Nonperbankan Dalam Negeri Perkembangan Deisit dan Pembiayaan Anggaran Tahun 2008-2013

Bab 6 Deisit, Pembiayaan Anggaran, dan Risiko Fiskal Nota Keuangan dan RAPBN 2014 6-6 Pada tahun 2008, program privatisasi tidak dapat dilaksanakan dikarenakan kondisi pasar keuangan yang tidak kondusif. Sedangkan realisasi privatisasi dalam tahun 2008 tersebut berasal dari penutupan saldo privatisasi Bank BNI dalam tahun 2007. Pada tahun 2009, Pemerintah tidak menargetkan penerimaan privatisasi. Hal tersebut terkait dengan kebijakan Pemerintah dalam pengelolaan BUMN dan faktor-faktor eksternal, antara lain krisis keuangan global yang belum mengalami perbaikan, luktuasi harga komoditi yang sulit diperkirakan, dan faktor geopolitik yang tidak pasti. Pada tahun 2010, realisasi penerimaan privatisasi berasal dari hasil penjualan saham greenshoe PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk, Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu HMETD PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk, divestasi saham Pemerintah pada PT Kertas Blabak, dan divestasi saham Pemerintah pada PT Intirub. Pada tahun 2011, realisasi penerimaan privatisasi berasal dari HMETD PT Bank Mandiri Persero Tbk, PT Kertas Basuki Rahmat, kekurangan setoran PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk, PT Atmindo, dan PT Jakarta International Hotel Development. Selanjutnya pada tahun 2012, realisasi penerimaan privatisasi berasal dari penjualan PT Bank Tabungan Negara Persero Tbk, dan setoran kedua dari kegiatan privatisasi yang telah dilakukan pada tahun 2010 pada PT Kertas Blabak, PT Intirub, PT Kertas Basuki Rahmat, PT Atmindo dan PT Jakarta International Hotel Development. Sedangkan pada tahun 2013, Pemerintah tidak menargetkan penerimaan privatisasi. B. Hasil Pengelolaan Aset HPA Dalam periode 2008–2013, aset yang dikelola Pemerintah yang dapat digunakan untuk pembiayaan anggaran adalah aset yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Negara DJKN Kementerian Keuangan, dan aset yang diserahkelolakan kepada PT Perusahaan Pengelola A s e t P e r s e r o P T PPA. Hasil pengelolaan a s e t d a l a m p e r i o d e 2008-2013 cenderung b e r f l u k t u a s i y a n g dipengaruhi oleh kondisi aset yang dikelola dan kondisi perekonomian nasional pada umumnya. P e r k e m b a n g a n h a s i l p e n g e l o l a a n a s e t p a d a p e r i o d e 2008-2013 disajikan d a l a m G r a f i k 6 . 4 . Kebijakan pengelolaan t e r h a d a p a s e t y a n g dikuasai oleh Pemerintah pada dasarnya ditempuh m e l a l u i m e k a n i s m e penjualan di muka umum atau lelang terhadap aset yang telah diveriikasi dan memiliki status free and clear, serta selanjutnya dilakukan penilaian dalam rangka menentukan nilai limit sebagai nilai dasar penjualan sesuai ketentuan pengelolaan aset yang berlaku dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93PMK.062010 tentang Petunjuk Pelaksanaan 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 2008 2009 2010 2011 2012 2013 3,9 0,8 1,2 1,0 0,3 0,5 2,8 0,7 1,1 1,2 1,1 0,4 GRAFIK 6.4 PERKEMBANGAN HASIL PENGELOLAAN ASET, 2008-2013 triliun Rupiah APBNP Realisasi Sumber: Kementerian Keuangan Realisasi s.d . semester I 2013 Bab 6 6-7 Deisit, Pembiayaan Anggaran, dan Risiko Fiskal Nota Keuangan dan RAPBN 2014 Lelang. Dasar hukum pengelolaan aset yang timbul dari pemberian Bantuan Likuiditas Bank Indonesia BLBI diatur dalam beberapa ketentuan, antara lain Keputusan Menteri Keuangan Nomor 213KMK.012008 jo. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 280 KMK.062009 sebagai Standard Operating Procedures pengelolaan aset eks Badan Penyehatan Perbankan Nasional BPPN, Peraturan Menteri Keuangan nomor 93PMK.062009 tentang Pengelolaan Aset Eks Kelolaan PT Perusahaan Pengelola Aset oleh Menteri Keuangan sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190PMK.062009. Terkait dengan pengelolaan aset yang berasal dari piutang, penagihan piutang Negara eks. BPPN dan eks kelolaan PT PPA Persero tersebut diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara PUPN pada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL, DJKN, Kementerian Keuangan. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 128 PMK.062007 tentang Pengurusan Piutang Negara sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163PMK.062011. Sementara itu, PT PPA Persero juga melaksanakan pengelolaan aset berdasarkan Perjanjian Pengelolaan Aset antara Menteri Keuangan dan PT PPA Persero. Aset yang diserahkelolakan kepada PT PPA Persero dalam periode 2009-2013 meliputi aset saham bank, aset saham nonbank, dan aset surat berharga dan saham. Hasil pengelolaan aset oleh PT PPA Persero setiap tahun akan dievaluasi oleh Kementerian Keuangan sebagai dasar penentuan Imbalan Pengelolaan Aset IPA dan Imbalan Pengelolaan Kinerja IPK PT PPA Persero sesuai Perjanjian Pengelolaan Aset, serta selanjutnya dipergunakan untuk menentukan jumlah dan nilai aset yang akan diserahkelolakan kepada PT PPA Persero pada periode perjanjian berikutnya. C. Dana Investasi Pemerintah D a n a I n v e s t a s i P e m e r i n t a h t e r d i r i atas 1 Pusat Investasi Pemerintah; 2 PMN; dan 3 dana bergulir. D a n a i n v e s t a s i Pemerintah merupakan pengeluaran pembiayaan yang tidak dilakukan secara reguler, namun merupakan kebijakan P e m e r i n t a h y a n g bersifat ad-hoc dalam periode tertentu, seperti dukungan Pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur, pendirian sebuah BUMN untuk menjalankan kebijakan Pemerintah, dan dukungan terhadap pemberdayaan KUMKM. Perkembangan dana investasi Pemerintah selama periode 2008-2013 disajikan dalam Graik 6.5. - 5 10 15 20 2008 2009 2010 2011 2012 2013 - 0,9 2,7 8,8 7,0 4,8 2,5 11,7 6,0 9,3 8,9 9,7 - 0,5 3,6 1,6 3,3 1,0 GRAFIK 6.5 PERKEMBANGAN DANA INVESTASI PEMERINTAH, 2008-2013 triliun rupiah Dana Bergulir PMN Pusat Investasi Pemerintah APBNP Sumber: Kementerian Keuangan Bab 6 Deisit, Pembiayaan Anggaran, dan Risiko Fiskal Nota Keuangan dan RAPBN 2014 6-8 Pusat Investasi Pemerintah PIP Alokasi dana PIP dalam periode 2008-2013 tidak hanya diperuntukkan bagi investasi PIP yang bersifat reguler, namun j u g a d i a l o k a s i k a n u n t u k m e n d u k u n g penugasan Pemerintah yang dilaksanakan oleh PIP. Pada tahun 2010, PIP mendapat alokasi dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan FLPP, mengingat pada saat itu belum terbentuk BLU yang secara khusus mengelola dana FLPP. Selanjutnya pada tahun 2011, PIP juga mendapat alokasi dana Kredit Investasi Pemerintah KIP, serta pada tahun 2012, PIP mendapat alokasi dana untuk pengambilalihan PT Inalum. Perkembangan realisasi dana PIP periode 2009-2013 disajikan dalam Graik 6.6. Penyertaan Modal Negara PMN Saat ini, pengertian PMN telah diperluas tidak hanya PMN kepada BUMN, namun juga PMN kepada OrganisasiLKI dan badan hukum lainnya. Hal ini terkait dengan dialokasikannya PMN kepada beberapa OrganisasiLKI dan badan hukum lain yang tidak termasuk dalam BUMN. Pengertian PMN menurut UU Nomor 19 Tahun 2012 tentang APBN Tahun Anggaran 2013 adalah dana APBN yang dialokasikan menjadi kekayaan negara yang dipisahkan atau penetapan cadangan perusahaan atau sumber lain untuk dijadikan penyertaan modal pada BUMN dan atau perseroan terbatas lainnya, dan dikelola s e c a r a k o r p o r a s i , termasuk PMN kepada OrganisasiLKI dan penyertaan modal negara lainnya. Perkembangan PMN dalam periode 2008-2013 disajikan dalam Graik 6.7. - 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2,5 11,7 4,0 8,7 7,6 7,7 - - - 0,6 0,5 0,6 - - 2,0 - 0,4 1,4 GRAFIK 6.7 PERKEMBANGAN PENYERTAAN MODAL NEGARA, 2008-2013 triliun rupiah PMN Kepada BUMN PMN Kepada OrganisasiLKI PMN Lainnya APBNP Sumber: Kementerian Keuangan - 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 2009 2010 2011 2012 2013 0,5 0,9 1,0 1,3 1,0 - 2,7 - - - - - 0,6 - - - - - 2,0 - GRAFIK 6.6 PERKEMBANGAN REALISASI DANA PIP, 2009-2013 triliun rupiah PIP Reguler FLPP KIP Pengambilalihan PT Inalum APBNP Sumber: Kementerian Keuangan Bab 6 6-9 Deisit, Pembiayaan Anggaran, dan Risiko Fiskal Nota Keuangan dan RAPBN 2014 Arah kebijakan utama terkait dengan pengelolaan BUMN tahun 2012-2013 adalah rightsizing, restrukturisasi, revitalisasi dan proitisasi BUMN secara bertahap dan berkesinambungan. Rightsizing adalah kebijakan untuk melakukan restrukturisasi BUMN menuju jumlah yang ideal berdasarkan 2 prinsip utama yaitu i perlu tidaknya kepemilikan Negara mayoritas dipertahankan pada BUMN tertentu dan ii jenis tindakan yang akan dilakukan. Terdapat kriteria yang menjadi pertimbangkan Pemerintah dalam mengambil keputusan untuk menentukan perlu tidaknya kepemilikan Negara mayoritas pada BUMN, antara lain. 1 amanat pendirian oleh peraturan perundang-undangan; 2 mengemban tugas Public Service Obligation; 3 terkait erat dengan pertahanan dan keamanan Negara; 4 melakukan konservasi alam budaya; 5 berbasis sumber daya alam; 6 padat karya; 7 penting bagi stabilitas ekonomi keuangan Negara. Dalam rangka pelaksanaan restrukturisasi, revitalisasi dan proitisasi