pengembangan model inkuiri dilakukan di SMA PGRI Rangkasbitung dengan kategori rendah. Asumsinya adalah, jika penelitian yang dilakukan pada sekolah berkategori rendah, maka jika diaplikasikan pada sekolah dengan kategori klasifikasi sedang dan yang lebih baik, maka akan diperoleh hasil yang lebih baik pula. Pertimbangan lainnya adalah adanya kemungkinan untuk dilakukan ujicoba. Artinya, adanya kemauan dari pihak guru untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan pembelajaran model inkuiri dan aspek konteks pula. Faktor perizinan dianggap penting karena akan menjadi penentu dapat dilakukannya penelitian dengan baik. Oleh karena itu, penetapan sampel disesuaikan dengan kebutuhan dan sekolah yang dipilih adalah SMA PGRI.

Pada uji coba luas, peneliti menggunakan tiga sekolah, yaitu SMAN 1 Rangkasbitung (kategori baik), SMAN 3 Rangkasbitung (kategori sedang), dan SMAN 2 Rangkasbitung (kategori kurang). Penetapan sampel pada uji coba luas dilakukan berdasarkan pembagian kriteria, yakni sekolah yang dianggap baik,


(17)

109

sedang dan kurang. Penetapan kriteria/ kualifikasi sekolah ini dapat dilihat berdasarkan a) opini masyarakat (keinginan orang tua memilih sekolah berdasarkan dengan status ekonomi dan pendidikan orang tua), b) kemampuan sekolah untuk menghasilkan output berupa kuantitas lulusan siswa dalam ujian UAN, dan c) ketersediaan sarana dan prasarana di sekolah. Adapun penetapan kriteria dalam sampling ini berdasarkan pada opini masyarakat dan juga ketersedian sarana dan prasarana di sekolah. Kriteria penetapan sekolah ini didasarkan pada data yang diperoleh dari Kantor Departemen Pendidikan Kecamatan Rangkasbitung. Penetapan sampel terhadap sekolah yang dipilih, dapat dilihat melalui tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1

Sampel sekolah untuk Penelitian Uji Coba Terbatas dan Uji Coba Luas

No Kelompok Klasifikasi Nama Sekolah Jumlah Siswa

Jumlah Guru

1 Uji Coba Terbatas Kurang SMA S PGRI 20 1

2.

Uji Coba Luas Baik SMAN 1 Rangkasbitung 30 1 Sedang SMAN 3 Rangkasbitung 30 1 Kurang SMAN 2 Rangkasbitung 30 2

Jumlah 110 5

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu studi pendahuluan dan pada tahap pengembangan. Pada setiap penelitian, dipilih teknik pengumpulan data yang disesuaikan dengan tujuan masing-masing. Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilaksanakan adalah observasi, wawancara, angket dan studi dokumentasi.


(18)

110

Pada tahap studi pendahuluan, teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi, termasuk kajian literatur, wawancara, observasi dan angket, Ke empat teknik pengumpul data tadi saling melengkapi dan memberikan kontribusinya masing-masing. Studi dokumentasi digunakan untuk melengkapi data hasil wawancara dan observasi. Wawancara digunakan untuk mengungkapkan kondisi pembelajaran sejarah pada saat ini, kebutuhan model yang diharapkan dan ruang lingkup isi draft. Observasi digunakan untuk melihat kondisi pembelajaran saat ini dan pelaksanaan uji coba draft model. Angket diberikan kepada guru untuk mengetahui pandangan mereka terhadap pembelajaran sejarah yang telah dilaksanakan sebelum diujicobakan model, sedangkan angket untuk siswa diberikan untuk mengetahui pandangan mereka tentang pembelajaran yang diterimanya.

Pada tahap pengembangan model uji coba terbatas, ada beberapa siklus yang berkaitan dengan teknik pengumpulan data yang dikembangkan hingga menghasilkan model yang dianggap sesuai. Pada tahap ujicoba ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, angket, dan tes uraian terbuka ditujukan kepada siswa (instrumen terlampir). Angket diberikan kepada guru untuk mengetahui masalah yang dihadapi dalam penerapan model, sedangkan angket untuk siswa bertujuan untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh sebelum dan setelah mengikuti proses pelaksanaan model. Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan pembelajaran yang dikembangkan. Observasi dilakukan terhadap proses penerapan model untuk mengetahui secara langsung kendala


(19)

111

yang dihadapi subjek. Tes, diberikan kepada siswa untuk mengetahui keberhasilan model pembelajaran yang diimplementasikan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir pada hasil.

D. Pengembangan Instrumen

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dikaitkan dengan tahap-tahap penelitian yaitu tahap-tahap penelitian awal, berupa studi pendahuluan, teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi, termasuk kajian literatur, wawancara, observasi dan angket, yang dikembangkan baik untuk guru maupun untuk siswa. Pada tahap pengembangan model dikembangkan instrumen angket, obsevasi kelas dan instrumen hasil belajar berupa tes.

1. Studi dokumenter

Studi dokumenter dilakukan terhadap administrasi kelengkapan mengajar guru, yaitu pengajaran yang disusun oleh guru mata pelajaran sejarah, sumber yang digunakan dan data-data lainnya yang mendukung. Studi dokumenter juga mengungkap ketersediaan dokumen yang ada, sesuai dengan tahapan proses pembelajaran (mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran).

2. Instrumen Angket/ questionnaire

Angket digunakan dalam kegiatan penelitian pra survei dan pada saat pengembangan model. Responden dalam penelitian ini adalah guru sejarah dan siswa SMA kelas X semester genap tahun ajaran 2010/2011. Penggunaan angket dimaksudkan untuk mendapatkan data mengenai implementasi pembelajaran


(20)

112

sejarah di SMA, aktivitas belajar siswa, kemampuan dan kinerja guru, pemanfaatan sarana, fasilitas dan lingkungan.

Angket disusun dengan cara gabungan, yaitu terdiri dari butir pertanyaan berstruktur dan butir pertanyaan terbuka (Sudjana, 1989:103). Hal ini didasarkan pada alasan untuk memudahkan responden dalam memberikan jawaban dan dapat menggali informasi yang lebih luas,

Penggunaan angket pada tahap pra survei ditujukan untuk guru dan untuk siswa. Instrumen angket untuk guru, secara garis besar dikembangkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan, yang mencakup pengalaman mengajar, pengembangan rencana pengajaran, penerapan pengajaran sejarah, dan evaluasi pengajaran sejarah. Angket ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan kondisi pembelajaran yang telah dilakukan guru. Instrumen angket untuk guru dikembangkan melalui 56 butir pertanyaan untuk menjaring data berkenaan dengan aspek-aspek identitas, aktualisasi diri, pandangan guru terhadap sejarah, pelaksanaan pembelajaran sejarah di SMA, pengembangan keterampilan berpikir siswa, sarana /prasarana yang mendukung pembelajaran sejarah, evaluasi pembelajaran sejarah dan iklim sosial dan psikologis di sekolah. Angket untuk siswa diberikan kepada siswa SMA kelas X yang dikembangkan melalui 20 butir pertanyaan untuk mengetahui pendapat siswa tentang pembelajaran sejarah di sekolah selama ini.

3. Instrumen Kegiatan observasi Kelas

Dalam penelitian ini, observasi kelas dilakukan pada saat penelitian pra survei dan tahap pengembangan model inkuiri. Observasi dilakukan


(21)

113

terhadap proses penerapan model untuk mengetahui secara langsung kendala/ hambatan yang dihadapi di kelas pada saat implementasi pengembangan model tersebut.

Kegiatan observasi dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan melalui penelitian pendahuluan/ penelitian pra survei, yakni dengan cara mengamati langsung kegiatan pembelajaran sejarah yang sedang berlangsung. Setiap kondisi diamati mulai dari perencanaan pembelajaran/membuka pelajaran, tahap kegiatan inti sampai dengan penutup. Tahap kedua, kegiatan observasi dilakukan pada tahap pengembangan model pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran sejarah. Data yang dikumpulkan meliputi; aktivitas siswa, aktivitas guru, serta kondisi dan suasana yang terjadi di dalam kelas. Kegiatan observasi ini dilaksanakan pada uji coba terbatas dan uji coba secara luas.

