Umum KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL

Bab 5 Kebijakan Desentralisasi Fiskal Nota Keuangan dan RAPBN 2014 5-2 lainnya, lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank, serta masyarakat melalui penerbitan obligasi daerah. Pemerintah daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, kecuali dalam hal pinjaman langsung kepada pihak luar negeri yang terjadi karena kegiatan transaksi obligasi daerah di pasar modal domestik. Pinjaman daerah dapat digunakan untuk mendanai kegiatan yang merupakan inisiatif dan kewenangan daerah danatau untuk menutup kekurangan kas daerah. Namun, mengingat peranannya hanya sebagai salah satu sumber pembiayaan daerah, maka pinjaman harus dapat dikelola dengan baik berdasarkan kriteria, persyaratan, dan mekanisme yang diatur dalam peraturan perundang- undangan. Selain itu, pinjaman juga harus dapat dikendalikan sesuai dengan batas-batas yang tidak memberikan dampak negatif terhadap APBD serta perekonomian daerah dan nasional. Sementara itu, hibah dari pemerintah pusat digunakan untuk mendanai penyelenggaraan urusan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah khususnya yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik. Secara keseluruhan, alokasi anggaran Transfer ke Daerah yang terdiri atas Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian diarahkan untuk 1 Meningkatkan kapasitas iskal daerah serta mengurangi kesenjangan iskal antara pusat dan daerah, serta antar daerah; 2 Meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan ketepatan waktu pengalokasian dan penyaluran anggaran transfer ke daerah; 3 Meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antar daerah; 4 Mendukung kesinambungan iskal nasional; 5 Meningkatkan sinkronisasi antara rencana pembangunan nasional dengan pembangunan daerah; 6 Meningkatkan perhatian terhadap pembangunan di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan; serta 7 Meningkatkan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi terhadap jenis dana transfer tertentu guna meningkatkan kualitas belanja daerah.

5.2 Perkembangan Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal Tahun 2008-2013

5.2.1 Pelaksanaan Kebijakan Transfer ke Daerah

Sejalan dengan arah tujuan kebijakan alokasi Transfer ke Daerah untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah dan kesinambungan iskal nasional, selama kurun waktu 2008-2013, alokasi dana transfer ke daerah terus mengalami peningkatan. Dana Transfer ke Daerah terdiri atas: 1 Dana Perimbangan, yakni DBH, DAU, dan DAK, serta 2 Dana Otonomi khusus dan Penyesuaian. DBH dialokasikan dari beberapa jenis pendapatan negara guna mendanai kebutuhan yang menjadi urusan daerah dan ditujukan untuk mengurangi ketimpangan iskal antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. DBH bersumber dari penerimaan negara berupa pajak, cukai, dan penerimaan negara bukan pajak dari sumber daya alam. Pendapatan pajak yang dibagi hasilkan terdiri atas Pajak Penghasilan Pasal 21 PPh Pasal 21, Pajak Penghasilan Pasal 25, dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri PPh Pasal 2529 WPOPDN, Pajak Bumi dan Bangunan PBB, serta Cukai Hasil Tembakau CHT. DBH SDA bersumber dari kehutanan, pertambangan umum, perikanan, minyak bumi, gas bumi, dan pertambangan panas bumi. Sementara itu, DAU dialokasikan untuk meminimumkan ketimpangan iskal antardaerah dalam mendanai urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. DAU dialokasikan Bab 5 5-3 Kebijakan Desentralisasi Fiskal Nota Keuangan dan RAPBN 2014 untuk provinsi dan kabupatenkota dalam APBN, yakni sekurang-kurangnya 26 persen dari Pendapatan Dalam Negeri PDN neto. Proporsi DAU untuk provinsi dan kabupaten kota dihitung berdasarkan perbandingan antara bobot urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi dan kabupatenkota. Sesuai UU Nomor 33 Tahun 2004, proporsi DAU untuk provinsi dan kabupatenkota ditetapkan dengan imbangan 10 persen untuk provinsi dan 90 persen untuk kabupatenkota. Selanjutnya, DAK dialokasikan untuk membantu daerah dalam mendanai program kegiatan yang menjadi kewenangan daerah dan menjadi prioritas nasional. Tujuannya agar daerah dapat menyediakan infrastruktur sarana dan prasarana pelayanan publik secara memadai dalam rangka mendorong pencapaian Standar Pelayanan Minimum masing-masing bidang. Alokasi DAK ke daerah penerima dilakukan berdasarkan tiga kriteria, yakni: 1 Kriteria Umum, yang dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD setelah dikurangi belanja Pegawai Negeri Sipil Daerah; 2 Kriteria Khusus, yang dirumuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan karakteristik daerah; dan 3 Kriteria Teknis, yang disusun berdasarkan indikator-indikator kegiatan khusus yang akan didanai dari DAK, yang dirumuskan melalui indeks teknis oleh menteri teknis terkait. Kriteria- kriteria tersebut tidak membatasi adanya cakupan bidang yang akan didanai dari DAK, sehingga dalam perkembangannya bidang-bidang yang didanai DAK cenderung bertambahberubah dari tahun ke tahun, yakni dari 11 bidang dalam tahun 2008 menjadi 19 bidang dalam tahun 2013. Untuk mempercepat pembangunan daerah tertinggal dalam rangka peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah-daerah tersebut, dalam tahun 2013 telah dilaksanakan kebijakan afirmative untuk daerah tertinggal melalui pemberian DAK Tambahan, sehingga rata-rata alokasi DAK untuk daerah tertinggal mencapai Rp81,6 triliun, atau lebih besar apabila dibandingkan dengan rata-rata alokasi DAK untuk daerah-daerah yang tidak tertinggal Rp48,5 triliun. Selain ketiga jenis dana tersebut, dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi khusus di Provinsi Aceh, Papua, dan Papua Barat, dalam APBN juga dialokasikan anggaran Dana Otsus. Alokasi Dana Otsus bagi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat besarnya adalah setara dengan 2 persen dari pagu DAU Nasional, dengan pembagian 70 persen untuk Provinsi Papua dan 30 persen untuk Provinsi Papua Barat. Selain Dana Otsus, Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat juga mendapatkan alokasi Dana Tambahan Otsus Infrastruktur yang besarnya disesuaikan dengan kemampuan keuangan negara dan tambahan porsi DBH SDA Minyak Bumi dan DBH SDA Gas Bumi masing-masing sebesar 55 persen dan 40 persen dari PNBP SDA Minyak Bumi dan Gas Bumi yang berasal dari wilayah provinsi yang bersangkutan. Dana Otsus Provinsi Aceh berlaku untuk jangka waktu 20 tahun sejak 2008, dan alokasinya dibedakan menjadi dua, yakni: i untuk tahun pertama sampai dengan tahun ke lima belas, besarnya setara dengan 2 persen pagu DAU Nasional, dan ii untuk tahun keenam belas sampai dengan tahun kedua puluh, besarnya setara dengan 1 persen pagu DAU Nasional. Disamping itu, juga diberikan tambahan porsi DBH SDA Migas dalam rangka Otsus yang besarnya sama dengan untuk Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, yakni masing-masing sebesar 55 persen dan 40 persen dari PNBP SDA Minyak Bumi dan Gas Bumi yang berasal dari wilayah provinsi yang bersangkutan. Sementara itu, cakupan Dana Penyesuaian telah mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Dalam tahun 2013, Dana Penyesuaian terdiri dari Bantuan Operasional Sekolah BOS, Tunjangan Profesi Guru PNSD, Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD, Dana Insentif Daerah DID, dan Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi P2D2.