BUMN, diperlukan dukungan dari pemerintah selaku pemegang saham mayoritas, antara lain berupa restrukturisasi permodalan BUMN yang bersumber dari debt to equity swap pada beberapa BUMN. Revitalisasi BUMN yang dilakukan oleh PT PPA Persero juga merupakan salah satu bentuk dukungan pemerintah dalam melaksanakan kebijakan tersebut. Di samping itu, dukungan pemerintah juga dilakukan selaras dengan program pemerintah untuk percepatan pembangunan dan mendukung pertumbuhan perekonomian yang operasionalisasinya dilakukan oleh BUMN yang memperoleh penugasan khusus dari pemerintah, antara lain PMN untuk penjaminan program KUR kepada PT Askrindo Persero dan Perum Jamkrindo, PMN untuk percepatan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera oleh PT Hutama Karya Persero. PMN kepada BUMN dilakukan dalam rangka meningkatkan kapasitas usaha BUMN dan memperbaiki struktur permodalan. PMN secara umum dialokasikan untuk 1 mendukung pencapaian program Pemerintah di bidang tertentu antara lain PMN kepada PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia PII, PT Sarana Multi Infrastruktur SMI, dan PT Sarana Multigriya Finansial SMF; 2 mendukung penugasan yang diberikan Pemerintah kepada BUMN PMN kepada PT Askrindo dan Perum Jamkrindo serta kepada PT Hutama Karya, dan 3 mendukung upaya restrukturisasi BUMN antara lain PMN kepada PT Dirgantara Indonesia, PT PAL Indonesia, dan PT PPA. Sementara itu, dilihat dari bentuk PMN, tidak semua PMN yang dialokasikan oleh Pemerintah dalam kurun waktu 2008-2013 berupa fresh money. Beberapa PMN kepada BUMN dialokasikan sebagai bentuk konversi utang pokok rekening dana investasi dan dividen PNBP, maupun hibah saham dari pihak lain bersifat in-out dalam APBN. Sebagai contoh adalah 1 PMN kepada PT Pertamina tahun 2009 yang terkait dengan hasil rekonsiliasi utang piutang PNBP Pertamina dan Pemerintah sebagai dasar penetapan neraca awal Pertamina tahun 2003; 2 PMN kepada PT Askrindo dan PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia BPUI pada tahun 2010 yang berasal dari hibah saham Bank Indonesia; dan 3 PMN kepada PT Krakatau Steel dan PT BPUI pada tahun 2013 yang berasal dari konversi dividen sebagai penerimaan PNBP dan konversi utang pokok RDI. PMN yang berupa fresh money, lebih banyak ditujukan untuk mendukung kebijakan Pemerintah dalam bidang tertentu dan mendukung penugasan yang diberikan Pemerintah kepada BUMN. Perkembangan PMN kepada BUMN dalam periode 2008-2013 disajikan pada Tabel 6.3. Bab 6 Deisit, Pembiayaan Anggaran, dan Risiko Fiskal Nota Keuangan dan RAPBN 2014 6-10 BUMN memiliki peran yang signiikan dalam perekonomian Indonesia. Hal ini tercermin dari pangsa pasar market share BUMN pada sektor-sektor utama industri, yaitu sebagai berikut: 1 Konektivitas: telekomunikasi, penerbangan, angkutan laut, jalan tol dan bandar udara serta pelabuhan; 2 Industri dasar: semen; 3 Industri pertahanan; 4 Ketahan energi: bahan bakar dan energi serta listrik; 5 Keuangan: perbankan dan asuransijaminan sosial; 6 Ketahanan pangan: pupuk, pembenihan, dan gula konsumsi. Secara rata-rata BUMN memiliki pangsa pasar lebih kurang 70 persen pada keenam sektor utama di atas. Pangsa pasar terkecil, yaitu sebesar lebih kurang 30 persen pada sektor perbankan. Sedangkan pangsa pasar terbesar ada pada sektor bandar udara dan pelabuhan, listrik, asuransi jaminan sosial. Industri pertahanan, pupuk, dan pembenihan, yaitu sebesar lebih kurang 99 persen. Selebihnya pangsa pasar BUMN berada pada kisaran 38 persen sampai dengan 70 persen. Rincian pangsa pasar BUMN pada enam sektor industri disajikan dalam Bagan 6.1. Kinerja BUMN periode 2008-2012 menunjukkan trend yang baik, antara lain ditunjukkan melalui peningkatan total aset dan kontribusi terhadap perekonomian di Indonesia berupa peningkatan laba bersih BUMN, dividen, dan pajak dari tahun ke tahun. Gambaran mengenai perkembangan kinerja pengelolaan keuangan BUMN berupa perkembangan aktiva, ekuitas, penjualan, laba, dividen, serta pajak dapat dilihat pada Graik 6.8 dan Graik 6.9. 