4. Instrumen Hasil Belajar

Instrumen hasil belajar dikembangkan dalam bentuk tes, dan tes yang digunakan adalah tes subjektif, yaitu tes yang mengukur kemajuan belajar yang memerlukan jawaban terbuka dan uraian. Bentuk tes ini peneliti anggap cocok untuk model yang akan dikembangkan karena jawabannya memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya pun menjurus kepada kognitif tingkat tinggi (Arikunto, 2007:162). Hasil belajar berkenaan dengan kemampuan menyeleksi, mengorganisasi, mengintegrasi, menghubungkan, dan mengevaluasi gagasan yang membutuhkan jawaban yang lebih terbuka, dan hal ini dapat dicapai melalui tes subjektif.


(22)

114

Dalam penelitian ini instrumen hasil belajar tidak dilakukan uji validitas dan uji realibilitas. Hal tersebut merujuk kepada pendapat Kamarga (2000:115) bahwa pertimbangan tidak dilakukannya uji validasi dan uji reliabilitas pada hasil penilaian apabila penilaian tidak hanya didasarkan pada hasil tes tulis semata tetapi juga mempertimbangkan aspek penampilan (performance) siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian instrumen hasil belajar hanya sampai kepada pertimbangan ahli dalam hal ini guru bidang studi dan pembimbing. Indikator keterampilan berpikir yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu a) keterampilan merumuskan masalah, b) keterampilan membuat hipotesis, c)keterampilan mengumpulkan data, d) keterampilan menguji hipotesis, dan e) keterampilan membuat kesimpulan.

E. Analisis Data

Analisis data dilakukan berdasarkan data yang didapatkan dari hasil instrumen pada saat pra survei, pengembangan model inkuiri pada uji coba terbatas dan uji coba luas. Pada penelitian pengembangan model pembelajaran inkuiri, dilakukan analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif, sebagai upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesakannya , mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2006: 248).


(23)

115

Analisis data kualitatif ini dilakukan pada studi awal, dan pengembangan model pada uji coba terbatas dan uji coba luas. Untuk memberikan data yang terkumpul, maka analisis data dalam kegiatan ini dianalisis dengan pendekatan kualitatif untuk kegiatan observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

Analisis kuantitatif digunakan untuk studi awal dengan menganalisis data yang diperoleh melalui angket, dicari frekuensinya untuk setiap alternatif jawaban untuk kemudian dihitung presentasinya yang dianalisa melalui uji-t untuk kemudian diolah menggunakan software komputer. Pada pengembangan uji coba model, analisis data kuantitatif dilakukan terhadap hasil belajar berupa post test dengan bantuan program SPSS versi 16.0. Uji t dilakukan untuk mengetahui perbedaan efektivitas model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa pada mata pelajaran sejarah di SMA antara sebelum dan setelah dilakukan pengembangan model, yaitu dengan cara membandingkan hasil pretest dengan tes uji coba pertama, hasil tes uji coba pertama dengan hasil tes uji coba kedua, tes uji hasil coba kedua dengan hasil tes uji coba ketiga, dan hasil tes uji coba ketiga dengan hasil tes uji coba keempat.

F. Langkah-Langkah Penelitian

Penelitian ini menggunakan langkah-langkah pengembangan model yang merujuk kepada langkah penelitian yang dikemukakan oleh Borg dan Gall, yang telah disederhanakan oleh Sukmadinata (2008 :184) menjadi tiga langkah,


(24)

116

meliputi 1.) studi pendahuluan, 2.) pengembangan dan 3.) pengujian. Atas dasar pertimbangan kondisi dan situasi di lapangan, maka penelitian ini dilaksanakan hanya pada langkah kedua, yaitu pengembangan model, berupa uji coba terbatas dan uji coba luas. Meskipun terjadi penyederhanaan dalam pelaksanaan, prosedur penelitian yang dilakukan tetap mengacu pada model yang disarankan oleh Borg and Gall (1983). Secara umum, langkah-langkah penelitian, dapat dilihat pada bagan 3.2 di awal (hal.87). Untuk lebih lanjut, dapat dapat dilihat dalam pemaparan berikut.

1. Studi Pendahuluan

Pada studi pendahuluan ini, prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a. Mengkaji teori-teori yang relevan dengan model yang akan dikembangkan b. Mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu

c. Melakukan kegiatan pra survei 2. Pengembangan Model

Pengembangan model didasarkan pada temuan/ hasil pra survey. Berdasarkan hasil pra survey, terlihat kelemahan atau hal-hal yang harus dimodifikasi dari model inkuiri yang akan dikembangkan, sehingga hasil pengembangan model adalah yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk lebih lanjut, desain model, perkembangan model hingga bentuk final/ akhir model dipaparkan pada bab IV.


(25)

117 G. Hasil Penelitian Pra Survei

Pada pembahasan ini, guru memiliki peran utama, dan dianggap sebagai faktor kunci dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, dan pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti akan memberi pengaruh yang besar kepada kinerja guru. Berkenaan dengan latar belakang guru yang mengajar pada mata pelajaran sejarah pada beberapa sekolah di Kecamatan Rangkasbitung, maka dapat dilihat pada tabel di bawah:

Tabel 3.2

Latar belakang pendidikan Responden Guru

Guru Pendidikan

terakhir

Pengalaman mengajar

Pengalaman mengajar sejarah kelas X

A B C D E

S-1 S-1 S-1 S-1 S-1

3 tahun 17 tahun 11 tahun 21 tahun 19 tahun

2 tahun 7 tahun 5 tahun 10 tahun

3 tahun

Tabel 3.2, menunjukkan bahwa secara umum latar belakang pendidikan guru adalah berpendidikan tinggi, yaitu sarjana dan rata-rata memiliki pengalaman mengajar di atas 10 tahun.

1. Deskripsi data

a. Desain dan Implementasi Proses Pembelajaran yang Sedang Berlangsung

1.) Persiapan guru dalam mengajar

Pada aspek ini, guru memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang ada dalam angket, seperti yang ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:


(26)

118 Tabel 3.3

Persiapan guru dalam mengajar

Jumlah guru

a. Membaca panduan penyusunan kurikulum dari BSNP

b. Membaca buku sumber yang berhubungan dengan mata pelajaran

c. Membaca buku pegangan siswa

d. Melihat RPP yang sudah ada

2 2 1 -

J U M L A H 5

Data pada tabel 3.3 tersebut memberikan informasi bahwa guru-guru telah mengembangkan RPP berdasarkan panduan penyusunan kurikulum dari BSNP, sedangkan dua orang guru (40%) lainnya mengembangkannya dari buku pegangan guru, dan satu guru membuat RPP berdasarkan buku pegangan siswa. Tujuan pengembangan RPP dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

2.) Tujuan Pengembangan Rencana Pembelajaran

Tabel 3.4

Tujuan Pengembangan Rencana Pembelajaran

Jumlah guru

a. Memberikan arahan agar pembelajaran sejarah mengacu pada

tujuan yang telah ditetapkan

b. Agar pembelajaran sejarah lebih efektif dan efisien

c. Untuk melihat ketercapaian materi yang ada dalam RPP

d. Sebagai formalitas dan tuntutan kepala sekolah saja.

3 1 1 -

Jumlah 5

Berdasarkan data pada tabel 3.4 di atas, maka 3 orang guru (60%) memahami kegunaan pengembangan rencana pembelajaran, yaitu sebagai arahan agar pembelajaran sejarah mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan. Guru lainnya memberikan jawaban agar pembelajaran sejarah lebih efektif dan untuk melihat ketercapaian materi yang ada dalam RPP. Adapun pendapat guru mengenai pengembangan aspek-aspek dalam RPP tampak pada tabel berikut.


