Perkembangan Pendapatan Negara Tahun 2008—2012 dan Perkiraan Pendapatan Negara Tahun 2013

Nota Keuangan dan RAPBN 2014 3-3 Pendapatan Negara Bab 3 kontribusi rata-rata 99,7 persen, serta penerimaan hibah yang tumbuh 25,9 persen dengan kontribusi rata-rata 0,3 persen. Dalam APBNP 2013, pendapatan negara ditargetkan mencapai Rp1.502,0 triliun, meningkat 12,2 persen dari realisasinya dalam tahun 2012. Jumlah tersebut terdiri atas pendapatan dalam negeri sebesar Rp1.497,5 triliun dan penerimaan hibah sebesar Rp4,5 triliun. Perkembangan pendapatan negara tahun 2008—2013 disajikan dalam Tabel 3.1.

3.2.1 Pendapatan Dalam Negeri

Pendapatan dalam negeri meningkat rata-rata sebesar 8,0 persen dalam periode 2008— 2012, didukung oleh pertumbuhan rata-rata penerimaan perpajakan sebesar 10,5 persen dan PNBP sebesar 2,3 persen. Dengan pencapaian tersebut, penerimaan perpajakan dan

I PENDAPATAN DALAM NEGERI

979,3 847,1 992,2 1.205,3 1.332,3 1.497,5

1. Penerimaan Perpajakan 658,7

619,9 723,3 873,9 980,5 1.148,4 a. Pendapatan Pajak Dalam Negeri 622,4 601,3 694,4 819,8 930,9 1.099,9 1 Pendapatan Pajak Penghasilan 327,5 317,6 357,0 431,1 465,1 538,8 a Pendapatan PPh Migas 77,0 50,0 58,9 73,1 83,5 74,3 b Pendapatan PPh Nonmigas 250,5 267,6 298,2 358,0 381,6 464,5 2 209,6 193,1 230,6 277,8 337,6 423,7 3 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan 25,4 24,3 28,6 29,9 29,0 27,3 4 Pendapatan BPHTB 5,6 6,5 8,0 - - - 5 Pendapatan Cukai 51,3 56,7 66,2 77,0 95,0 104,7 6 Pendapatan Pajak Lainnya 3,0 3,1 4,0 3,9 4,2 5,4 b. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional 36,3 18,7 28,9 54,1 49,7 48,4 1 Pendapatan Bea Masuk 22,8 18,1 20,0 25,3 28,4 30,8 2 Pendapatan Bea Keluar 13,6 0,6 8,9 28,9 21,2 17,6

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 320,6

227,2 268,9 331,5 351,8 349,2 a. Penerimaan Sumber Daya Alam 224,5 139,0 168,8 213,8 225,8 203,7 1 Pendapatan SDA Migas 211,6 125,8 152,7 193,5 205,8 180,6 a Pendapatan Minyak Bumi 169,0 90,1 111,8 141,3 144,7 129,3 b Pendapatan Gas Bumi 42,6 35,7 40,9 52,2 61,1 51,3 2 Pendapatan SDA Nonmigas 12,8 13,2 16,1 20,3 20,0 23,1 a Pendapatan Pertambangan Umum 9,5 10,4 12,6 16,4 15,9 18,1 b Pendapatan Kehutanan 2,3 2,3 3,0 3,2 3,2 4,3 c Pendapatan Perikanan 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,3 d Pendapatan Panas Bumi 0,9 0,4 0,3 0,6 0,7 0,5 b. Pendapatan Bagian Laba BUMN 29,1 26,0 30,1 28,2 30,8 36,5 c. PNBP Lainnya 63,3 53,8 59,4 69,4 73,5 85,5 d. Pendapatan BLU 3,7 8,4 10,6 20,1 21,7 23,5 II PENERIMAAN HIBAH 2,3 1,7 3,0 5,3 5,8 4,5 981,6 848,8 995,3 1.210,6 1.338,1 1.502,0 Perbedaan angka di belakang koma karena pembulatan Sejak tahun 2013 menjadi pendapatan pertambangan mineral dan batu bara Sumber : Kementerian Keuangan Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah 2011 APBNP 2013 Jumlah 2009 2010 TABEL 3.1 PERKEMBANGAN PENDAPATAN NEGARA, 2008 ―2013 triliun rupiah Uraian 2008 2012 Bab 3 Pendapatan Negara Nota Keuangan dan RAPBN 2014 3-4 PNBP memberikan kontribusi rata-rata masing-masing sebesar 71,9 persen dan 28,1 persen. Peningkatan pendapatan dalam negeri tersebut didukung oleh dinamika perekonomian nasional dan kebijakan optimalisasi di bidang perpajakan dan PNBP yang dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan. Dalam APBNP 2013, pendapatan dalam negeri ditargetkan sebesar Rp1.497,5 triliun, naik 12,4 persen dari realisasinya pada tahun 2012. Jumlah tersebut terdiri atas penerimaan perpajakan sebesar Rp1.148,4 triliun dan PNBP sebesar Rp349,2 triliun.