2008 2009 2010 2011 2012 1 PT Pupuk Iskandar Muda - - - 1.338,0 - - 2 PT Merpati Nusantara Airlines - - - 561,0 - - 3 Perum Jamkrindo d.h PT Sarana Pengembangan Usaha - 250,0 900,0 1.200,0 1.169,0 4 PT Askrindo d.h Asuransi Kredit Indonesia - 250,0 1.120,0 800,0 831,0 5 PT Dirgantara Indonesia - - - 1.188,5 1.400,0 - 6 Perusahaan Penerbit SBSN 0,01 - - - - - 7 Perusahaan Penerbit SBSN Indonesia I 0,01 - - - - - 8 PT PPA 1.500,0 1.000,0 - - - 2.000,0 9 PT PTPN II - 37,6 - - - - 10 PT Pertamina - 9.136,4 - - - - 11 PT PII persero - 1.000,0 1.000,0 1.500,0 1.000,0 - 12 Perusahaan Penerbit SBSN Indonesia II - - 0,1 - - - 13 Perusahaan Penerbit SBSN Indonesia III - - - 0,1 - 14 PT SMF - - - 1.000,0 - - 15 PT Geo Dipa Energi - - - 443,5 - 500,0 16 PT Inhutani I - - - 5,0 - - 17 PT PAL Indonesia - - - 648,3 600,0 - 18 PT SMI 1.000,0 - 1.000,0 - 2.000,0 - 19 PT BPUI - - 18,5 - - 250,0 20 PT Pindad - - - - 300,0 - 21 PT Industri Kapal Indonesia - - - - 200,0 - 22 PT Garam - - - - 100,0 - 23 PT Krakatau Steel - - - - - 956,5 24 PT Hutama Karya - - - - - 2000,0 Keterangan: PMN kepada PT Askrindo dan Perum Jamkrindo tahun 2013 akan diberikan berdasarkan kinerja penjaminan KUR tahun-tahun sebelumnya Sumber: Kementerian Keuangan 2.000,0 Jumlah 2.500,0 11.674,0 4.038,6 8.684,5 7.600,0 7.706,5 TABEL 6.3 PERKEMBANGAN PMN KEPADA BUMN, 2008-2013 miliar rupiah No. BUMN Penerima PMN LKPP APBNP 2013 Bab 6 6-11 Deisit, Pembiayaan Anggaran, dan Risiko Fiskal Nota Keuangan dan RAPBN 2014 Di samping itu, kinerja BUMN juga memiliki kontribusi yang signiikan terhadap pertumbuhan perekonomian di Indonesia yang tampak pada total penjualan yang dilakukan oleh BUMN dan total belanja modal BUMN. Di sisi lain, kinerja yang dilakukan BUMN juga mendukung program MP3EI, baik dari sisi produksi, dukungan infrastruktur maupun pembiayaan. Selanjutnya aset BUMN mengalami pertumbuhan seiring dengan pertumbuhan PDB. Gambaran mengenai perbandingan pertumbuhan aset BUMN dengan pertumbuhan PDB Indonesia ditunjukkan pada Graik 6.10. 1.977,8 2.234,4 2.505,5 2.946,8 3.522,0 526,1 574,0 601,8 688,6 785,9 1.161,7 985,7 1.077,7 1.378,3 1.555,3 - 500,0 1.000,0 1.500,0 2.000,0 2.500,0 3.000,0 3.500,0 4.000,0 2008 2009 2010 2011 2012 GRAFIK 6.8 PERKEMBANGAN TOTAL AKTIVA, EKUITAS, DAN PENJUALAN BUMN, 2008-2012 triliun rupiah Total Aktiva Total Ekuitas Total Penjualan Sumber: Kementerian BUMN 78,5 88,1 101,2 115,4 128,0 29,1 26,1 30,1 28,2 30,8 96,4 136,3 180,6 115,6 114,8 - 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 140,0 160,0 180,0 200,0 2008 2009 2010 2011 2012 GRAFIK 6.9 KINERJA LABA, DIVIDEN, DAN PAJAK BUMN, 2008-2012 triliun rupiah Laba Dividen Pajak Sumber: Kementerian BUMN Telekomunikasi 50 dari Total Pelanggan TLKM Penerbangan ± 38 dari Total Penumpang GIA MNA Konektivitas BAGAN 6.1 PANGSA PASAR BUMN PADA BEBERAPA SEKTOR UTAMA Jalan Tol ± 70 dari Ruas Jalan Tol JSMR Angkutan Laut 50 Total Penumpang PELNI ASDP Bandar Udara dan Pelabuhan ± 99 dari Total Bandara dan Pelabuhan AP I-II Pelindo I-IV Ketahanan Energi Bahan Bakar dan Energi 50 dari Total Produksi Pertamina PGN PTBA Listrik ± 99 dari Total Sambungan PLN Perbankan ± 30 dari Total Dana Pihak Ketiga BMRI, BNI BRI, BTN Semen ±38 dari Total Produksi SMGR SMBR Kupang Industri Pertahanan ± 99,9 dari Total Produksi Pindad, Dahana, PAL, DI PIHC Pupuk ± 99,9 dari Total Produksi Perbenihan ± 99 dari Total Produksi SHS Pertani BUMN Gula Gula Konsumsi ± 60 dari Total Produksi Semen Alutsista Ketahanan Pangan Keuangan AsuransiJaminan Sosial 100 Askes, Asabri, Jasa Raharja, Jamsostek, Taspen Bab 6 Deisit, Pembiayaan Anggaran, dan Risiko Fiskal Nota Keuangan dan RAPBN 2014 6-12 Dari total 146 BUMN, terdapat 19 BUMN yang sudah masuk ke pasar modal go public dengan kapitalisasi pasar sebesar 24,5 persen atau sekitar Rp 1.136,43 triliun. Dengan total emiten bursa saham Indonesia berjumlah 483 emiten, kontribusi ke-19 BUMN tersebut sangatlah signiikan untuk perkembangan pasar modal di Indonesia. Sedangkan untuk kontribusi per industri dimana BUMN yang bersangkutan beroperasi, saat ini PLN mendukung ±99 persen dari total sambungan listrik nasional. Sektor ketahanan energi khususnya penyediaan produksi bahan bakar dan energi, PT PGN Persero Tbk, PT Pertamina Persero, dan PT Bukit Asam Persero Tbk berkontribusi lebih 50 persen dari total produksi nasional. BUMN perbankan mampu mengakumulasi lebih dari 30 persen total dana pihak ketiga. PT Pupuk Indonesia Persero selaku Holding Company BUMN Pupuk menguasai ±99,9 persen dari total produksi dalam negeri, demikian juga dengan total produksi benih nasional didominasi oleh PT Sang Hyang Seri Persero dan PT Pertani Persero sebesar ±99 persen . Kemudian, produksi nasional untuk gula konsumsi sebesar ±60 persen dihasilkan oleh BUMN sektor perkebunan tebu. BUMN sektor semen sangat berperan dalam mendukung pembangunankonstruksi dengan market share sebesar ±38 persen dari total produksi semen di Indonesia. Selanjutnya, untuk mendukung konektivitas seluruh wilayah di Indonesia, dominasi