(27)

119

3.) Pendapat guru tentang pengembangan Aspek-aspek dalam Rencana

Pembelajaran

Tabel 3.5

Pendapat guru tentang pengembangan Aspek-aspek dalam Rencana Pembelajaran

Jumlah guru

1. Pengembangan RPP

a. Menjabarkan dari tujuan pengajaran yang tercantum dalam

GBPP

b. Mengembangkan berdasarkan topik-topik dalam GBPP

c. Mengembangkan materi dari buku pedoman guru/ siswa

d. Meng-copy dari RPP yang telah ada (guru lain/ internet) dan

mendiskusikannya dengan guru mata pelajaran serumpun

2 2 1

2. Pengembangan Materi Pembelajaran

a. Berdasarkan PB/Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan

b. Diperluas dari sumber lain yang mendukung materi

pembelajaran

c. Disesuaikan dengan buku pegangan siswa

1 3 1

3. Pengembangan Metode Pembelajaran

a. Disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, Pokok Bahasan dan

materi yang akan diajarkan

b. Mencari metode baru yang relevan

c. Menggunakan metode yang tradisional dan biasa digunakan

d. Sesuai dengan perasaan

2 1 2

4. Pengembangan Media Pembelajaran

a. Menggunakan multimedia yang relevan disesuaikan dengan

tujuan dan materi

b. Menggunakan media yang ada dan menyesuaikannya dengan

tujuan dan materi

c. Bagaimana nanti di kelas saja

d. Jarang menggunakan media

2

3

5. Waktu pelaksanaan Evaluasi Hasil Belajar

a. Setiap akhir pembelajaran

b. Saat proses dan akhir pembelajaran

c. Pada tengah dan akhir semester saja

d. Pada akhir semester

4 1

6. Tujuan Evaluasi Hasil Belajar

a. Untuk memberikan skor

b. Mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang telah

disampaikan

c. Mengetahui kemampuan siswa dalam memecahkan

permasalahan, dikaitkan dengan kehidupan mereka

d. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan

2


(28)

120

Dari paparan data tabel 3.5 di atas, dipahami secara umum guru mata pelajaran sejarah di SMA belum memahami cara mengembangkan rencana pembelajaran yang benar. Dalam mengembangkan RPP, pada umumnya, guru tampak hanya mengembangkan atau membuat RPP berdasarkan RPP yang sudah ada. Keadaan ini juga ditunjukkan dari kecenderungan guru dalam menggunakan sumber utama dari buku pegangan siswa saat mengembangkan materi dan strategi pembelajaran. Kelemahan lainnya terlihat dalam melakukan evaluasi hasil belajar. Guru cenderung melakukan evaluasi pada setiap selesai menyampaikan materi setiap satu pokok bahasan, sehingga yang menjadi tujuan evaluasi adalah bagaimana siswa sebanyak mungkin menguasai materi pelajaran. Data ini menggambarkan suatu kesimpulan, yaitu bahwa guru kurang merasakan kegunaan dari pengembangan rencana pembelajaran. Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah ketika pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sejarah di kelas. Hasil tersebut dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:

4.) Pendapat guru mengenai pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar

Tabel 3.6

Pendapat guru mengenai pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Jumlah Guru 1. Sumber Belajar

a. Buku, papan tulis, lingkungan sekitar dan penjelasan dari guru

b. Media gambar, lukisan, peta

c. Media cetak (surat kabar, majalah, buku paket, artikel)

d. Media elektronik (TV, OHP, infokus, CD interaktif,

multimedia)

3 1 1

2. Hambatan terbatasnya sumber Belajar

a. Terbatasnya siswa yang memiliki buku paket sejarah

b. Tidak tersedianya buku sumber sejarah yang mendukung

dalam pembelajaran sejarah

c. Tidak ada siswa yang memiliki buku sumber sejarah

d. Banyak buku sumber sejarah yang sudah tidak layak pakai

2 2


(29)

121 3. Metode pembelajaran yang digunakan

a. Ceramah

b. Tanya jawab

c. Berdiskusi

d. Pengalaman langsung

2 2 1 4. Bentuk evaluasi pembelajaran sejarah yang digunakan

a. Tes tertulis berbentuk pilihan ganda, isian, uraian dan

menjodohkan

b. Tes lisan, dan tanya jawab

c. Non tes (observasi)

d. Perpaduan tes dan non tes

3 2

Berdasarkan tabel 3.6 di atas, diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan menunjukkan adanya keterbatasan dalam sumber belajar, yang pada umumnya hanya berasal dari penjelasan guru, dari papan tulis, dan hanya sekali waktu saja menggunakan sumber lain. Hambatan/ kendala yang dialami oleh guru adalah terbatasnya siswa yang memiliki buku paket sejarah, sehingga terkadang mempersulit guru ketika mengadakan pembelajaran. Hal inilah yang menyebabkan pembelajaran cenderung hanya menggunakan metode ceramah sebagai metode yang sering digunakan dan siswa menjadi pasif. Implikasinya yakni kurang berkembangnya keterampilan berpikir siswa, karena guru lebih berorientasi kepada pembelajaran yang bersifat tradisional.

Jika dibandingkan dengan hasil observasi di kelas, memang ditemukan hambatan seperti yang telah diuraikan oleh guru dalam angket yang telah diberikan sebelumnya kepada guru mata pelajaran sejarah. Keadaan kelas kurang mendukung terjadinya pembelajaran sejarah yang optimal, karena kurangnya buku sumber. Hanya beberapa siswa yang memiliki buku paket. Buku paket dari perpustakaan pun sudah kurang sesuai dengan kurikulum yang sedang berlangsung. Ada beberapa siswa yang memang memperhatikan penjelasan guru dengan baik, namun tidak jarang juga yang tampak mengantuk, kurang


(30)

122

memperhatikan dan terkesan acuh. Guru hanya sesekali melakukan tanya jawab dengan siswa, di sisi lain, siswa pun menunjukkan adanya kurangnya respon dalam menanggapi pertanyaan dari guru, sehingga komunikasi yang sering terjadi pada pembelajaran adalah komunikasi satu arah.

Pada umumnya, semua guru melakukan evaluasi pada akhir pembelajaran, dengan cara meminta siswa untuk mengerjakan LKS atau menyuruh siswa membaca materi untuk pertemuan berikutnya. Pada pertemuan berikutnya, terkadang guru lupa untuk mengaitkannya dengan materi sebelumnya dan tidak mengadakan tanya jawab, diskusi atau menyediakan suatu permasalahan yang harus diselesaikan siswa sehingga dapat merangsang keterampilan berpikir siswa. Guru cenderung menggunakan cara mengajar seperti pada pertemuan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena hal tersebut sudah menjadi suatu kebiasaan dan membentuk sebuah pola. Pada akhirnya, siswa menjadi pihak yang terkena dampaknya, di satu sisi, pada dasarnya usia pada jenjang pendidikan menengah adalah tahapan di mana siswa sedang mengalami perkembangan, memiliki rasa ingin tahu yang besar dan sudah dapat diajak diskusi dan mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Berdasarkan kajian di atas, maka di satu sisi guru cukup menguasai materi pembelajaran sejarah, namun belum dapat mengelola kelas dengan optimal. Oleh karena itu, seringkali keadaan ini menimbulkan pandangan pada diri siswa bahwa pembelajaran sejarah hanyalah pembelajaran yang kurang bermakna, karena kurang memberikan manfaat bagi kehidupan sehari-hari.


