Kondisi dan Pemanfaatan Sarana, Fasilitas dan Lingkungan

141 padahal penggunaan sumber dan media pembelajaran dapat menggunakan dengan sumber dan media yang sederhana sekalipun. Hal terpenting adalah, siswa dapat mengambil hikmah dan nilai-nilai positif pembelajaran sejarah berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukannya. Dengan demikian, kinerja guru perlu ditingkatkan, sesuai dengan kebutuhan siswa.

d. Kondisi dan Pemanfaatan Sarana, Fasilitas dan Lingkungan

Dari penelitian pra survei yang telah dilakukan, kondisi SMA yang berada di Kecamatan Rangkasbitung, secara umum memenuhi syarat minimal sebagai suatu pusat pendidikan. Maksud dari pernyataan tersebut yaitu setiap sekolah memiliki ruang-ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, kamar kecil dan halaman tempat dilakukannya aktivitas di luar kelas. Hampir semua SMA yang ada di Kecamatan Rangkasbitung memiliki fasilitas lain, seperti laboratorium, tempat ibadah dan perpustakaan yang terpisah dengan ruangan lainnya. Dilihat dari sarana yang tersedia, SMA yang dijadikan sebagai sampel penelitian merupakan lingkungan yang cukup baik, karena relatif aman, berada di lingkungan sekolah-sekolah lainnya, dan jauh dari keramaian, sehingga suasana belajar yang tenang cukup terpenuhi. Selain itu, SMA PGRI tempat dilakukan ujicoba terbatas model inkuiri adalah salah satu sekolah yang termasuk ke dalam sekolah yang memiliki syarat minimal sebagai suatu pusat pendidikan. Kelengkapan sarana sangat memadai, di mana setiap jenjang kelas menempati satu ruang kelas masing-masing. Persoalan mulai tampak pada fasilitas yang ada, yaitu ketika guru menyatakan kesulitan dalam pembelajaran di kelas. Fasilitas ini mencakup 142 fasilitas umum dan fasilitas khusus. Fasilitas umum yang tersedia pada SMA ini diantaranya adalah papan tulis dalam hal ini white board dan perlengkapan belajar untuk siswa buku, catatan dan perlengkapannya. Fasilitas umum yang menjadi kendala adalah buku pegangan siswa. Hal ini disebabkan karena terbatasnya buku sumber yang dimiliki siswa. Keterbatasan ini disebabkan karena pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, siswa tidak harus memiliki dan membeli buku pegangan siswa. Keadaan ini merupakan salah satu kendala yang ada dalam implementasi pembelajaran, sebab akan menghambat proses pembelajaran sejarah di kelas. Beberapa buku sumber sejarah kelas X seharusnya disediakan oleh pihak sekolah, tetapi buku yang tersedia di perpustakaan pun sudah tidak sesuai lagi dengan kurikulum yang diterapkan sekarang, karena standar kompetensi SK, kompetensi dasar KD dan materi pokok bahasan yang ada di dalam buku tersebut berbeda cukup jauh dengan pembahasan yang ada dalam buku sumber yang digunakan pada kurikulum KTSP. Dengan demikian, untuk mengatasi persoalan tersebut, diperlukan adanya strategi. Strategi yang digunakan guru adalah dengan cara membagi kelas ke dalam beberapa kelompok diskusi. Masing-masing kelompok, minimal memiliki satu buah buku paket pegangan siswa sebagai dasar untuk sumber belajar, sedangkan sumber lainnya dapat diperoleh dengan cara mencari informasi dari media cetak, maupun dengan mengadakan browsing di internet, sesuai dengan materi yang akan dibahas. Dilihat dari fasilitas khusus, berupa media pembelajaran, juga mengalami hambatan. Media yang tersedia di perpustakaan, seperti peta, atlas, globe, koran, majalah, dan buku sumber lainnya yang berhubungan dengan pembelajaran 143 sejarah, terlihat tidak terawat. Guru menyatakan jarang menggunakan media karena keterbatasan waktu, keadaan ini dapat diatasi dengan menggunakan media berupa bagan atau tabel materi. Media berupa tabel atau bagan materi dapat dipersiapkan oleh guru, media peta pun dapat dibuat oleh siswa untuk mempermudah pembelajaran. Tabel atau bagan model pembelajaran inkuiri dan beberapa gambar atau informasi dari berbagai media, dapat membantu guru dalam mengimplementasikan pembelajaran sejarah, dikaitkan dengan contoh-contoh yang dekat dengan lingkungan siswa, sehingga menunjang kinerja guru dan proses belajar mengajar. Untuk aspek lingkungan, cenderung kepada peranan kepala sekolah terhadap perbaikan kualitas pembelajaran di lingkungan sekolahnya. Kepedulian dan peranan kepala sekolah di SMA PGRI, tempat dilakukannya uji coba terbatas dapat berlangsung cukup baik, karena karena kepala SMA selalu memberikan dorongan dan motivasi, serta arahan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Adanya peranan kepala sekolah berupa dorongan dan motivasi kepada guru-guru, merupakan salah satu indikator yang menunjang keberhasilan implementasi dan pengembangan model pengembangan pembelajaran inkuiri.

2. Kesimpulan