BUMN sangat signiikan yang tergambar dari kapasitas PT PELNI Persero dan PT ASDP Persero yang mampu mengangkut lebih dari separuh total penumpang yang menggunakan moda transportasi laut dan PT Garuda Indonesia Persero Tbk dan PT Merpati Persero menguasai ±38 persen dari kursi penumpang pesawat udara. PT Telkom Persero Tbk menguasai lebih dari 50 persen pelanggan telekomunikasi di seluruh Indonesia. PMN kepada OrganisasiLKI, ditujukan untuk memenuhi kewajiban Indonesia sebagai anggota OrganisasiLKI, mempertahankan hak suara voting power Indonesia di OrganisasiLKI dan menambah hak suara Indonesia di OrganisasiLKI guna meningkatkan voting power. Dengan mempertahankan dan menambah hak suara tersebut, maka peranan dan kepentingan Indonesia pada OrganisasiLKI dapat terjaga. Perkembangan PMN kepada OrganisasiLKI periode 2011-2013 disajikan pada Tabel 6.4. PMN Lainnya selama ini ditujukan sebagai modal awal badan hukum selain BUMN dan OrganisasiLKI yang didirikan di dalam negeri, seperti BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia LPEI. Selain itu, PMN lainnya juga ditujukan sebagai modal awal badan hukum di luar negeri, seperti ASEAN Infrastructure Fund AIF dan menambah modal badan hukum seperti International Rubber Consortium Limited IRCo. Perkembangan PMN Lainnya dalam periode 2010-2013 disajikan pada Tabel 6.5. 13,7 4,5 25,9 16,5 4,5 6,1 6,5 6,2 5 10 15 20 25 30 2009 2010 2011 2012 GRAFIK 6.10 PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ASET BUMN DAN PERTUMBUHAN PDB , 2009-2012 Pertumbuhan Aset Pertumbuhan PDB Sumber: Kementerian BUMN Persen Bab 6 6-13 Deisit, Pembiayaan Anggaran, dan Risiko Fiskal Nota Keuangan dan RAPBN 2014 Dana Bergulir Alokasi dana bergulir dalam periode 2009-2013 didasarkan pada PMK Nomor 99 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bergulir pada Kementerian NegaraLembaga. PMK tersebut merupakan tindak lanjut dari Instruksi Presiden Nomor 6 tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, dan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi Tahun 2008- 2009. Dalam periode 2009-2013, dana bergulir dialokasikan Pemerintah untuk mendukung kebijakan Pemerintah, seperti penghijauan kembali hutan reboisasi melalui dana bergulir Pusat Pembiayaan Pembangunan Hutan P3H, pemberdayaan KUMKM melalui dana bergulir BLU LPDB KUMKM, dukungan kepemilikan rumah kepada masyarakat berpenghasilan rendah MBR melalui dana bergulir Pusat Pembiayaan Perumahan, percepatan pembangunan tenaga listrik panas bumi melalui dana bergulir Geothermal, dan dukungan pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol melalui dana bergulir BPJT. 1 107,9 - - 2 The Islamic Corporation for the Development of Private Sector ICD 8,7 9,0 9,6 3 40,0 147,6 172,2 4 326,2 352,9 373,8 5 13,7 18,9 30,3 6 114,8 - - 7 - 8,1 8,7 8 0,000056 - - 9 International Development Association IDA - 4,6 - 611,3 541,1 594,7 TABEL 6.4 PERKEMBANGAN PMN KEPADA ORGANISASILKI, 2011-2013 miliar rupiah No. Uraian LKPP APBNP 2011 2012 2013 International Finance Corporation IFC Islamic Development Bank IDB International Bank for Reconstruction and Development IBRD Asian Development Bank ADB International Fund for Agricultural and Development IFAD Credit Guarantee and Investment Facility CGIF International Monetery Fund IMF JUMLAH Sumber: Kementerian Keuangan APBNP 2010 2011 2012 2013 1 ASEAN Infrastructure Fund AIF - - 37 8,4 407 ,5 2 International Rubber Consortium Limited IRCo - - - 25,0 3 BPJS Kesehatan - - - 500,0 4 BPJS Ketenagakerjaan - - - 500,0 5 Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia LPEI 2.000,0 - - - 2.000,0 - 37 8,4 1.432,5 JUMLAH Sumber: Kementerian Keuangan T ABEL 6.5 PERKEMBANGAN PMN Lainnya, 2010-2013 miliar rupiah No. Uraian LKPP Bab 6 Deisit, Pembiayaan Anggaran, dan Risiko Fiskal Nota Keuangan dan RAPBN 2014 6-14 Perkembangan alokasi pembiayaan untuk dana bergulir periode 2009-2013 disajikan pada Graik 6.11. D. Dana Pengembangan Pendidikan Nasional DPPN Pada tahap awal, DPPN dikelola oleh Pusat Investasi Pemerintah, dan pada akhir tahun 2011 pengelolaannya dialihkan pada satker BLU Lembaga Pengelola Dana Pendidikan LPDP. Pada awal tahun 2013, LPDP mulai membuka pendaftaran program beasiswa bagi pemuda-pemudi yang memiliki prestasi akademis di jenjang pendidikan sebelumnya, serta memiliki jiwa kepemimpinan dan berkomitmen untuk berkontribusi bagi Indonesia. Beasiswa tersebut diberikan untuk program Magister dan Doktor yang difokuskan pada 6 enam bidang keilmuan untuk mendukung