3.2.1.1 Penerimaan Perpajakan

Dalam periode 2008―2012, realisasi penerimaan perpajakan mengalami peningkatan secara signiikan, dari Rp658,7 triliun 2008 menjadi Rp980,5 triliun 2012. Sejalan dengan makin meningkatnya penerimaan perpajakan, kontribusi penerimaan perpajakan terhadap pendapatan negara juga meningkat, dari 67,3 persen 2008 menjadi 73,6 persen 2012. Pendapatan pajak dalam negeri dalam periode tersebut meningkat rata-rata sebesar 10,6 persen per tahun, sedangkan pendapatan pajak perdagangan internasional meningkat rata-rata sebesar 8,1 persen per tahun. Dilihat dari kontribusinya, pendapatan pajak dalam negeri dan pendapatan pajak perdagangan internasional memberikan kontribusi rata-rata masing-masing sebesar 95,2 persen dan 4,8 persen. Pendapatan pajak dalam negeri dalam periode 2008—2010 terdiri atas pendapatan pajak penghasilan PPh, pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah PPN dan PPnBM, pajak bumi dan bangunan PBB, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan BPHTB, cukai, dan pajak lainnya. Sejak tahun 2011, pendapatan BPHTB sudah bukan merupakan bagian dari pendapatan pajak dalam negeri karena telah dialihkan sebagai pendapatan pajak daerah. Pendapatan pajak dalam negeri dalam periode 2008—2012 terutama berasal dari pendapatan PPh migas dan nonmigas dengan kontribusi rata-rata sebesar 51,9 persen, serta pendapatan PPN dan PPnBM dengan kontribusi rata-rata sebesar 33,8 persen. Sementara itu, pendapatan pajak perdagangan internasional dalam periode 2008—2010 terutama berasal dari pendapatan bea masuk, sedangkan pendapatan bea keluar masih rendah. Namun, sejak tahun 2011 pendapatan bea keluar meningkat secara signiikan sehingga hampir sama dengan pendapatan bea masuk, sebagai akibat dari kenaikan harga CPO serta kebijakan Pemerintah dalam rangka penghiliran CPO yang menyebabkan pengenaan tarif bea keluar CPO makin tinggi dan progresif. Penerimaan perpajakan dalam APBNP 2013 ditargetkan mencapai Rp1.148,4 triliun, naik 17,1 persen dari realisasinya dalam tahun 2012. Beberapa faktor yang mendukung peningkatan tersebut antara lain adalah terjaganya pertumbuhan ekonomi, terjaganya pertumbuhan 658,7 619,9 723,3 873,9 980,5 1.148,4 13,3 11,0 11,3 11,8 11,9 12,2 200 400 600 800 1000 1200 1400 10 11 12 13 14 2008 2009 2010 2011 2012 APBNP 2013 Penerimaan Perpajakan Tax Ratio triliun rupiah persen GRAFIK 3.1 PERKEMBANGAN PENERIMAAN PERPAJAKAN, 2008 −2013 Sumber: Kementerian Keuangan Nota Keuangan dan RAPBN 2014 3-5 Pendapatan Negara Bab 3 konsumsi rumah tangga, dan pelaksanaan kebijakan kenaikan tarif cukai tembakau rata-rata sebesar 8,5 persen. Perkembangan penerimaan perpajakan dalam tahun 2008—2013 disajikan dalam Graik 3.1. Kebijakan Umum Penerimaan Perpajakan Dalam periode 2008—2012, kebijakan umum penerimaan perpajakan lebih diarahkan kepada penyempurnaan kebijakan dan administrasi perpajakan tax policy and administration reform melalui a reformasi administrasi perpajakan; b reformasi peraturan dan perundang- undangan; dan c reformasi pengawasan dan penggalian potensi. Reformasi yang telah dilakukan dalam administrasi perpajakan antara lain