Bab 6
6-1 Deisit, Pembiayaan Anggaran, dan Risiko Fiskal
Nota Keuangan dan RAPBN 2014
BAB 6 DEFISIT, PEMBIAYAAN ANGGARAN,
DAN RISIKO FISKAL
6.1 Umum
Dalam RAPBN 2014, Pemerintah menempuh kebijakan deisit anggaran dalam rangka menjaga momentum pertumbuhan ekonomi melalui pemberian stimulus iskal secara terukur, dengan
tetap menjaga kesinambungan iskal. Dalam kerangka tersebut, target deisit anggaran dalam RAPBN 2014 ditetapkan sebesar 1,49 persen terhadap PDB.
Untuk membiayai deisit RAPBN 2014 tersebut, Pemerintah akan memanfaatkan sumber- sumber pembiayaan nonutang yang bersumber dari penerimaan cicilan pengembalian penerusan
pinjaman, dan hasil pengelolaan aset; serta pembiayaan utang yang berasal dari Surat Berharga Negara SBN, pinjaman luar negeri, dan pinjaman dalam negeri.
Terkait dengan besarannya, mengingat sangat terbatasnya kapasitas sumber-sumber pembiayaan nonutang, maka sumber-sumber pembiayaan utang masih menjadi bagian utama
sumber pembiayaan. Pembiayaan melalui utang dalam RAPBN 2014 akan dilakukan secara terukur dengan memanfaatkan sumber-sumber yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri,
memperhatikan kapasitas pembiayaan Pemerintah, dan mempertimbangkan beban serta risiko yang harus ditanggung.
Selanjutnya, Pemerintah tetap akan memprioritaskan dan mengoptimalkan sumber-sumber pembiayaan utang dari dalam negeri, yang dilaksanakan bersamaan dengan upaya untuk
mengoptimalkan peran serta dari masyarakat inancial inclusion, mengembangkan pasar keuangan domestik, dan meningkatkan efek multiplier perekonomian nasional. Kebijakan
tersebut ditempuh sejalan dengan terdapatnya risiko utang dalam negeri yang relatif lebih rendah apabila dibandingkan dengan risiko utang luar negeri.
Dalam RAPBN 2014, Pemerintah juga merencanakan alokasi pengeluaran pembiayaan antara lain untuk mendukung upaya: a peningkatan kapasitas usaha BUMN dengan mengalokasikan
PMN kepada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia LPEI; b pembangunan infrastruktur, dengan mengalokasikan PMN kepada PT Hutama Karya, PMN kepada PT Sarana Multigriya
Finansial, Dana Bergulir untuk Pusat Pembiayaan Perumahan, dan Kewajiban Penjaminan; c pemberdayaan koperasi, usaha mikro, kecil, dan menengah KUMKM, melalui alokasi
PMN kepada PT Askrindo dan Perum Jamkrindo dan Dana Bergulir untuk Lembaga Pengelola Dana Bergulir KUMKM; serta d pemenuhan kewajiban Indonesia sebagai anggota Organisasi
LKI untuk mempertahankan persentase kepemilikan modal, melalui alokasi PMN kepada OrganisasiLKI.
Selain itu, dalam RAPBN 2014 terdapat beberapa kegiatan infrastruktur yang dibiayai dari utang, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Kegiatan infrastruktur yang dibiayai
dari dalam negeri berupa surat berharga syariah negara SBSN-Project Based Sukuk PBS antara lain proyek pembangunan rel kereta api Cirebon-Kroya segmen I dan Proyek Railway
Electriication and Double-Double Tracking of Java Main Line Project. Sedangkan kegiatan infrastruktur yang dibiayai dari pinjaman luar negeri antara lain Regional Roads Development
Bab 6 Deisit, Pembiayaan Anggaran, dan Risiko Fiskal
Nota Keuangan dan RAPBN 2014 6-2
Project, Toll Road Development of Medan-Kualanamu, Peusangan Hydroelectric Power Plant Construction Project, Power Transmission Development Project, dan Mass Rapid Transit
MRT. Selanjutnya, upaya menjaga kesinambungan iskal dilakukan melalui 3 tiga langkah utama,
yaitu 1 pengendalian deisit dalam batas aman; 2 mengendalikan keseimbangan primer melalui optimalisasi penerimaan negara dan perbaikan struktur belanja negara agar lebih
eisien dan produktif; serta 3 peningkatan eisiensi dan efektivitas pengelolaan utang. Sejalan dengan itu, beberapa indikator kesinambungan iskal dalam RAPBN 2014 diharapkan membaik
yaitu deisit ditetapkan sebesar 1,49 persen terhadap PDB, menurun jika dibandingkan target deisit APBNP 2013 yang mencapai 2,38 persen terhadap PDB. Selain itu, keseimbangan primer
primary balance dalam RAPBN 2014 masih menunjukkan sebesar negatif Rp34,7 triliun, namun besarnya diperkirakan menurun jika dibandingkan dengan APBNP 2013 sebesar negatif
Rp111,7 triliun. Selanjutnya, rasio utang terhadap PDB pada tahun 2014 diperkirakan sebesar 22,8 persen, menurun dari rasio utang terhadap PDB dalam APBNP 2013 yang diperkirakan
mencapai 23,4 persen terhadap PDB.
6.2 Perkembangan Deisit dan Pembiayaan Anggaran Tahun 2008-2013
6.2.1 Deisit Anggaran
Dalam periode 2008–2013, Pemerintah dengan persetujuan DPR menetapkan kebijakan anggaran deisit dalam rangka memberikan stimulus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
domestik melalui serangkaian program dan kegiatan Pemerintah. Penetapan besaran deisit APBN dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai hal, antara lain kebutuhan kegiatan
prioritas yang harus dibiayai di tahun yang bersangkutan, kapasitas pembiayaan anggaran, kondisi perekonomian dan pasar keuangan, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam perkembangannya, realisasi deisit anggaran dalam periode 2008-2012 selalu lebih rendah dari deisit yang ditetapkan dalam APBNP. Perkembangan deisit anggaran tahun
2008-2012 dan targetnya dalam APBNP 2013
disajikan dalam Graik 6 . 1 . D a l a m p e r i o d e
tersebut, beberapa faktor yang menjadi penyebab
dari kondisi tersebut antara lain, realisasi
pendapatan negara lebih besar dari target yang
ditetapkan, sedangkan realisasi belanja negara
l e b i h r e n d a h b i l a dibandingkan dengan
alokasi anggaran; atau realisasi pendapatan
2,1 2,4
2,1 2,1
2,2 2,4
0,1 1,6
0,7 1,1
1,9 0,0
1,0 2,0
3,0 4,0
5,0
2008 2009
2010 2011
2012 2013
defisit APBNP defisit LKPP
GRAFIK 6.1 PERKEMBANGAN DEFISIT ANGGARAN, 2008-2013
Sumber: Kementerian Keuangan
APBNP
Persen