program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia MP3EI, meliputi teknik, sains, pertanian, akuntansikeuangan, hukum, dan agama. Perkembangan alokasi pembiayaan DPPN periode 2010-2013 disajikan pada Graik 6.12. E. Kewajiban Penjaminan untuk PT PLN Persero, PDAM, dan Proyek Infrastruktur Melalui Kerja Sama Pemerintah dan Swasta Dalam rangka mendukung percepatan pembangunan proyek infrastruktur, Pemerintah telah memberikan jaminan kepada kreditur perbankanbadan usaha yang turut berperan serta dalam pembangunan proyek: 1 Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik Yang Menggunakan Batubara Proyek 10.000 MW Tahap I; 2 Percepatan Pembangunan Sarana Penyediaan Air Minum; 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 2009 2010 2011 2012 2013 0,621 - - - - 0,3 0,4 0,3 0,6 1,0 - - 3,6 4,7 2,7 - - 1,1 0,9 1,1 - 2,3 3,9 0,9 - GRAFIK 6.11 PERKEMBANGAN ALOKASI PEMBIAYAAN UNTUK DANA BERGULIR, 2009 - 2013 triliun rupiah BLU P3H LPDB KUMKM BLU PPP Geothermal BLU BPJT APBNP Sumber : Kementerian Keuangan - 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 2010 2011 2012 2013 1,0 2,6 7,0 5,0 GRAFIK 6.12 PERKEMBANGAN ALOKASI PEMBIAYAAN DPPN, 2010 - 2013 triliun rupiah Sumber : Kementerian Keuangan APBNP Bab 6 6-15 Deisit, Pembiayaan Anggaran, dan Risiko Fiskal Nota Keuangan dan RAPBN 2014 3 Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik Yang Menggunakan Energi Terbarukan, Batubara, dan Gas Proyek 10.000 MW Tahap II; 4 Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang dilakukan melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur. Penjaminan pada Program Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik Yang Menggunakan Batubara Proyek 10.000 MW diberikan sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2006 tentang Pemberian Jaminan Pemerintah Untuk Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik Yang Menggunakan Batubara, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2007. Sampai dengan semester I 2013, Pemerintah telah menerbitkan sebanyak 30 surat jaminan untuk proyek pembangkit, dan 4 surat jaminan untuk proyek transmisi. Adapun nilai total jaminan Pemerintah tersebut adalah sebesar Rp36,2 triliun, dan USD3,9 miliar. Dalam rangka mendukung Program Percepatan Penyediaan Air Minum, Pemerintah memberikan jaminan kepada kreditur perbankan yang mendanai proyek Percepatan Penyediaan Air Minum sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2009 tentang Pemberian Jaminan dan Subsidi Bunga oleh Pemerintah Pusat Dalam Rangka Percepatan Penyediaan Air Minum. Jaminan yang diberikan meliputi 70 persen atas pembayaran kewajiban pokok kredit investasi PDAM kepada perbankan. Dari 70 persen jaminan Pemerintah tersebut selanjutnya akan dilakukan pembagian pembebanan, dimana Pemerintah Pusat menanggung sebesar 40 persen, dan Pemerintah Daerah menanggung sebesar 30 persen dari seluruh kewajiban PDAM yang gagal bayar. Sampai dengan bulan Juni 2013, Pemerintah telah menerbitkan sebanyak lima Surat Jaminan Pemerintah Pusat dengan total nilai Rp205,1 miliar. Adapun lima Surat Jaminan Pemerintah Pusat dimaksud adalah untuk proyek PDAM Kab. Ciamis, PDAM Kab. Lombok Timur, PDAM Kab. Bogor, PDAM Kota Malang dan PDAM Kota Banjarmasin. Melalui Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2010, Pemerintah menugaskan PT PLN Persero untuk melakukan pembangunan pembangkit tenaga listrik dengan menggunakan energi terbarukan, batubara, dan gas. Dalam program ini Pemerintah memberikan jaminan kepada pihak swasta atas kelayakan usaha PT PLN Persero untuk membeli tenaga listrik berdasarkan Perjanjian Jual Beli Listrik. Sampai dengan bulan Juni 2013, Pemerintah telah menerbitkan Surat Jaminan Kelayakan Usaha sebanyak lima surat jaminan yaitu untuk proyek PLTP Rajabasa, PLTP Muaralaboh, PLTA Wampu, PLTP Rantau Dedap dan PLTP Sarulla. Selain itu, dalam upaya percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia, Pemerintah bersama dengan PT PII juga memberikan jaminan pada pembangunan proyek infrastruktur yang dilaksanakan dengan skema Kerjasama Pemerintah Swasta sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Yang Dilakukan Melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur. Sampai dengan bulan Juni 2013, Pemerintah baru menerbitkan satu surat jaminan Pemerintah untuk proyek PLTU Jawa Tengah. Penandatanganan perjanjian penjaminan proyek PLTU Jawa Tengah dilakukan pada tanggal 6 Oktober 2011 melalui penjaminan bersama antara Pemerintah dengan PT PII secara amount sharing, dimana PT PII menjamin maksimal