pembentukan kantor pelayanan pajak modern. Di bidang peraturan dan perundang-undangan, dalam periode tersebut Pemerintah telah melakukan amendemen tiga undang-undang perpajakan, yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, dan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Di bidang pengawasan dan penggalian potensi, Pemerintah membangun suatu metode pengawasan dan penggalian potensi pendapatan pajak yang terstruktur, terukur, terstandardisasi, sistematis, dan dapat dipertanggungjawabkan. Metode tersebut dikembangkan sejak awal tahun 2007, mencakup kegiatan mapping, proiling, dan benchmarking. Di bidang kepabeanan dan cukai, kebijakan yang dilakukan Pemerintah dalam upaya meningkatkan pendapatan antara lain a pengembangan otomasi sistem pelayanan kepabeanan dan cukai; b pemberian fasilitaskemudahan dalam pelayanan kepabeanan pre-entry classification, customs advice, valuation ruling, dan pre-notification; c pemberian fasilitas terhadap industri substitusi impor dan industri orientasi ekspor; d pembentukan kantor pelayanan utama dan KPPBC Madya; e peningkatan pengawasan terhadap lalu lintas barang impor dan ekspor; f pemberian dukungan kerjasama perdagangan internasional, baik bilateral, regional, maupun multilateral; g penerapan national single windows NSW dan portal Indonesia national single windows INSW; h peningkatan pelayanan kepabeanan melalui jalur mitra utama MITA dan jalur prioritas; i penegakan hukum di bidang kepabeanan melalui risk management, risk assesment, proiling, dan targeting; dan j peningkatan tingkat kepatuhan pengguna jasa kepabeanan dalam memenuhi kewajibannya. Dalam pelaksanaan kebijakan pendapatan pajak nonmigas tahun 2012, Pemerintah telah melakukan langkah-langkah meliputi a pembenahan sistem dan regulasi PPN antara lain melalui penyampaian SPT secara elektronik e-SPT dan inventarisasi ulang terhadap WP badan yang melaksanakan pemungutan PPN; b penyempurnaan beberapa kebijakan terkait dengan PPh yang ke depannya akan disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan usaha; c pemanfaatan data yang maksimal untuk optimalisasi penggalian potensi pajak melalui pengoperasian kantor pengolahan data eksternal KPDE; d perbaikan administrasi piutang pajak dalam rangka perbaikan pengelolaan utang pajak; e peningkatan kepatuhan WP terutama WP bendahara APBD; f perluasan tax base melalui penyempurnaan strategi pelaksanaan sensus pajak nasional SPN yang telah dimulai pada September 2011; g peningkatan efektivitas fungsi pemeriksaan dan penyidikan dalam upaya peningkatan kepatuhan WP; h realokasi WP di KPP tertentu; dan i operasionalisasi KPP pertambangan dan migas per April 2012. Bab 3 Pendapatan Negara Nota Keuangan dan RAPBN 2014 3-6 Sementara itu, di bidang kepabeanan dan cukai, pelaksanaan kebijakan dalam tahun 2012 antara lain a peningkatan akurasi pemeriksaan isik, klasiikasi, dan nilai pabean; b optimalisasi pemanfataan sarana operasipatroli darat dan laut, khususnya di daerah perbatasan; c peningkatan fungsi pengawasan melalui pengembangan risk management; d implementasi kenaikan tarif cukai; e peningkatan patroli atau pengawasan