Surat Berharga Negara 906,5 DEFISIT, PEMBIAYAAN ANGGARAN,

Bab 6 6-25 Deisit, Pembiayaan Anggaran, dan Risiko Fiskal Nota Keuangan dan RAPBN 2014 6.3 Deisit dan Pembiayaan Anggaran RAPBN 2014 6.3.1 Deisit Anggaran D a l a m R A P B N 2 0 1 4 , P e m e r i n t a h menempuh kebijakan defisit anggaran dalam rangka menjaga momentum pertumbuhan ekonomi melalui pemberian stimulus iskal secara terukur. Target deisit anggaran dalam RAPBN 2014 sebesar 1,49 persen dari PDB, yang ditetapkan dalam upaya menjaga kesinambungan iskal. Target defisit dalam RAPBN 2014 tersebut menunjukkan penurunan apabila dibandingkan dengan target deisit dalam APBNP 2013 yang mencapai 2,38 persen terhadap PDB. Target deisit dalam RAPBN 2014 direncanakan sebesar Rp154,2 triliun, lebih rendah apabila dibandingkan target deisit dalam APBNP 2013 sebesar Rp224,2 triliun. Rincian deisit dan pembiayaan anggaran tahun 2013-2014 disajikan dalam Tabel 6.12.

6.3.2 Pembiayaan Anggaran

Dalam RAPBN 2014, sejalan dengan besaran target deisit ditetapkan sebesar Rp154,2 triliun atau 1,49 persen terhadap PDB, sumber pembiayaan anggaran yang digunakan untuk membiayainya berasal dari pembiayaan utang dan nonutang. Pembiayaan yang bersumber dari nonutang secara neto mencapai negatif Rp10,5 triliun, sedangkan pembiayaan yang bersumber dari utang secara neto mencapai Rp164,7 triliun. Mengingat sumber-sumber pembiayaan nonutang yang dapat dimanfaatkan di tahun 2014 relatif terbatas, sehingga Pemerintah masih mengandalkan sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari utang. Rincian deisit dan pembiayaan anggaran dalam tahun 2013-2014 disajikan dalam Tabel 6.12. 6.3.2.1 Pembiayaan Nonutang Pembiayaan nonutang dalam RAPBN 2014 terdiri atas 1 perbankan dalam negeri, yang berasal dari penerimaan cicilan pengembalian penerusan pinjaman; dan 2 nonperbankan dalam negeri, yang meliputi penerimaan hasil pengelolaan aset, alokasi dana investasi Pemerintah, serta alokasi Kewajiban Penjaminan. Dalam RAPBN 2014, kebijakan pembiayaan nonutang meliputi: 1. Pemanfaatan SAL sebagai sumber pembiayaan anggaran dan iscal buffer untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis, khususnya pada pasar SBN sebagai dampak perekonomian global yang masih diliputi ketidakpastian; 2. Meningkatkan kualitas perencanaan investasi pemerintah dalam rangka meningkatkan nilai tambah bagi BUMNLembaga; 3. Pengalokasian dana investasi Pemerintah dalam rangka pemberian PMN kepada BUMN Lembaga untuk percepatan pembangunan infrastruktur, penjaminan KUR dan peningkatan kapasitas usaha BUMNLembaga; 4. Pengalokasian dana PMN kepada OrganisasiLembaga Keuangan Internasional dan badan APBNP RAPBN 2013 2014

A. PENDAPATAN NEGARA 1.502,0

1.662,5 B. BELANJA NEGARA

1.7 26,2 1.816,7

C. SURPLUSDEFISIT ANGGARAN A - B

224,2 154,2 Defisit terhadap PDB 2,38 1,49 D. PEMBIAYAAN ANGGARAN I + II 224,2 154,2 I. Nonutang 8,8 1 0,5 II. Utang 2 1 5,4 1 64,7 Su m ber : Kem en ter ia n Keu a n g a n TABEL 6.12 triliun rupiah Uraian DEFISIT DAN PEMBIAYAAN ANGGARAN, 2013-2014 Bab 6 Deisit, Pembiayaan Anggaran, dan Risiko Fiskal Nota Keuangan dan RAPBN 2014 6-26 hukum lain yang ditujukan untuk memenuhi kewajiban Indonesia sebagai anggota dan mempertahankan persentase kepemilikan modal; 5. Mendukung restrukturisasi atau phase out BUMN yang kurang sehat, sehingga dapat meningkatkan kapasitas usaha BUMN dan mendorong BUMN sehat untuk go public; 6. Pengalokasian dana bergulir untuk penyediaan fasilitas pembiayaan dalam rangka perolehan pemilikan rumah sejahtera bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan lembaga pengelola dana bergulir KUMKM; 7. Percepatan pengembalian piutang BUMN dan penyelesaian pengurusan piutang negara instansi Pemerintah; 8. Melanjutkan program dana pengembangan pendidikan nasional; 9. Melakukan optimalisasi penerimaan cicilan pengembalian penerusan pinjaman; 10.Pengalokasian dan pengelolaan dana kewajiban penjaminan Pemerintah yang difokuskan untuk mendukung pembangunan infrastruktur; 11. Memprioritaskan penggunaan skema Public Private Partnership PPP untuk pendanaan program dengan nilai USD500 juta atau lebih. Pembiayaan nonutang dalam RAPBN 2014 direncanakan seperti dalam Tabel 6.13. Pembiayaan nonutang tersebut terdiri atas 1 Perbankan Dalam Negeri, meliputi Penerimaan Cicilan Pengembalian Penerusan Pinjaman; dan 2 Non Perbankan Dalam Negeri, meliputi Hasil Pengelolaan Aset, Dana Investasi Pemerintah, dan Kewajiban Penjaminan. 6.3.2.1.1 Perbankan Dalam Negeri Pembiayaan nonutang yang bersumber dari perbankan dalam negeri berasal dari penerimaan cicilan pengembalian penerusan pinjaman. Target penerimaan cicilan pengembalian penerusan pinjaman dalam RAPBN 2014 disajikan dalam Tabel 6.13. Untuk mengoptimalkan penerimaan penerusan pinjaman tersebut, Pemerintah melakukan program penyelesaian piutang negara

1. Perbankan Dalam Negeri

34,6 4,3 a. Penerimaan Cicilan Pengembalian Penerusan Pinjaman 4,6 4,3 b. Saldo Anggaran Lebih 30,0 -

2. Non Perbankan Dalam Negeri

25,8 14,8 a. Hasil Pengelolaan Aset 0,5 0,4 b. Dana Investasi Pemerintah 20,6 14,1 i. Pusat Investasi Pemerintah 1,0 - ii. Penyertaan Modal Negara 9,7 10,1 iii. Dana Bergulir 4,8 4,0 iv. Pembiayaan Investasi Dalam Rangka Pengambilalihan PT Inalum 5,0 - c. Dana Pengembangan Pendidikan Nasional 5,0 - d. Kewajiban Penjaminan 0,7 1,0 8,8 10,5 Su m ber : Kem en ter ia n Keu a n g a n Jumlah TABEL 6.13 PEMBIAYAAN NONUTANG, 2013-2014 triliun rupiah URAIAN APBNP 2013 RAPBN 2014