(31)

123

5.) Pandangan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah

Tabel 3.7

Pandangan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah

INDIKATOR 0 1 2 3 4

Menjelaskan tujuan terlebih dahulu kepada siswa pada kegiatan awal PBM 2 3

Memberikan gambaran umum mengenai materi yang akan dibahas 3 2

Memberikan apersepsi/ mengaitkan materi yang akan dibahas dengan pengetahuan awal siswa

1 3 1

Menjelaskan terlebih dahulu konsep atau istilah yang akan diajarkan 2 3

Memberikan contoh tentang konsep atau istilah yang sedang diajarkan 2 3

Menjelaskan materi sesuai dengan TPK 2 2 1

Menggunakan metode pengajaran sesuai dengan RPP 2 2 1

Menggunakan langkah-langkah pengajaran sesuai dengan RPP dan disesuaikan dengan alokasi waktu

1 2 2

Menggunakan sumber belajar sesuai dengan RPP 1 3

1

Menggunakan media belajar sesuai dengan RPP 1 3 1

Menanyakan kepada siswa mengenai gagasan utama mengenai materi yang diajarkan 3 2

Memberikan kesempatan kepada murid untuk mengadakan tanya jawab, atau berpendapat 2 3

Mengemukakan permasalahan untuk dijadikan pokok bahasan agar dicari pemecahan masalahnya

2 2 1

Menanyakan persamaan atau perbedaan aspek yang terdapat dalam materi yang sedang dibahas

3 2

Memberikan penguatan terhadap materi yang telah dibahas 2 2 1

Memberikan reward and punishment 3 2

Menggunakan penilaian/ evaluasi hasil belajar yang sesuai dengan RPP 2 3

Keterangan:

0 = jarang sekali dilakukan (antara 0 - 20 %) 1 = jarang dilakukan (antara 20.01 - 40%)

2 = kadang-kadang dilakukan (antara 40.01- 60%) 3 = sering dilakukan (antara 60.01 – 80 %) 4 = sering sekali dilakukan (antara 80.01-100%)

Berdasarkan tabel 3.7 tersebut, pada aspek-aspek kegiatan yang lebih spesifik, mengarah kepada bentuk model pembelajaran inkuiri, guru memberikan jawaban kadang-kadang dilakukan, yakni dilihat dari indikator a) memberikan apersepsi/ mengaitkan materi yang akan dibahas dengan pengetahuan awal siswa (3 orang cenderung kadang-kadang dilakukan,), b) memberikan kesempatan


(32)

124

kepada murid untuk mengadakan tanya jawab, atau berpendapat (3 orang menyatakan kadang-kadang melakukan), c) mengemukakan permasalahan kepada siswa untuk dijadikan pokok bahasan dan dicari pemecahan masalahnya (2 orang menyatakan kadang-kadang, 2 orang menjawab jarang melakukan).

Apabila jawaban guru pada angket, dibandingkan dengan hasil observasi di kelas, tampak ada sedikit perbedaan. Melalui observasi aktivitas kelas, terlihat bahwa hampir semua guru tidak menjelaskan tujuan pengajaran, hanya menuliskan topik/ materi yang akan dibahas saja. Berdasarkan hasil pra survei, hanya 2 orang guru yang menjelaskan tujuan pengajaran. Secara umum, materi yang diajarkan berasal dari buku pegangan siswa, bukan berasal dari tujuan yang sudah dicantumkan dalam TPK dalam RPP. Hal ini diketahui dari cara guru mengajar, terfokus kepada buku paket, tanpa mengadakan perluasan atau pendalaman materi. Cara pengajaran seperti itu, menunjukkan bahwa guru kurang siap dengan materi pengajaran, karena tampak guru membawa buku pegangan siswa dan sering membuka buku untuk melihat materi yang ada pada buku paket.

Pada awal pembelajaran, dan ketika proses pembelajaran berlangsung, guru menjelaskan konsep mengenai topik yang sedang dibahas, dan memberikan beberapa contoh yang sesuai dengan materi, namun hanya satu atau dua orang guru yang sudah tampak mampu mengemukakan masalah untuk dijadikan pokok bahasan untuk dicari pemecahan masalahnya oleh siswa. Usaha guru untuk memberikan stimulus kepada siswa sudah mulai tampak. Kendalanya adalah, banyak siswa yang masih enggan dan belum terbiasa untuk memberikan jawaban, dan kemampuan untuk mengemukakan pendapat masih perlu ditingkatkan lagi.


(33)

125

Evaluasi dilakukan pada proses dan hasil pembelajaran dengan memberikan sejumlah pertanyaan yang dapat memancing siswa untuk berperan aktif dalam aktivitas pembelajaran, namun pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan, kurang menunjukkan adanya bentuk pertanyaan yang mengarah pada pertanyaan model inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir.

6.) Pelajaran yang tidak Disenangi Siswa

Dari hasil temuan di atas, kita lihat hasil angket tentang pandangan siswa mengenai pembelajaran sejarah, yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.8

Pelajaran yang tidak Disenangi Siswa

Jumlah siswa

a. Agama

b. PPKn

c. Bahasa Indonesia

d. IPA

e. Matematika

f. IPS

4 12 18 7 37 32

Jumlah 110

Dari tabel 3.10 di atas, mata pelajaran IPS, termasuk sejarah, menempati urutan ke dua (29,09%) yang merupakan pelajaran yang tidak disenangi siswa.

7.) Persepsi Siswa Terhadap Pelajaran Sejarah

Adapun persepsi siswa mengenai pelajaran sejarah di SMA dapat digambarkan dalam bentuk tabel di bawah ini.

Tabel 3.9

Persepsi Siswa Terhadap Pelajaran Sejarah

Jumlah siswa

a. Banyak bercerita tentang tokoh dan peristiwa pada masa lalu

b. Banyak tempat-tempat bersejarah yang dapat dikunjungi

c. Memperkenalkan perjalanan sejarah yang ada di dunia

d. Sebagai bekal pengetahuan dan mendapatkan manfaat pelajaran

bagi masa sekarang dengan masa yang akan datang.

67 9 26

8


(34)

126

Pada tabel 3.9 tersebut, pada umumnya, siswa menganggap bahwa sejarah hanya merupakan pelajaran yang bercerita mengenai tokoh dan peristiwa pada masa lalu. Ini diketahui dari 110 responden yang menjawab demikian. Hanya 8 orang yang berpendapat bahwa mata pelajaran sejarah sebagai bekal pengetahuan dan mendapatkan manfaat pelajaran bagi masa sekarang dengan masa yang akan datang, sedangkan 67 orang (60,91%) mengemukakan anyak bercerita tentang tokoh dan peristiwa pada masa lalu.

8.) Alasan tidak Menyenangi Pelajaran Sejarah

Alasan tidak menyenangi pelajaran di atas, diantaranya tampak dalam tabel 3.10 seperti di bawah ini.

Tabel 3.10

Alasan tidak Menyenangi Pelajaran Sejarah

Jumlah siswa

a. Banyak menghafal angka, tahun, nama orang dan tempat

b. Banyak istilah-istilah yang kurang dimengerti

c. Ceritanya membingungkan

d. Tidak mendapatkan manfaat bagi bagi kehidupan sehari-hari

49 29 8 24

Jumlah 110

Merujuk pada tabel 3.10 di atas, alasan tidak menyenangi pelajaran sejarah adalah banyak menghafal angka, tahun, nama orang, tempat merupakan alasan yang menempati urutan pertama. Ini menunjukkan jumlah yang cukup banyak, terbukti dari 110 orang responden, 49 orang siswa (44,55%) yang menjawab demikian. Selain itu, alasan lain adalah karena banyak istilah-istilah yang kurang dimengerti dan tidak mendapatkan manfaat bagi bagi kehidupan sehari-hari.


(35)

127

9.) Persepsi Siswa Mengenai Belajar Sejarah

Persepsi siswa tentang pembelajaran sejarah tampak pada tabel berikut. Tabel 3.11

Persepsi Siswa Mengenai Belajar Sejarah

Jumlah siswa

a. Kurang menyenangkan karena guru lebih banyak

menerangkan dan siswa mendengarkan

b. Cukup menyenangkan karena gurunya baik

c. Cukup menyenangkan karena menggunakan berbagai macam

metode

d. Menyenangkan, karena materinya memancing rasa ingin tahu

dan selalu dihubungkan dengan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

62 29 14 5

Jumlah 110

Tabel 3.11 ini diketahui secara umum persepsi siswa mengenai pelajaran sejarah. Mereka beranggapan bahwa pelajaran tersebut sulit dimengerti dan pembelajarannya kurang menyenangkan serta terlalu banyak hafalannya. Sebanyak 62 responden (56,36%) menyatakan bahwa pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang kurang menyenangkan karena guru lebih banyak menerangkan dan siswa mendengarkan. Ada 29 orang siswa (26,36%) yang menyatakan bahwa pembelajaran sejarah adalah pembelajaran yang menyenangkan, namun dengan alasan yang cukup subjektif, yaitu gurunya baik.