terhadap barang kena cukai; f transformasi organisasi dengan pembentukan 76 kantor modern baru di tahun 2012; g penguatan pelayanan kepabeanan 24 jam sehari 7 hari seminggu di beberapa pelabuhan; h pengembangan otomasi pelayanan kepabeanan dan cukai di KPPBC; dan i ekstensiikasi bea keluar berupa pengenaan bea keluar atas ekspor barang tambang mineral dalam bentuk mentah bijih. Selanjutnya, untuk mendukung pencapaian target dalam tahun 2013, Pemerintah akan tetap melanjutkan dan menyempurnakan pokok-pokok kebijakan perpajakan tahun sebelumnya yang secara umum lebih diarahkan kepada a peningkatan dan perbaikan penggalian potensi perpajakan; b perbaikan kualitas pemeriksaan dan penyidikan; c penyempurnaan sistem informasi teknologi; d perbaikan kebijakan perpajakan yang diarahkan bagi perluasan basis pajak; e peningkatan kegiatan sensus pajak nasional; f penyesuaian tarif PPnBM atas kelompok barang kena pajak BKP yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor; g pemberian insentif iskal bagi kegiatan ekonomi strategis, antara lain pembebasan atau pengurangan PPnBM untuk kendaraan bermotor yang murah dan ramah lingkungan low cost green car; h fasilitas tidak dipungut PPN dan PPnBM terhadap BKP yang mendapatkan pembebasan bea masuk, sesuai dengan kriteria tertentu; i meningkatkan pengawasan dan pelayanan di bidang kepabeanan dan cukai; serta j ekstensiikasi barang kena cukai. Kebijakan yang bersifat teknis untuk mendukung pelaksanaan pokok-pokok kebijakan pajak nonmigas dalam tahun 2013, antara lain a melakukan penggalian potensi penerimaan pajak berbasis sektoral, antara lain pada sektor real estat, sektor otomotif, sektor jasa keuangan, sektor pertambangan, dan sektor perkebunan; b mengintensifkan pemeriksaan PPh pasal 21, dan selanjutnya akan diperluas untuk pemotongan dan pemungutan PPh lainnya; c melakukan penataan ulang WP, dalam hal ini akan dicocokkan data WP orang pribadi dengan data NIK e-KTP dan data WP badan dengan data sistem administrasi badan hukum sisminbakum, serta penataan ulang bendahara; d melakukan relokasi WP terdaftar untuk meningkatkan pengawasan terhadap WP, khususnya WP pertambangan dan perkebunan; e meningkatkan pengawasan kinerja Kanwil dan KPP Direktorat Jenderal Pajak; f memperluas pelaksanaan sensus pajak nasional SPN pada tahun 2013 dan menindaklanjuti hasil kegiatan SPN pada tahun 2012; dan g penerapan e-tax invoice. Sementara itu, kebijakan teknis dalam rangka optimalisasi di bidang kepabeanan dan cukai antara lain melalui a akurasi nilai pabean dan klasifikasi barang; b efektivitas pemeriksaan isik barang; c konirmasi certicate of origin dalam rangka FTA; d pengawasan modus antarpulau dan pemberantasan ekspor ilegal; e pengawasan modus switching jenis barang crude palm oil CPO menjadi turunan CPO dengan tarif bea keluar yang lebih rendah; f otomasi sistem komputer pelayanan ekspor; dan g audit bidang kepabeanan. Di sisi lain, optimalisasi di bidang cukai dilakukan melalui peningkatan a pengawasan dan penindakan terhadap barang kena cukai BKC ilegal dan pelanggaran Nota Keuangan dan RAPBN 2014 3-7 Pendapatan Negara Bab 3 hukum lainnya; b