sebesar Rp300,0 miliar, sedangkan sisanya dijamin oleh Pemerintah. Proyek PLTU Jawa Tengah memiliki kapasitas 2 x 1.000 MW, merupakan salah satu project showcase infrastruktur yang dilaksanakan dengan skema Kerjasama Pemerintah Swasta. Total nilai proyek yang dijamin adalah sekitar Rp30 triliun. Penjaminan diperkirakan mulai efektif pada akhir tahun 2013, setelah proyek mencapai inancial close. Bab 6 Deisit, Pembiayaan Anggaran, dan Risiko Fiskal Nota Keuangan dan RAPBN 2014 6-16 Sebagai konsekuensi atas penerbitan jaminan, Pemerintah telah mengalokasikan dana kewajiban penjaminan. Jumlah alokasi dana kewajiban penjaminan untuk program percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan batubara, program percepatan penyediaan air minum, dan proyek kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang dilakukan melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur BUPI periode 2008-2013 disajikan dalam Tabel 6.6 . Dalam program jaminan kelayakan usaha, Pemerintah tidak mengalokasikan dana kewajiban penjaminan Pemerintah. Hal ini mengingat jaminan atas kelayakan usaha PT PLN untuk membeli listrik dari badan usaha telah dipenuhi melalui subsidi listrik. Dalam pelaksanaannya, realisasi dana kewajiban penjaminan Pemerintah dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 masih nihil atau belum pernah digunakan, karena baik PT PLN maupun PDAM masih dapat memenuhi kewajibannya, sehingga tidak ada klaim pembayaran jaminan Pemerintah dari kreditur. F. Pinjaman kepada PT PLN Pada tahun 2010, Pemerintah memberikan pinjaman kepada PT PLN dalam rangka menutupi kekurangan pembiayaan PT PLN dalam melakukan pembiayaan porsi ekuitas pendanaan proyek 10.000 MW, pemulihan dan peningkatan sistem kelistrikan, serta investasi untuk melayani beban natural. Pinjaman kepada PT PLN tersebut dilakukan oleh PIP berdasarkan Perpres Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Penugasan Kepada Pusat Investasi Pemerintah untuk Memberikan Pinjaman dengan Persyaratan Lunak kepada PT PLN Persero. Sedangkan yang dimaksud dengan persyaratan lunak tersebut, yaitu: 1. Jangka waktu pengembalian pinjaman selama 15 lima belas tahun; 2. Masa tenggang pengembalian pinjaman selama 5 lima tahun; dan 3. Tingkat suku bunga pinjaman berdasarkan tingkat bunga Sertiikat Bank Indonesia. 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1. Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan Batubara oleh PT PLN Persero 283,0 1.000,0 1.000,0 889,0 623,3 611,2 2. Percepatan Penyediaan Air Minum oleh PDAM - - 50,0 15,0 10,0 35,0 3. Proyek kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur - - - - - 59,8 283,0 1.000,0 1.050,0 904,0 633,3 706,0 Sumber: Kementerian Keuangan TABEL 6.6 PERKEMBANGAN ALOKASI DANA KEWAJIBAN PENJAMINAN PEMERINTAH, 2008-2013 miliar rupiah Penjaminan Jumlah Keterangan: alokasi 2008-2013 berdasarkan APBNP Bab 6 6-17 Deisit, Pembiayaan Anggaran, dan Risiko Fiskal Nota Keuangan dan RAPBN 2014

6.2. 2.2 Pembiayaan Utang

Instrumen pembiayaan utang terdiri atas SBN, pinjaman luar negeri, dan pinjaman dalam negeri. Dalam periode 2008-2013, instrumen SBN memegang peranan utama sebagai sumber pembiayaan utang. Perkembangan pembiayaan utang tahun 2008-2013 disajikan dalam Tabel 6.7.

6.2.2.2.1 Surat Berharga Negara SBN

Sepanjang periode 2008–2013, penerbitan SBN neto mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebagaimana disajikan dalam Graik 6.13. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi peningkatan penerbitan SBN neto tersebut antara lain a naiknya kebutuhan pembiayaan anggaran untuk menutupi deisit; b adanya kebutuhan untuk memprioritaskan sumber pembiayaan domestik dalam mata uang rupiah dan mengurangi ketergantungan terhadap pinjaman luar negeri; c kebutuhan fleksibilitas dalam pengelolaan portofolio dan risiko utang; dan d kebutuhan untuk pengembangan pasar keuangan domestik. Dari Graik 6.13 dapat diketahui bahwa realisasi pembayaran pokok SBN jatuh tempo dan buyback menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun, sehingga berdampak pada semakin besarnya target penerbitan SBN bruto. 132,7 148,5 167,6 207,1 148,3 46,8 49,1 76,5 87,3 57,7 85,9 99,5 91,1 119,9 159,7 90,6 90 40 10 60 110 160 210 260 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Penerbitan Jatuh Tempo dan Buyback SBN Neto Realisasi s.d. semester I 2013 Sumber: Kementerian Keuangan GRAFIK 6.13 PERKEMBANGAN PENERBITAN SBN NETO, 2008-2013 triliun rupiah 2008 2009 2010 2011 2012 I. 85,9 99,5 91,1 119,9 159,7 231,8

II. 18,4