(36)

128

10.) Pendapat siswa tentang Cara Mengajar Guru

Di bawah ini kita lihat cara mengajar guru di kelas dari pendapat siswa. Tabel 3.12

Pendapat siswa tentang Cara Mengajar Guru

Jumlah siswa

a. Guru jarang menjelaskan materi

b. Guru menjelaskan teori dan materinya saja

c. Guru terlalu banyak memberikan contoh, sehingga

membingungkan siswa

d. Guru memperlihatkan gambar, tabel atau bagan untuk

mendorong rasa ingin tahu dan menjelaskan teori serta menghubungkannya dengan contoh yang relevan pada masa kini

9 72

8 21

Jumlah 110

Dari tabel 3.12 tersebut, diperoleh gambaran bahwa secara umum, guru sejarah hanya menjelaskan teori dan meterinya saja. Model pembelajaran ke arah inkuiri sudah mulai muncul, terbukti dari 21 orang responden (19,10%) yang menyatakan bahwa guru menjelaskan teori dan memperlihatkan gambar, tabel atau bagan untuk mendorong rasa ingin tahu dan mencoba menjelaskan teori, mendorong rasa ingin tahu dan menjelaskan teori serta menghubungkannya dengan contoh yang relevan pada masa kini.

Pembelajaran sejarah di kelas X SMA yang selama ini dilaksanakan oleh guru menunjukkan bahwa guru kurang terampil dalam menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan di kelas, dan kurangnya keterampilan serta kreativitas guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran sejarah. Oleh sebab itu, ditawarkan alternatif dalam menyelesaikan masalah tersebut, yaitu dengan memperkenalkan dan mengembangkan model pembelajaran inkuiri kepada guru, sehingga diharapkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dapat ditingkatkan.


(37)

129

11.) Harapan Siswa terhadap Cara Mengajar Guru

Di bawah ini digambarkan harapan siswa terhadp cara guru mengajar. Tabel 3.13

Harapan Siswa terhadap Cara Mengajar Guru

Jumlah siswa

a. Ceramah, mendengarkan cerita dari guru

b. Membaca dan mengerjakan LKS

c. Tanya jawab, berdiskusi, inkuiri

d. Mengunjungi tempat di luar sekolah

11 14 63 22

Jumlah 110

Dari tabel 3.13 dapat kita lihat bahwa sebagian besar siswa (57,27%) mengharapkan pembelajaran yang bersifat student oriented, seperti tanya jawab, berdiskusi, inkuiri. Dengan demikian, ini merupakan kajian penting bagi guru karena ini menunjukkan keinginan siswa agar guru dapat mengelola pembelajaran dengan baik, sehingga diperoleh suatu pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan.

12.) Harapan Siswa Mengenai Pembelajaran Inkuiri

Berikut ini harapan dan pendapat siswa mengenai pembelajaran inkuiri.

Tabel 3.14

Harapan Siswa Mengenai Pembelajaran Inkuiri

Jumlah siswa

a. Sangat perlu, untuk meningkatkan keterampilan berpikir dan

dapat menyelesaikan permasalahan sehari-hari

b. Perlu, agar lebih mudah dimengerti dan tidak membosankan

c. Kurang perlu, karena sejarah hanya mempelajari peristiwa

pada masa lalu

d. Tidak perlu, karena saya kurang menyukai pelajaran sejarah

35 49 17 9

Jumlah 110

Data pada tabel 3.14 tersebut mengindikasikan perlunya peningkatan keterampilan berpikir melalui pembelajaran inkuiri agar dapat menyelesaikan permasalahan sehari-hari. Sebagian besar siswa (44,54%) menjawab sangat perlu mengaitkan pembelajaran sejarah dengan permasalahan, baik masalah yang


(38)

130

berhubungan dengan materi sejarah itu sendiri maupun masalah yang berhubungan dengan lingkungan sekitar yang bertujuan untuk mengkaitkan keterampilan berpikir dan dapat menyelesaikan permasalahan sehari-hari dan agar lebih mudah dimengerti sehingga pembelajaran sejarah tidak membosankan.

b. Kemampuan dan aktivitas belajar siswa

Gambaran mengenai kemampuan dan aktivitas belajar siswa didapatkan melalui instrumen angket yang telah disebarkan kepada siswa kelas X dari SMA yang telah dipilih sebagai sampel pada studi pendahuluan dan melalui observasi kegiatan kelas. Seluruh angket yang disebarkan berjumlah 110, dan angket tersebut dikembalikan oleh seluruh siswa.

1.) Pendapat Siswa mengenai Tujuan Bersekolah

Pertanyaan tentang pendapat siswa mengenai aktivitas bersekolah didapat melalui jawaban berikut pada tabel 3.17.

Tabel 3.15

Pendapat Siswa mengenai Tujuan Bersekolah

Jumlah siswa

a. Mengikuti keinginan orang tua

b. Supaya mendapatkan ilmu dan pengetahuan

c. Agar dapat melanjutkan ke perguruan tinggi

d. Agar mendapatkan teman banyak

15 61 22 12

Jumlah 110

Dari tabel 3.15 di atas, diketahui bahwa pada umumnya tujuan bersekolah adalah supaya mendapatkan ilmu dan pengetahuan, dibuktikan dengan 61 orang (55,45%) yang menjawab demikian, 22 orang bertujuan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi (20%) sedangkan sebagian siswa lainnya, yang berjumlah 15 orang siswa (13,64%) menjawab bahwa tujuan bersekolah adalah untuk mengikuti keinginan orang tua, artinya, ada beberapa siswa yang bersekolah karena terpaksa,


(39)

131

bukan berasal dari kesadaran siswa sendiri, melainkan berasal dari tuntutan dan keinginan orang tua.

2). Pendapat Siswa mengenai Aktivitas Bersekolah

Di bawah ini, digambarkan pendapat siswa mengenai aktivitas bersekolah.

Tabel 3.16

Pendapat Siswa mengenai Aktivitas Bersekolah

Jumlah siswa

a. Menyenangkan, karena mendapat ilmu dan mendapat teman

b. Menyenangkan, karena dapat melanjutkan cita-cita

c. Biasa saja, karena tidak ada yang berkesan

d. Tidak menyenangkan, karena terlalu banyak materi yang harus

dipelajari, dan banyak teman yang mengganggu.

33 67 10 -

Jumlah 110

Dari data 3.16 di atas, diketahui bahwa pada umumnya aktivitas bersekolah adalah agar dapat melanjutkan cita-cita, dibuktikan dengan 67 orang (60,91%) yang menjawab demikian, sedangkan sebagian siswa lainnya, yang berjumlah 33 orang siswa (30%) menjawab bahwa tujuan bersekolah adalah untuk mendapatkan ilmu dan mendapatkan teman. Siswa juga memberikan jawaban atas pertanyaan tentang aktivitas belajar siswa di luar sekolah.

3.) Aktivitas Belajar Siswa di Rumah

Jawaban siswa/ responden berhubungan dengan aktivitas belajarsiswa di rumah dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.17

Aktivitas Belajar Siswa di Rumah

Jumlah siswa

a. Kurang dari 1 jam

b. Antara 1-2 jam

c. Lebih dari 2 jam

d. Tidak tentu

19 41 7 43


(40)

132

Dari hasil jawaban siswa yang ditunjukkan tabel 3.17, pada umumnya siswa belajar secara tidak menentu (39,09%), maksudnya adalah, kemungkinan siswa bisa belajar kurang dari satu jam, 1-2 jam atau mungkin lebih dari dua jam. Data menunjukkan 19 orang (17,27%) belajar di rumah kurang dari dua jam, antara 1-2 jam (37,27%), tergantung dari tuntutan tugas yang diminta oleh guru. Dengan demikian, jawaban belajar di rumah, sangat erat kaitannya dengan pekerjaan rumah (PR). Jadi, jika guru tidak memberikan PR atau tugas, maka aktivitas belajar siswa di rumah pun berkurang.