penerapan sistem aplikasi cukai SAC secara sentralisasi; dan c audit terhadap para pengusaha BKC. Selain menerapkan kebijakan yang bertujuan mengoptimalkan penerimaan negara, dalam tahun 2013 Pemerintah juga memberikan kebijakan penyesuaian batas penghasilan tidak kena pajak PTKP dan fasilitas perpajakan untuk mengembangkan sektor-sektor tertentu dalam bentuk pajak ditanggung Pemerintah DTP dengan alokasi sebesar Rp4,6 triliun. Fasilitas dalam bentuk DTP tersebut terdiri atas PPh DTP atas komoditas panas bumi sebesar Rp0,8 triliun, PPh DTP atas bunga, imbal hasil, dan penghasilan pihak ketiga atas jasa yang diberikan kepada Pemerintah dalam penerbitan surat berharga negara SBN di pasar internasional sebesar Rp3,1 triliun, serta bea masuk DTP untuk sektor-sektor tertentu sebesar Rp0,8 triliun. Selanjutnya, mulai 1 Juli 2013 Pemerintah juga mewajibkan pelaku UMKM yang memiliki peredaran omzet di bawah Rp4,8 miliar per tahun untuk membayar pajak penghasilan sebesar satu persen. Ketentuan itu diatur dalam Peraturan Pemerintah PP Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan atas Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu pengusahapedagang dengan omzet lebih kecil dari Rp4,8 miliar setahun, kecuali pedagang keliling, pedagang asongan, warung tenda di fasilitas umum, dan sejenisnya. Penerapan pajak terhadap UMKM tersebut bukan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan negara, melainkan untuk membantu persiapan pelaku usaha UMKM menjadi sektor formal, berupa kemudahan bagi UMKM untuk mendapat akses ke lembaga keuangan sehingga akan mendorong sektor tersebut makin berkembang. Pendapatan Pajak Dalam Negeri Pendapatan pajak dalam negeri meningkat rata-rata 10,6 persen per tahun dalam periode tahun 2008—2012, dari Rp622,4 triliun 2008 menjadi Rp930,9 triliun 2012. Apabila dilihat dari kontribusi jenis-jenis pajak, pendapatan PPh nonmigas memberikan kontribusi terbesar dengan 75,0 28,8 35,7 6,9 - 6,4 14,7 10,8 - 35,0 6,8 - 7,9 - 4,3 16,0 10,7 2,7 17,6 11,4 19,4 17,8 24,2 16,7 27,3 24,2 20,1 20,5 4,6 - 16,4 - 1,0 14,2 6,6 21,5 - 3,1 - 23,4 7,2 - 11,0 21,7 25,5 - 5,6 - 10,2 28,3 -40 -20 20 40 60 80 PPh Migas PPh Nonmigas PPN dan PPnBM PBB BPHTB Cukai Pajak Lainnya Persen y-o-y 2008 2009 2010 2011 2012 APBNP 2013 Sumber: Kementerian Keuangan GRAFIK 3.2 PERTUMBUHAN PENDAPATAN PAJAK DALAM NEGERI, 2008−2013 Bab 3 Pendapatan Negara Nota Keuangan dan RAPBN 2014 3-8 rata-rata 42,5 persen terhadap pendapatan pajak dalam negeri, diikuti oleh pendapatan PPN dan PPnBM dengan kontribusi rata-rata 33,8 persen. Pertumbuhan penerimaan kedua jenis pajak tersebut berpengaruh signiikan terhadap pertumbuhan pajak dalam negeri. Pendapatan PPh nonmigas meningkat rata- rata 11,1 persen per tahun dan pendapatan PPN dan PPnBM meningkat rata-rata 12,6 persen per tahun. Sementara itu, pendapatan cukai sebagai penyumbang terbesar ketiga dengan kontribusi rata-rata 9,4 persen, tumbuh rata-rata 16,7 persen per tahun. Pertumbuhan dan kontribusi rata-rata dari masing-masing jenis pajak dalam kategori pajak dalam negeri disajikan pada Graik 3.2 dan Graik 3.3. Dalam APBNP 2013, pendapatan pajak