120
Dari paparan data tabel 3.5 di atas, dipahami secara umum guru mata pelajaran sejarah di SMA belum memahami cara mengembangkan rencana
pembelajaran yang benar. Dalam mengembangkan RPP, pada umumnya, guru tampak hanya mengembangkan atau membuat RPP berdasarkan RPP yang sudah
ada. Keadaan ini juga ditunjukkan dari kecenderungan guru dalam menggunakan sumber utama dari buku pegangan siswa saat mengembangkan materi dan strategi
pembelajaran. Kelemahan lainnya terlihat dalam melakukan evaluasi hasil belajar. Guru cenderung melakukan evaluasi pada setiap selesai menyampaikan materi
setiap satu pokok bahasan, sehingga yang menjadi tujuan evaluasi adalah bagaimana siswa sebanyak mungkin menguasai materi pelajaran. Data ini
menggambarkan suatu kesimpulan, yaitu bahwa guru kurang merasakan kegunaan dari pengembangan rencana pembelajaran. Aspek lain yang perlu diperhatikan
adalah ketika pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sejarah di kelas. Hasil tersebut dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:
4. Pendapat guru mengenai pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Tabel 3.6
Pendapat guru mengenai pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar
Jumlah Guru 1.
Sumber Belajar a.
Buku, papan tulis, lingkungan sekitar dan penjelasan dari guru
b. Media gambar, lukisan, peta
c. Media cetak surat kabar, majalah, buku paket, artikel
d. Media elektronik TV, OHP, infokus, CD interaktif,
multimedia 3
1 1
2. Hambatan terbatasnya sumber Belajar
a. Terbatasnya siswa yang memiliki buku paket sejarah
b. Tidak tersedianya buku sumber sejarah yang mendukung
dalam pembelajaran sejarah c.
Tidak ada siswa yang memiliki buku sumber sejarah d.
Banyak buku sumber sejarah yang sudah tidak layak pakai
2 2
1
121
3. Metode pembelajaran yang digunakan
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Berdiskusi
d. Pengalaman langsung
2 2
1
4. Bentuk evaluasi pembelajaran sejarah yang digunakan
a. Tes tertulis berbentuk pilihan ganda, isian, uraian dan
menjodohkan b.
Tes lisan, dan tanya jawab c.
Non tes observasi d.
Perpaduan tes dan non tes 3
2
Berdasarkan tabel 3.6 di atas, diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan menunjukkan adanya keterbatasan dalam sumber belajar, yang
pada umumnya hanya berasal dari penjelasan guru, dari papan tulis, dan hanya sekali waktu saja menggunakan sumber lain. Hambatan kendala yang dialami
oleh guru adalah terbatasnya siswa yang memiliki buku paket sejarah, sehingga terkadang mempersulit guru ketika mengadakan pembelajaran. Hal inilah yang
menyebabkan pembelajaran cenderung hanya menggunakan metode ceramah sebagai metode yang sering digunakan dan siswa menjadi pasif. Implikasinya
yakni kurang berkembangnya keterampilan berpikir siswa, karena guru lebih berorientasi kepada pembelajaran yang bersifat tradisional.
Jika dibandingkan dengan hasil observasi di kelas, memang ditemukan hambatan seperti yang telah diuraikan oleh guru dalam angket yang telah
diberikan sebelumnya kepada guru mata pelajaran sejarah. Keadaan kelas kurang mendukung terjadinya pembelajaran sejarah yang optimal, karena kurangnya
buku sumber. Hanya beberapa siswa yang memiliki buku paket. Buku paket dari perpustakaan pun sudah kurang sesuai dengan kurikulum yang sedang
berlangsung. Ada beberapa siswa yang memang memperhatikan penjelasan guru dengan baik, namun tidak jarang juga yang tampak mengantuk, kurang
122
memperhatikan dan terkesan acuh. Guru hanya sesekali melakukan tanya jawab dengan siswa, di sisi lain, siswa pun menunjukkan adanya kurangnya respon
dalam menanggapi pertanyaan dari guru, sehingga komunikasi yang sering terjadi pada pembelajaran adalah komunikasi satu arah.
Pada umumnya, semua guru melakukan evaluasi pada akhir pembelajaran, dengan cara meminta siswa untuk mengerjakan LKS atau menyuruh siswa
membaca materi untuk pertemuan berikutnya. Pada pertemuan berikutnya, terkadang guru lupa untuk mengaitkannya dengan materi sebelumnya dan tidak
mengadakan tanya jawab, diskusi atau menyediakan suatu permasalahan yang harus diselesaikan siswa sehingga dapat merangsang keterampilan berpikir siswa.
Guru cenderung menggunakan cara mengajar seperti pada pertemuan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena hal tersebut sudah menjadi suatu
kebiasaan dan membentuk sebuah pola. Pada akhirnya, siswa menjadi pihak yang terkena dampaknya, di satu sisi, pada dasarnya usia pada jenjang pendidikan
menengah adalah tahapan di mana siswa sedang mengalami perkembangan, memiliki rasa ingin tahu yang besar dan sudah dapat diajak diskusi dan
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Berdasarkan kajian di atas, maka di satu sisi guru cukup menguasai materi
pembelajaran sejarah, namun belum dapat mengelola kelas dengan optimal. Oleh karena itu, seringkali keadaan ini menimbulkan pandangan pada diri siswa bahwa
pembelajaran sejarah hanyalah pembelajaran yang kurang bermakna, karena kurang memberikan manfaat bagi kehidupan sehari-hari.
123
5. Pandangan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah Tabel 3.7