4.) Pendapat Siswa yang menyenangi Pembelajaran Sejarah

Mengenai pelajaran sejarah, diperoleh sejumlah data mengenai alasan disenangi atau tidaknya pelajaran sejarah di SMA kelas X. Di bawah akan diuraikan terhadap pernyataan tersebut.

Tabel 3.18

Pendapat Siswa yang menyenangi Pembelajaran Sejarah

Jumlah siswa

a. Banyak bercerita tentang tokoh dan peristiwa pada masa lalu

b. Banyak tempat-tempat bersejarah yang dapat dikunjungi

c. Memperkenalkan perjalanan sejarah yang ada di dunia

d. Sebagai bekal pengetahuan dan mendapatkan manfaat

pelajaran bagi masa sekarang dengan masa yang akan datang.

35 16 33 26

Jumlah 110

Dari data pada tabel 3.18 yang diperoleh, sebagian besar siswa masih berpandangan bahwa mereka menyenangi pembelajaran sejarah hanya sebatas pada cerita tentang tokoh dan peristiwa pada masa lalu. Jawaban ini diberikan oleh 35 orang siswa (31, 82%), namun sudah mulai tampak adanya pemahaman siswa mengenai alasan mereka menyenangi pembalajaran sejarah, yang diberikan oleh 26 orang siswa (23,64%), yaitu sebagai bekal pengetahuan dan mendapatkan manfaat pelajaran bagi masa sekarang dengan masa yang akan datang. Artinya,


(41)

133

keadaan ini akan memberikan kesempatan dan keleluasaan bagi guru untuk mengembangkan kreativitasnya agar pembelajaran sejarah dapat dikaitkan dengan kebutuhan, diantaranya dengan cara merangsang keterampilan berpikir yaitu dengan menyodorkan permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan oleh siswa melalui langkah-langkah tertentu, diantaranya dapat diambil dari lingkungan yang paling dekat dengan siswa.

5). Pendapat Siswa yang Tidak Menyenangi Pembelajaran Sejarah

Berbagai pendapat yang dikemukakan siswa mengenai alasan siswa tidak menyenangi pembelajaran sejarah.

Tabel 3.19

Pendapat Siswa yang Tidak Menyenangi Pembelajaran Sejarah

Jumlah siswa

a. Banyak menghafal angka, tahun, nama orang dan tempat

b. Banyak istilah-istilah yang kurang dimengerti

c. Ceritanya membingungkan

d. Tidak mendapatkan manfaat bagi bagi kehidupan sehari-hari

49 29 8 24

Jumlah 110

Merujuk pada data tabel 3.19 di atas, alasan tidak menyenangi pelajaran sejarah adalah banyak menghafal angka, tahun, nama orang, dan tempat merupakan alasan yang menempati urutan pertama. Ini menunjukkan jumlah yang cukup banyak, terbukti dari 110 orang responden, 49 orang siswa (44,54%) yang menjawab demikian. Alasan lainnya adalah karena banyak istilah-istilah yang kurang dimengerti dan tidak mendapatkan manfaat bagi bagi kehidupan sehari-hari. Dari jawaban yang dikemukakan siswa dari data yang diperoleh, maka dapat dilihat bahwa suatu pembelajaran yang baik dan menyenangkan jika adanya keterkaitan antara aspek guru, siswa dan lingkungan sekitar.


(42)

134 c. Kemampuan dan kinerja Guru

Gambaran mengenai kemampuan, kinerja guru dan pandangan terhadap pembelajaran sejarah, hubungannya dengan keterampilan berpikir diperoleh melalui sejumlah pertanyaan, yang dikembangkan dalam instrumen angket, baik angket yang diberikan kepada guru maupun yang diberikan kepada siswa.

1.) Tujuan guru mengajar

Pertanyaan pertama adalah mengenai tujuan guru mengajar. Tabel 3.20

Tujuan Guru Mengajar

Jumlah Guru

a. tugas rutin sehari-hari, yakni menyelesaikan materi

b. proses mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa

c. sebagai sarana dalam mendapatkan penghasilan

d. tanggung jawab profesi secara moril dan mengubah perilaku

siswa ke arah yang lebih baik

- 2 - 3

Jumlah 5

Berdasarkan jawaban yang diberikan, seperti tampak pada tabel 3.20, diketahui tiga orang guru cenderung berpandangan bahwa tugas mengajar sebagai tanggung jawab profesi secara moril dan mengubah perilaku siswa ke arah yang lebih baik. Dari data tersebut, maka dapat ditarik suatu pemahaman bahwa guru sudah mulai memahami bahwa tugas mengajar bukan hanya sekedar proses mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, namun juga mendidik.


(43)

135

2.) Pandangan Guru Mengenai Tugas Mengajar

Tabel 3.21

Pandangan Guru Mengenai Tugas Mengajar

Jumlah Guru

a. Mengajar adalah panggilan hati, dapat dilakukan siapa pun

b. Mengajar dapat dilakukan siapa pun asalkan menguasai

materi pelajaran

c. Mengajar hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki

sertifikat sebagai pendidik

d. Mengajar memerlukan keahlian khusus, hanya mampu

dilakukan oleh orang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan dan memiliki sertifikat sebagai pendidik

- 2 1 2

Jumlah 5

Berdasarkan data pada tabel 3.21, guru memberikan jawaban yang berbeda antara satu terhadap yang lain. Ada guru yang berpandangan bahwa mengajar dapat dilakukan siapa pun asalkan menguasai materi pelajaran. Dari pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa guru ini belum memahami tugas mengajar. Satu orang memberikan jawaban bahwa mengajar hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki sertifikat sebagai pendidik, dan dua orang guru lainnya memberikan pendapatnya bahwa mengajar memerlukan keahlian khusus, hanya mampu dilakukan oleh orang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan dan memiliki sertifikat sebagai pendidik. Perbedaan ini berakibat pada pemahaman mereka mengenai tujuan mengajar, dan pada implementasinya di kelas, juga berpengaruh pada kemauan dan kemampuan untuk meningkatkan kreativitas dalam mengajar.

3.) Pandangan Guru Terhadap Pelajaran Sejarah di SMA

Untuk mengkaji mengenai pandangan tentang pelajaran sejarah , tujuan sejarah di SMA dan model pembelajaran yang cocok diterapkan untuk pembelajaran sejarah di SMA, dapat dilihat pada tabel berikut.


(44)

136

Tabel 3.22

Pandangan Guru Terhadap Pelajaran Sejarah di SMA

Jumlah Guru

a. Mata pelajaran yang memiliki materi terlalu banyak untuk

disampaikan kepada siswa

b. Alokasi waktu yang tidak sesuai dengan beban materi yang

terlalu banyak

c. Dianggap sebagai mata pelajaran yang sepele, karena tidak

bermanfaat

d. Dapat menanamkan nilai positif bagi murid dan memberikan

manfaat bagi kehidupan sehari-hari.

2 3 - -

Jumlah 5

Dari tabel 3.22 tersebut, pandangan guru terhadap pelajaran sejarah merupakan suatu beban dan data yang diperoleh merupakan permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran sejarah di SMA. Mereka berasumsi bahwa mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang memiliki materi terlalu banyak untuk disampaikan kepada siswa, di sisi lain alokasi waktu yang tersedia tidak sesuai dengan beban materi yang terlalu banyak. Tidak heran jika terkadang guru hanya mengejar ketercapaian materi dan tujuan berdasarkan apa yang telah ada dalam rencana pembelajaran, tanpa memperhatikan kebutuhan siswa itu sendiri, termasuk perkembangan mental, fisik dan perkembangan kognitifnya.