dalam negeri ditargetkan sebesar Rp1.099,9 triliun, yang berarti naik 18,2 persen dari realisasinya pada tahun 2012. Peningkatan tersebut berkaitan dengan terdapatnya stabilitas ekonomi makro serta terjaganya tingkat konsumsi domestik yang masih cukup tinggi di tahun 2013. Pendapatan Pajak Penghasilan PPh Pendapatan pajak penghasilan yang terdiri atas pendapatan PPh migas dan pendapatan PPh nonmigas meningkat rata-rata 9,2 persen per tahun dalam periode 2008—2012. Dalam APBNP 2013, pendapatan PPh ditargetkan sebesar Rp538,8 triliun, naik 15,8 persen dari realisasinya dalam tahun 2012. Jumlah tersebut terdiri atas pendapatan PPh migas sebesar Rp74,3 triliun dan pendapatan PPh nonmigas sebesar Rp464,5 triliun. Sementara itu, pendapatan PPh migas meningkat rata-rata 2,0 persen per tahun, dengan kontribusi rata-rata mencapai 18,1 persen. Sementara itu, pendapatan PPh nonmigas meningkat rata-rata 11,1 persen per tahun, dengan kontribusi rata-rata mencapai 81,9 persen. Pendapatan PPh Migas Dalam periode 2008—2012, pendapatan PPh migas meningkat dari Rp77,0 triliun 2008 menjadi Rp83,5 triliun 2012. PPh migas terdiri atas PPh minyak bumi dan PPh gas bumi dengan kontribusi masing-masing mencapai rata-rata sebesar 37,8 persen dan 62,2 persen. Perkembangan realisasi pendapatan PPh migas 2008—2013 disajikan pada Tabel 3.2. Dalam APBNP tahun 2013, pendapatan PPh migas ditargetkan sebesar Rp74,3 triliun, turun 11,0 persen dari realisasinya dalam tahun 2012. Pendapatan PPh migas tersebut terdiri atas pendapatan PPh minyak bumi sebesar Rp26,8 triliun dan pendapatan PPh gas bumi sebesar Rp47,5 triliun. Besaran pendapatan PPh migas sangat dipengaruhi oleh ICP, nilai tukar, lifting minyak bumi, dan lifting gas bumi. PPh Migas 9,4 PPh Nonmigas 42,5 PPN dan PPnBM 33,8 PBB 3,8 BPHTB 0,6 Cukai 9,4 Pajak Lainnya 0,5 GRAFIK 3.3 KONTRIBUSI RATA-RATA PENERIMAAN PAJAK DALAM NEGERI, 2008−2012 Sumber: Kementerian Keuangan Nota Keuangan dan RAPBN 2014 3-9 Pendapatan Negara Bab 3 Pendapatan PPh Nonmigas Pendapatan PPh nonmigas meningkat dari Rp250,5 triliun 2008 menjadi Rp381,6 triliun 2012, atau tumbuh rata-rata 11,1 persen per tahun. Pendapatan PPh nonmigas tersebut terutama bersumber dari pendapatan PPh Pasal 2529 Badan dan PPh Pasal 21 yang masing- masing memberikan kontribusi rata-rata 43,0 persen dan 19,6 persen. Pendapatan PPh Pasal 2529 Badan meningkat rata-rata 9,5 persen per tahun, sedangkan pendapatan PPh Pasal 21 meningkat rata-rata 11,4 persen per tahun. Perkembangan pendapatan PPh nonmigas disajikan dalam Tabel 3.3 . thd thd thd thd thd thd T otal T otal T otal T otal T otal T otal a. Pendapatan PPh Minyak Bumi 29,6 38,5 18,4 36,7 22,8 38,8 25,9 35,5 33,0 39,5 26,8 36,1 b. Pendapatan PPh Gas Bumi 47 ,4 61,5 31,7 63,3 36,0 61,2 47 ,2 64,5 50,5 60,5 47 ,5 63,9 7 7 ,0 100,0 50,0 100,0 58,9 100,0 7 3,1 100,0 83,5 100,0 7 4,3 100,0 Perbedaan angka di belakang koma karena pembulatan Sumber : Kementerian Keuangan Jum lah TABEL 3.2 PERKEMBANGAN PENDAPATAN PPh MIGAS, 2008 ―2013 triliun rupiah Real. Real. Uraian Real. 2010 2011 Real. A PBNP 2008 2009 2012 Real. 2013 thd thd thd thd thd thd T otal T otal T