15,5 4,5 17 ,8 23,5 16,9 1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri Bruto 50,2 58,7 54,9 33,7 31,4 49,0 a. Pinjaman Program 30,1 28,9 29,0 15,3 1 5,0 1 1 ,1 b. Pinjaman Proyek 20,1 29,7 25,9 18,5 1 6,4 37 ,9 - Pinjaman Proyek Pemerintah Pusat 14,9 23,5 17 ,1 14,3 1 2,6 31,2 - Penerimaan Penerusan Pinjaman 5,2 6,2 8,8 4,2 3,8 6,7 2. Penerusan Pinjaman SLA 5,2 6,2 8,8 4,2 3,8 6,7 3. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri 63,4 68,0 50,6 47 ,3 51,1 59,2 III. Pinjam an Dalam Negeri Neto - - 0,4 0,6 0,8 0,5 1. Penarikan Pinjaman Dalam Negeri Bruto - - 0,4 0,6 0,9 0,8 2. Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman Dalam Negeri - - - - 0,1 0,3 67 ,5 84,0 87 ,0 102,7 137 ,0 215,4 Sumber: Kementerian Keuangan Pinjam an Luar Negeri Neto Jum lah LKPP APBNP 2013 TABEL 6.7 PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN UTANG, 2008-2013 triliun rupiah Uraian Surat Berharga Negara Neto Bab 6 Deisit, Pembiayaan Anggaran, dan Risiko Fiskal Nota Keuangan dan RAPBN 2014 6-18 Target penerbitan SBN bruto dipenuhi melalui dua instrumen, yaitu Surat Utang Negara SUN dan Surat Berharga Syariah Negara SBSN. Instrumen SUN yang diterbitkan terdiri atas Obligasi Negara ON dengan 1 tingkat suku bunga tetap, yaitu seri ixed rate FR dan Obligasi Negara Ritel ORI; 2 tingkat suku bunga mengambang, yaitu seri variable rate VR; 3 tanpa bunga, yaitu Surat Perbendaharaan Negara SPN dan Zero Coupon Bond ZC; serta 4 ON valas. Sementara itu, instrumen SBSN yang diterbitkan terdiri atas Ijarah Fixed Rate IFR, Sukuk Ritel SUKRI, Sukuk Dana Haji Indonesia SDHI, Surat Perbendaharaan Negara Syariah SPNS, Project Based Sukuk PBS, dan sukuk valas. Pemilihan jenis instrumen SBN yang akan diterbitkan mengacu pada strategi pengelolaan utang yang ditempuh Pemerintah, baik strategi tahunan maupun strategi jangka menengah. Secara umum, berdasarkan strategi pengelolaan utang, penerbitan SBN tetap diprioritaskan untuk dilakukan di pasar keuangan domestik. Hal ini bertujuan untuk 1 meminimalkan risiko utang, khususnya yang terkait dengan fluktuasi nilai tukar; 2 mengembangkan pasar keuangan domestik; dan 3 memberikan benchmark bagi penerbitan obligasi swasta di dalam negeri. Dalam pelaksanaannya, penerbitan SBN di dalam negeri harus dilakukan secara cermat dan hati-hati dengan memperhitungkan kapasitas daya serap pasar keuangan domestik. Hal ini diperlukan guna menghindari crowding out effect di pasar keuangan domestik apabila sektor swasta hendak mencari pembiayaan yang berasal dari pasar modal. Dengan berbagai pertimbangan tersebut, target pembiayaan utang melalui penerbitan SBN diharapkan dapat dipenuhi dengan biaya dan risiko yang terukur serta efisien. Meningkatnya penerbitan SBN di pasar keuangan domestik dari tahun ke tahun telah berdampak pada peningkatan outstanding SBN domestik. Dari Grafik 6.14 terlihat kenaikan outstanding SBN domestik dalam periode 2008-2013. Dalam periode 2009-2013, proporsi outstanding SBN domestik terhadap total outstanding utang secara rata-rata berada di atas 50,0 persen. Proporsi outstanding SBN domestik terhadap total utang pada akhir tahun 2013 diperkirakan lebih besar dibandingkan proporsi pada akhir tahun 2008. Dalam periode yang sama, outstanding SBN valas juga mengalami peningkatan seperti disajikan dalam Grafik 6.15. Peningkatan ini sejalan dengan meningkatnya nilai nominal SBN valas. Realisasi penerbitan SBN valas di pasar internasional dari tahun 2008 sampai dengan Juni 2013 meliputi SBN valas dalam mata uang dollar Amerika Serikat sebesar USD25,6 miliar dan dalam mata uang yen Jepang sebesar JPY155,0 miliar. Penerbitan SBN pada tahun 2013 akan dipengaruhi oleh faktor domestik maupun faktor global, baik sentimen positif maupun negatif. Berdasarkan realisasi penerbitan SBN semester I 2013, secara umum pelaksanaan penawaran SBN masih mengalami oversubscribe, baik penerbitan di dalam maupun di luar negeri. Dalam lelang penerbitan SBN domestik pada periode Januari- Juni 2013, penawaran bid yang masuk sebesar Rp222,6 triliun, sedangkan jumlah yang 85,9 99,5 91,1 119,9 159,7 90,6 783,9 836,3 902,4 992,0 1.096,2 1157,6 47,9 52,6 53,8 55,1 55,5 56,9 42 44 46 48 50 52 54 56 58 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 2008 2009 2010 2011 2012 2013 SBN Neto Outstanding SBN Domestik Proporsi SBN domestik thd. Total Utang [RHS] ` GRAFIK 6.14 PERKEMBANGAN PENERBITAN SBN NETO DAN OUTSTANDING SBN DOMESTIK, 2008-2013 triliun rupiah persen Realisasi s.d. semester I 2013 Sumber: Kementerian Keuangan