4.) Pandangan Guru Terhadap Tujuan Pelajaran Sejarah di SMA

Untuk mengetahui lebih lanjut, pandangan guru terhadap tujuan pembelajaran sejarah di SMA, maka akan digambarkan dalam bentuk tabel.


(45)

137

Tabel 3.23

Pandangan Guru Terhadap Tujuan Pelajaran Sejarah di SMA

Jumlah Guru

a. Sebagai materi yang harus disampaikan pada siswa, karena

tercantum dalam kurikulum

b. Membekali materi sejarah sebanyak-banyaknya kepada siswa

c. Membekali siswa untuk menjadi warga negara yang baik dan

mengembangkan keterampilan berpikir dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan

d. Menjadikan siswa dengan ilmu dan pengetahuan agar menjadi

ilmuwan

3 - 2

-

Jumlah 5

Tabel 3.23 menunjukkan bahwa pada umumnya, 3 orang guru beranggapan bahwa pelajaran sejarah adalah materi yang harus disampaikan pada siswa, karena tercantum dalam kurikulum. Sementara guru yang lain memiliki pendapat yang berbeda, mereka berasumsi bahwa pelajaran sejarah bertujuan untuk membekali siswa agar menjadi warga negara yang baik dan mengembangkan keterampilan berpikir dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Keadaan ini menunjukkan belum adanya pemahaman sepenuhnya dari guru mengenai pelajaran sejarah. Mereka hanya memberikan materi, karena telah tercantum dalam kurikulum, tanpa memperhatikan aspek perkembangan siswa, membekali dan mananamkan sikap kebangsaan.

5.) Pandangan Guru Terhadap Model Pembelajaran Dalam Pelajaran

Sejarah

Selanjutnya pada tabel 3.24, diperoleh data mengenai model pembelajaran yang sesuai untuk pembelajaran sejarah.


(46)

138

Tabel 3.24

Pandangan Guru Terhadap Model Pembelajaran Dalam Pelajaran Sejarah

Jumlah Guru

a. Model yang mengacu pada pendekatan teacher centered

b. Model yang mengacu pada pendekatan student centered

c. Tidak memerlukan model khusus

d. Semua model dapat digunakan dalam pembelajaran

sejarah di SMA

- 2 - 3

Jumlah 5

Berdasarkan data 3.24, tampak pemahaman guru mengenai penggunaan model pembelajaran cukup baik, diantaranya adalah model yang mengacu pada pendekatan student centered untuk meningkatkan keterampilan berpikir.

6.) Pandangan Guru Terhadap Pembiasaan Keterampilan Berpikir

Pandangan guru terhadap model pembelajaran sejarah diperkuat dengan pendapat guru mengenai keterampilan berpikir, yang tercermin pada tabel berikut:

Tabel 3.25

Pandangan Guru Terhadap Pembiasaan Keterampilan Berpikir

Jumlah Guru

a. Sangat diperlukan, untuk melatih keterampilan berfikir siswa,

b. Perlu, sebagai tujuan yang harus dicapai dalam pelajaran

sejarah di SMA

c. Tidak perlu, karena pada dasarnya masing-masing siswa

sudah memiliki dasar keterampilan berpikir masing-masing.

d. Tergantung dengan kebutuhan

2 3 - -

Jumlah 5

Tabel 3.25 di atas menunjukkan bahwa guru perlu melakukan pembiasaan kepada siswa untuk melakukan pembelajaran sejarah dalam rangka melatih keterampilan berpikir siswa. Hal ini dilatarbelakangi pula dengan perkembangan fisik, kognitif dan mental siswa pada masa tersebut, sehingga beberapa guru berpandangan demikian. Untuk mengukur pembiasaan pembelajaran sejarah yang berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir siswa, maka diperlukan adanya suatu evaluasi.


(47)

139

7.) Evaluasi terhadap Keterampilan Berpikir

Di bawah ini diuraikan mengenai pandangan guru mengenai cara evaluasi yang digunakan dalam mengembangkan keterampilan berpikir siswa. Selanjutnya, akan terlihat pada tabel 3.26 di bawah ini:

Tabel 3.26

Evaluasi terhadap Keterampilan Berpikir

Jumlah siswa

a. Tidak perlu diadakan evaluasi

b. Diamati secara langsung selama proses pembelajaran

berlangsung

c. Dilakukan secara pre test dan post test

d. Dilakukan pengtamatan selama pembelajaran berlangsung, dan

melaksanakan pre test dan post test

- 2 1 2

Jumlah 5

Terlihat pada tabel 3.26 pandangan guru terhadap evaluasi keterampilan berpikir cukup beragam, namun secara umum menunjukkan hal yang positif, di mana evaluasi terhadap pembelajaran sejarah dalam meningkatkan keterampilan berpikir, dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan pada akhir pembelajaran. Di sisi lain, pemahaman mengenai tujuan mengajar guru, tidak disesuaikan dengan tujuan pengajaran sejarah, yaitu membekali siswa untuk menjadi warga negara yang baik dan mengembangkan keterampilan berpikir dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.

8.) Cara mengajar guru dalam Pembelajaran Sejarah

Untuk mengetahui cara guru mengajar, maka digambarkan pendapat siswa mengenai kinerja guru di kelas.


(1)

184

berupa gambar, dan bagan berisi materi dengan contoh-contoh yang dekat dengan kehidupan siswa terbukti cukup efektif untuk menstimulus keingintahuan siswa dalam melakukan tanya jawab melalui perumusan masalah.

Kegiatan inti. Pada kegiatan inti, khususnya saat perumusan hipotesis, pengumpulan data dan pengujian hipotesis, sebagian besar siswa sudah ikut terlibat dalam diskusi kelas yang diisi dengan presentasi, tanya jawab, mengemukakan pendapat dan adanya proses timbal balik yang positif antara satu kelompok dengan kelompok lainnya, misalnya memberi masukan dan sanggahan. Keadaan ini menandakan bahwa semua siswa menunjukkan peningkatan dalam keterampilan berpikirnya dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya. Antusias siswa menunjukkan perubahan yang cukup signifikan, di mana kemampuan siswa dalam tanya jawab dan kemampuan untuk memahami konsep serta keterampilan membuat hipotesis mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Pengunaan data dan informasi pada langkah pengolahan data/heuristik, dalam hal ini artikel dari surat kabar maupun dari internet sudah digunakan dengan maksimal. Begitu juga sumber belajar lainnya sudah dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran, sehingga pemfokusan hanya pada satu sumber belajar tidak terjadi. Siswa sudah dapat memilih sumber yang relevan dan lebih bersifat objektif terhadap pemilihan sumber yang didapat. Dengan demikian, pemahaman siswa meningkat karena ternyata juga tidak terlepas dari peran guru dalam memancing siswa untuk mengaitkan materi pelajaran dengan contoh-contoh yang dekat dengan lingkungan/ kehidupan siswa, keterampilan berpikir


(2)

185

siswa meningkat dalam identifikasi masalah, analisis masalah, pemilihan dan pemilahan sumber informasi. Selain itu, pemberian motivasi terhadap siswa pada proses dan akhir pembelajaran juga dianggap penting. Pada pengujian hipotesis, siswa menguji hipotesisnya dengan mempresentasikan hasil diskusinya dan menunjukkan jalur masuknya persebaran nenek moyang bangsa Indonesia berdasarkan gambar yang telah dibuat oleh perwakilan salah satu kelompok berdasarkan pada sumber yang mereka dapatkan.

Kegiatan penutup. Pada kegiatan penutup, guru memberikan reward terhadap hasil presentasi kelompok yang dianggap baik, sesuai dengan materi yang sedang dibahas, dan memenuhi kriteria penilaian dalam diskusi. Di sini, sisa waktu yang tersisa lebih banyak dibandingkan pertemuan sebelumnya, sehingga mempermudah guru untuk mengadakan evaluasi.