otal T otal T otal T otal a. Pendapatan PPh Pasal 21 51,7 20,6 52,1 19,5 55,3 18,6 66,8 18,5 7 9,6 20,9 101,9 21,9 b. Pendapatan PPh Pasal 22 5,0 2,0 4,4 1,6 4,7 1,6 4,9 1,4 5,5 1,4 6,6 1,4 c. Pendapatan PPh Pasal 22 Impor 25,1 10,0 19,2 7 ,2 23,6 7 ,9 28,3 7 ,8 31,6 8,3 42,7 9,2 d. Pendapatan PPh Pasal 23 18,1 7 ,2 16,0 6,0 16,3 5,5 18,7 5,2 20,3 5,3 24,5 5,3 e. 3,6 1,4 3,3 1,3 3,6 1,2 3,3 0,9 3,8 1,0 6,4 1,4 f. Pendapatan PPh Pasal 2529 Badan 106,4 42,5 120,3 45,0 131,5 44,1 157 ,9 43,8 152,9 40,1 180,1 38,8 g. Pendapatan PPh Pasal 26 14,9 5,9 18,4 6,9 23,0 7 ,7 29,7 8,2 27 ,5 7 ,2 32,8 7 ,1 h. Pendapatan PPh Final dan Fiskal 25,8 10,3 33,8 12,6 40,1 13,5 50,8 14,1 60,4 15,8 69,3 14,9 i. Pendapatan PPh Nonmigas Lainnya 0,02 0,01 0,02 0,01 0,03 0,01 0,04 0,01 0,03 0,01 0,04 0,01 250,5 100,0 267 ,6 100,0 298,2 100,0 360,5 100,0 381,6 100,0 464,5 100,0 Perbedaan angka di belakang koma karena pembulatan Sumber : Kementerian Keuangan Jum lah APBNP Real. Real. 2009 2011 2013 Pendapatan PPh Pasal 2529 Pribadi TABEL 3.3 PERKEMBANGAN PENDAPATAN PPh NONMIGAS, 2008 ―2013 triliun rupiah Uraian 2010 Real. Real. 2008 2012 Real. Bab 3 Pendapatan Negara Nota Keuangan dan RAPBN 2014 3-10 Dalam APBNP tahun 2013, pendapatan PPh nonmigas ditargetkan mencapai sebesar Rp464,5 triliun, naik 21,7 persen dari realisasinya dalam tahun 2012. Kenaikan target pendapatan PPh nonmigas dalam tahun 2013 didukung oleh penggalian potensi berbasis sektoral seperti sektor properti, perkebunan, industri keuangan, transportasi, otomotif, media dan periklanan, teknologi informasi, elektronik dan perlengkapan rumah tangga, farmasi dan rumah sakit, tekstil, serta kimia. Selain itu, hasil pelaksanaan sensus pajak nasional 2012 juga akan ditindaklanjuti untuk dapat dikonversi menjadi penerimaan perpajakan. Pendapatan PPN dan PPnBM Pendapatan PPN dan PPnBM dalam periode 2008—2012 meningkat rata-rata sebesar 12,6 persen per tahun, dari Rp209,6 triliun 2008 menjadi Rp337,6 triliun 2012. Dalam periode tersebut, pendapatan PPN memberikan kontribusi rata-rata 94,8 persen sedangkan pendapatan PPnBM memberikan kontribusi rata-rata 5,2 persen. Dilihat dari komponennya, pendapatan PPN dan PPnBM dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pendapatan PPN dan PPnBM dalam negeri serta pendapatan PPN dan PPnBM impor. Pendapatan PPN dan PPnBM dalam negeri meningkat rata-rata 12,9 persen per tahun, sedangkan pendapatan PPN dan PPnBM impor meningkat rata-rata 12,2 persen per tahun. Dalam APBNP 2013, pendapatan PPN dan PPnBM ditargetkan sebesar Rp423,7 triliun, naik 25,5 persen dari realisasinya dalam tahun 2012. Jumlah tersebut terdiri atas pendapatan PPN dan PPnBM dalam negeri sebesar Rp259,4 triliun, serta pendapatan PPN dan PPnBM impor sebesar Rp164,3 triliun. Secara umum, tetap terjaganya pertumbuhan konsumsi masyarakat dan relatif tingginya realisasi impor sampai akhir tahun 2013 merupakan faktor yang diharapkan dapat mendukung pencapaian target pendapatan PPN dan PPnBM. Perkembangan pendapatan PPN dan PPnBM pada periode 2008—2013 disajikan dalam Tabel 3.4. thd thd thd thd thd thd T otal T otal T otal T otal T otal T otal

