106
pengamatan oleh guru dan peneliti dijadikan bahan untuk melakukan revisi pada uji coba berikutnya, hingga pada tahap penyempurnaan.
b. Uji Coba Luas
Setelah diadakan penyempurnaan model pembelajaran hasil uji coba terbatas pada masing-masing siklus, selanjutnya dilakukan uji coba dengan skala
lebih luas untuk menghasilkan model yang diharapkan yang dilaksanakan pada sekolah kategori dengan kategori rendah, kategori sedang dan kategori tinggi
sebagai sampel dalam penelitian ini. Setiap sekolah diambil sampel sebanyak satu kelas sebagai kelas uji coba. Evaluasi dilakukan terhadap proses dan hasil
pembelajaran.
B. Lokasi dan Subjek
Participant subject menurut Mac Millan 2008: 110 yakni “someone from whom data are collected.” Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas subjek objek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sampel yaitu “the group of elements, or a single element, from which data are or have been obtained”. Sampel juga merupakan bagian dari populasi yang diambil
dari sumber data yang dianggap memiliki karakteristik sifat yang dimiliki oleh populasi tersebut. Setelah menetapkan subjek penelitian, maka dilakukan
sampling. Penetapan sampling dilakukan dalam penelitian pra survey dan pada saat proses pengembangan model, yaitu dalam uji terbatas dan uji coba luas.
107
Merujuk pada pendapat yang dikemukakan oleh Mac Millan, maka dipilih subjek pada penelitian pra survei. Dalam penelitian pra survei, yang dijadikan
sebagai subjek penelitian adalah guru sejarah di kelas X SMA Kecamatan Rangkasbitung dan siswa SMA kelas X. Tujuan penetapan subjek penelitian ini
yaitu untuk mendapatkan gambaran proses pembelajaran yang telah dilaksanakan selama ini. Secara keseluruhan, subyek utama dalam penelitian pengembangan
model pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran sejarah ini adalah siswa kelas X SMA semester genap tahun pelajaran 20102011 di wilayah Kecamatan
Rangkasbitung. Penetapan sampel pada tahap pengembangan dalam uji coba terbatas dan
uji coba luas dilaksanakan dengan menggunakan purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel diambil dengan maksud atau tujuan
tertentu http:www.socialresearchmethods.netkbsampnon.php. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang
atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Purposive sampling dibagi menjadi dua bagian, yaitu judgement sampling dan
quota sampling. Sampling purposive yang diambil penulis adalah judgement sampling.
Artinya, sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa sampel tersebut merupakan pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya. Jadi,
judment sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai “information rich”http:www.purposive-sampling
catid=309Itemid=585.
108
Melalui sampling purposive, penelitian dilaksanakan pada SMA Swasta PGRI Rangkasbitung sebagai lokasi pengembangan dan uji coba terbatas.
Penetapan satu sekolah untuk pengembangan model inkuiri ini dianggap mewakili sekolah swasta lainnya dan didasarkan pada kemungkinan dapat dilakukannya uji
coba pengembangan. Tujuannya adalah adanya kerjasama yang baik dan kemauan dari pihak sekolah, atau guru untuk melaksanakan pengembangan
pembelajaran model inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir pada mata pelajaran sejarah. Kerjasama ini merupakan hal yang penting, karena akan
menentukan keberhasilan uji coba model yang dikembangkan. Uji coba terbatas pengembangan model inkuiri dilakukan di SMA PGRI
Rangkasbitung dengan kategori rendah. Asumsinya adalah, jika penelitian yang dilakukan pada sekolah berkategori rendah, maka jika diaplikasikan pada sekolah
dengan kategori klasifikasi sedang dan yang lebih baik, maka akan diperoleh hasil yang lebih baik pula. Pertimbangan lainnya adalah adanya kemungkinan untuk
dilakukan ujicoba. Artinya, adanya kemauan dari pihak guru untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan pembelajaran model inkuiri dan aspek konteks pula.
Faktor perizinan dianggap penting karena akan menjadi penentu dapat dilakukannya penelitian dengan baik. Oleh karena itu, penetapan sampel
disesuaikan dengan kebutuhan dan sekolah yang dipilih adalah SMA PGRI. Pada uji coba luas, peneliti menggunakan tiga sekolah, yaitu SMAN 1
Rangkasbitung kategori baik, SMAN 3 Rangkasbitung kategori sedang, dan SMAN 2 Rangkasbitung kategori kurang. Penetapan sampel pada uji coba luas
dilakukan berdasarkan pembagian kriteria, yakni sekolah yang dianggap baik,
109
sedang dan kurang. Penetapan kriteria kualifikasi sekolah ini dapat dilihat berdasarkan a opini masyarakat keinginan orang tua memilih sekolah
berdasarkan dengan status ekonomi dan pendidikan orang tua, b kemampuan sekolah untuk menghasilkan output berupa kuantitas lulusan siswa dalam ujian
UAN, dan c ketersediaan sarana dan prasarana di sekolah. Adapun penetapan kriteria dalam sampling ini berdasarkan pada opini masyarakat dan juga
ketersedian sarana dan prasarana di sekolah. Kriteria penetapan sekolah ini didasarkan pada data yang diperoleh dari Kantor Departemen Pendidikan
Kecamatan Rangkasbitung. Penetapan sampel terhadap sekolah yang dipilih, dapat dilihat melalui tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1 Sampel sekolah untuk Penelitian Uji Coba Terbatas dan Uji Coba Luas
No Kelompok
Klasifikasi Nama Sekolah
Jumlah Siswa
Jumlah Guru
1 Uji Coba Terbatas
Kurang SMA S PGRI
20 1
2. Uji Coba Luas
Baik SMAN 1 Rangkasbitung
30 1
Sedang SMAN 3 Rangkasbitung
30 1
Kurang SMAN 2 Rangkasbitung
30 2
Jumlah 110
5
C. Teknik Pengumpulan Data