(3.)Refleksi Uji Coba Terbatas IV

Dari temuan yang didapatkan berdasarkan implementasi model pada uji coba terbatas IV, maka didapatkan refleksi di bawah ini:

a. Tujuan pembelajaran pada setiap langkah dapat dilaksanakan siswa dengan baik.

b. Sumber dan media belajar yang disiapkan oleh guru mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran


(3)

186

d. Siswa sudah tidak menghadapi hambatan/ kendala untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam post test, sehingga untuk mengadakan evaluasi ini memerlukan waktu yang relatif lebih singkat.

Dari hasil perkembangan implementasi model pembelajaran inkuiri pada uji coba terbatas, maka dapat dilihat bahwa pada uji coba ke tiga, model yang digunakan sudah berjalan dengan baik dan stabil, sehingga setelah uji coba ke empat, pelaksanaan ujicoba dapat diakhiri. Dengan demikian, maka diperoleh bentuk akhir model yang siap untuk diujicobakan secara lebih luas. Bentuk akhir model pembelajaran inkuiri yang dikembangkan melalui uji coba terbatas ini, dapat dilihat pada bagan 3.9 sebagai berikut.

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DESAIN

a. Tujuan pembelajaran

• Karakteristik tujuan mengacu pada pengembangan keterampilan berpikir

• Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik tujuan dan disesuaikan dengan kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa

b. Materi pembelajaran

• Dikembangkan dalm bentuk tabel/ bagan

• Mengembangkan pengetahuan dan keingintahuan siswa dengan materi yang dibahas melalui langkah-langkah penelitian yang sistematis

c. Prosedur pembelajaran

1. Pendahuluan

• Melakukan persiapan untuk melakukan proses pembelajaran

• Menyampaikan tujuan pembelajaran

• Mengungkap pengalaman belajar siswa sebagai apersepsi

• Guru menjelaskan prosedur inkuiri yang akan digunakan dalam proses pembelajaran a.) merumuskan masalah

• Melakukan Pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar

• Melalui tanya-jawab siswa bersama-sama guru merumuskan permasalahan mengenai materi yang akan dibahas

• Guru menjelaskan materi dengan contoh-contoh yang dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari dan melakukan tanya jawab dengan siswa untuk menggali pengalaman yang dimiliki, sehingga mempermudah siswa dalam memahami materi yang akan dibahas.

• Guru menggunakan beberapa media berupa gambar, dan bagan untuk menstimulus keingintahuan siswa dalam merumuskan masalah secara bersama dengan melakukan tanya jawab

2. Kegiatan Inti


(4)

187

• siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang dikaji dan Siswa juga sudah dipersiapkan untuk membaca buku pegangan siswa di rumah dan informasi lain yang mendukung terhadap materi yang akan dibahas

• siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang dikaji dan perlu diuji kebenarannya

• Siswa bersama-sama guru merumuskan hipotesis atau jawaban sementara tentang permasalahan dirumuskan sebelumnya.

c.) mengumpulkan data/ heuristik

• Melalui diskusi kelompok, siswa diminta untuk mencari informasi yang relevan dengan topik yang sedang dibahas dari berbagai sumber yang ada,baik lingkungan,

perpustakan, buku sumber lain yang relevan dan sebagainya

• Menciptakan variasi dalam membangun suasana kelas dengan unsur konteks dalam proses belajar adalah suatu keharusan dalam belajar yang lebih bergairah dan menyenangkan

• Guru menugaskan, mendorong, dan mengarahkan siswa dalam meningkatkan

keterampilan berpikir dengan cara identifikasi masalah, analisis masalah, pengumpulan data, mencari informasi yang relevan dengan topik yang sedang dibahas.

d.) menguji hipotesis/ kritik

• Siswa mempresentasikan hasil diskusinya

• Kelompok lain bertanya, menanggapi, dan memberikan tanggapan terhadap hasil presentasi

• Masing-masing siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan aktivitas dan keterampilan berpikirnya

• Menciptakan pengembangan berpikir siswa melalui pengujian hipotesis dengan kerja kelompok yang didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan 3. Penutup

e.) menyimpulkan

• Siswa mempresentasikan materi berdasarkan hasil yang telah didiskusikan

• Dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan hasil diskusi sebagai kesimpulan akhir kelas yang dihubungkan dengan rumusan permasalahan awal yang dirumuskan

• Bersama-sama melakukan refleksi materi yang telah dibahas

• Guru mengevaluasi siswa dengan memberikan pos test

• Penugasan

EVALUASI

Evaluasi dilaksanakan selama proses PBM berlangsung dan pada akhir PBM. Pada proses PBM, evaluasi dilakukan berupa observasi kegiatan siswa, sedangkan pada akhir pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan cara menyebarkan tes berupa uraian kepada siswa

Bagan 3.9

Bentuk Akhir Model Pembelajaran Inkuiri

Perubahan model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir yang mencakup rencana dan pelaksanaan pembelajaran, dari draf awal menjadi model akhir dapat dilihat pada tabel 3.30 di bawah ini


(5)

188 Tabel 3.30

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR

DARI DRAF AWAL SAMPAI FINAL

DRAFT AWAL DRAFT YANG DISEMPURNAKAN MODEL AKHIR

Desain/ Perencanaan 1. Standar Kompetensi 4. tujuan 2. Kompetensi Dasar 5. materi 3. Indikator 6. media/

sumber Implementasi

1. Pendahuluan - Motivasi

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran merumuskan masalah (a) - Mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran secara individu/ kelompok 2. Kegiatan Inti

eksplorasi membuat hipotesis(b) - Siswa dibimbing untuk mengajukan hipotesis elaborasi

mengumpulkan data/ heuristik(c) - dengan bimbingan guru, siswa mengumpulkan data/

informasi berkaitan dengan materi yang sedang dibahas konfirmasi menguji hipotesis/ kritik(d) - pengujian hipotesis dengan bimbingan guru

3. Kegiatan Penutup menyimpulkan(e) - siswa dibimbing dalam menyimpulkan

- pemberian tugas Evaluasi - Evaluasi Proses - Evaluasi hasil

Desain/ Perencanaan 1. Standar Kompetensi 4. Tujuan 2. Kompetensi Dasar 5. materi 3. Indikator 6. Media/

sumber Implementasi

1. Pendahuluan - Motivasi

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

merumuskan masalah (a) - mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran secara individu/ kelompok

2. Kegiatan Inti eksplorasi

membuat hipotesis(b)

- siswa diminta untuk mengajukan hipotesis

elaborasi

mengumpulkan data/ heuristik(c) - siswa diarahkan untuk

mencaridata/ informasi yang relevan berkaitan dengan materi yang dibahas

konfirmasi

menguji hipotesis/ kritik (d) - pengujian hipotesis melalui presentasi hasil diskusi kelompok sesuai data, informasi dari berbagai sumber

3. Kegiatan Penutup menyimpulkan(e) - siswa menyimpulkan

- guru memberikan reinforcement terhadap performance presentasi siswa

- Pemberian tugas Evaluasi - Evaluasi Proses - Evaluasi hasil

Desain/ Perencanaan 1. Standar Kompetensi 4. Tujuan 2. Kompetensi Dasar 5. Materi 3. Indikator 6. media/

sumber Implementasi

1. Pendahuluan - Motivasi

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

merumuskan masalah (a)

- mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran secara individu/ kelompok

2. Kegiatan Inti

membuat hipotesis(b) eksplorasi

- siswa diminta untuk mengajukan hipotesis

elaborasi

mengumpulkan data/ heuristik(c) - siswa ditugaskan dan didorong untuk memilih dan memilah data/ informasi yang relevan berkaitan dengan materi yang dibahas

konfirmasi

menguji hipotesis/ kritik (d) - pengujian hipotesis melalui presentasi hasil diskusi kelompok sesuai data, informasi dari berbagai sumber

3. Kegiatan Penutup menyimpulkan(e) - siswa menyimpulkan

- guru memberikan reinforcement terhadap performance presentasi siswa

- Pemberian tugas Evaluasi - Evaluasi Proses - Evaluasi hasil


(6)