a. Pendapatan PPN

198,2 94,5 184,2 95,4 218,2 94,6 264,4 95,2 318,7 94,4 402,8 95,1 - Pendapatan PPN DN 116,7 55,7 120,4 62,4 133,9 58,1 157 ,2 56,6 191,9 56,9 245,4 57 ,9 - Pendapatan PPN Impor 81,1 38,7 63,4 32,9 84,2 36,5 107 ,0 38,5 126,6 37 ,5 156,8 37 ,0 - Pendapatan PPN Lainnya 0,3 0,1 0,3 0,1 0,2 0,1 0,2 0,1 0,2 0,0 0,5 0,1

b. Pendapatan PPnBM

11,5 5,5 8,9 4,6 12,4 5,4 13,4 4,8 18,9 5,6 20,9 4,9 - Pendapatan PPnBM DN 7 ,5 3,6 6,1 3,2 7 ,6 3,3 8,0 2,9 10,4 3,1 13,4 3,2 - Pendapatan PPnBM Impor 4,0 1,9 2,8 1,5 4,8 2,1 5,4 1,9 8,4 2,5 7 ,5 1,8 - Pendapatan PPnBM Lainnya 0,01 0,01 0,02 0,01 0,00 0,00 0,01 0,00 0,02 0,01 0,02 0,01 Jum lah a+b 209,6 100,0 193,1 100,0 230,6 100,0 27 7 ,8 100,0 337 ,6 100,0 423,7 100,0 Perbedaan angka di belakang koma karena pembulatan Sumber : Kementerian Keuangan APBNP 2013 2012 Real. TABEL 3.4 PERKEMBANGAN PENDAPATAN PPN DAN PPnBM, 2008 ―2013 triliun rupiah Real. Real. Uraian 2010 2011 Real. 2009 2008 Real. Nota Keuangan dan RAPBN 2014 3-11 Pendapatan Negara Bab 3 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan PBB Dilihat dari sektornya, pendapatan PBB meliputi pendapatan PBB sektor perdesaan, sektor perkotaan, sektor perkebunan, sektor kehutanan, dan sektor pertambangan. Pada periode tahun 2008—2012, pendapatan PBB meningkat rata-rata 3,4 persen, dari Rp25,4 triliun 2008 menjadi Rp29,0 triliun 2012. Dalam periode tersebut, pendapatan PBB terutama berasal dari pendapatan PBB pertambangan, PBB perkotaan, dan PBB perdesaan. Pendapatan ketiga jenis PBB tersebut masing-masing memberikan kontribusi rata-rata sebesar 69,8 persen, 21,6 persen, dan 4,7 persen. Sejak tahun 2012, pendapatan PBB perdesaan dan perkotaan mulai secara bertahap dialihkan ke pemerintah daerah, sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 29 Tahun 2008 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Oleh karena itu, pendapatan PBB perdesaan dan perkotaan yang tercatat dalam APBN akan makin menurun dan akan menjadi nihil pada saat semua pemerintah daerah telah memungut pendapatan PBB sektor perdesaan dan perkotaan di tahun 2014. Dalam APBNP 2013, pendapatan PBB ditargetkan sebesar Rp27,3 triliun, turun 5,6 persen dari realisasinya dalam tahun 2012. Perkembangan realisasi pendapatan PBB tahun 2008—2013 disajikan pada Tabel 3.5. Pendapatan Cukai Pada periode 2008—2012, pendapatan cukai mengalami pertumbuhan rata-rata 16,7 persen per tahun, dari Rp51,3 triliun 2008 menjadi Rp95,0 triliun 2012. Peningkatan pendapatan cukai dalam periode 2008—2012 terutama dipengaruhi oleh peningkatan produksi rokok dan harga jual eceran rokok, kebijakan kenaikan tarif cukai hasil tembakau setiap tahun, serta keberhasilan dari upaya extra effort dalam pemberantasan cukai rokok ilegal. Apabila dilihat dari kontribusinya, pendapatan cukai didominasi oleh pendapatan cukai hasil tembakau yang memberikan kontribusi rata-rata 96,2 persen. Sementara itu, kontribusi pendapatan cukai ethil alkohol EA mencapai 0,4 persen, dan cukai minuman mengandung ethil alkohol MMEA thd thd thd thd thd thd T otal T otal T otal T otal T otal T otal a. Pendapatan PBB Pedesaan 1,4 5,6 1,4 5,9 1,2 4,3 1,2 3,9 1,1 4,0 0,8 3,0 b. Pendapatan PBB Perkotaan 5,0 19,6 5,5 22,7 6,4 22,3 6,6 22,1 6,1 21,1 1,5 5,6 c. Pendapatan PBB Perkebunan 0,6 2,4 0,7 2,9 0,9 3,2 1,0 3,3 1,1 3,8 1,6 6,0 d. Pendapatan PBB Kehutanan 0,2 0,6 0,2 0,7 0,2 0,8 0,3 0,8 0,3 0,9 0,4 1,4 e. Pendapatan PBB Pertambangan 18,2 7 1,7 16,5 67 ,8 19,8 69,4 20,9 69,8 20,4 7 0,3 23,0 84,1 25,4 100,0 24,3 100,0 28,6 100,0 29,9 100,0 29,0 100,0 27 ,3 100,0 Perbedaan angka di belakang koma karena pembulatan Sumber : Kementerian Keuangan Jum lah Uraian Real. Real. APBNP Real. TABEL 3.5 PERKEMBANGAN PENDAPATAN PBB, 2008 ―2013 triliun rupiah 2013 2012 2008 2009 2010 2011 Real. Real.