Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat RAPBN Tahun 2014

Bab 4 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Nota Keuangan dan RAPBN 2014 4-69 Sementara itu, sebesar 50,2 persen Rp617,7 triliun dialokasikan melalui anggaran bendahara umum negara anggaran non-KL, yang sebagian besar digunakan untuk belanja subsidi dan pembayaran bunga utang pemerintah. Selanjutnya, sesuai dengan amanat pasal 11 ayat 5 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, maka anggaran belanja pemerintah pusat dirinci menurut fungsi, organisasi, dan jenis belanja.

4.4.1 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi

Menurut klasifikasi fungsi, alokasi anggaran belanja pemerintah pusat dirinci ke dalam 11 fungsi, yang pengklasiikasiannya ditujukan untuk menggambarkan tugas Pemerintah dalam melaksanakan fungsi-fungsi pelayanan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional. Fungsi-fungsi tersebut mencakup: 1 fungsi pelayanan umum; 2 fungsi pertahanan; 3 fungsi ketertiban dan keamanan; 4 fungsi ekonomi; 5 fungsi lingkungan hidup; 6 fungsi perumahan dan fasilitas umum; 7 fungsi kesehatan; 8 fungsi pariwisata; 9 fungsi agama; 10 fungsi pendidikan; dan 11 fungsi perlindungan sosial. Alokasi anggaran belanja pemerintah pusat menurut fungsi dijabarkan lebih lanjut ke dalam berbagai subfungsi, yang pada dasarnya merupakan kompilasi dari anggaran berbagai program dan kegiatan pada setiap KL. Sementara itu, kegiatan merupakan penjabaran dari program yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi unit Eselon IIsatuan kerja atau penugasan tertentu KL yang berisi satu atau beberapa komponen kegiatan untuk mencapai keluaran output dengan indikator kinerja yang terukur. Selain itu, kegiatan terdiri atas sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya, baik yang berupa SDM, barang, modal, termasuk peralatan dan teknologi, serta dana, atau dengan kata lain kegiatan adalah kombinasi dari beberapa atau semua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan input untuk menghasilkan keluaran output dalam bentuk barangjasa. Satker merupakan business unit yang melakukan siklus anggaran dari sejak perencanaan dan penganggaran hingga pelaksanaan, pertanggungjawaban, dan pelaporannya. Dalam RAPBN tahun 2014, alokasi belanja pemerintah pusat yang mencapai Rp1.230,3 triliun, dalam kategori berdasarkan fungsi masih didominasi oleh fungsi pelayanan umum, yaitu sebesar 64,7 persen dari total anggaran belanja pemerintah pusat, dan sisanya sebesar 35,3 persen tersebar pada fungsi-fungsi lainnya. Relatif tingginya porsi alokasi anggaran pada fungsi pelayanan umum tersebut merupakan konsekuensi dari pelaksanaan fungsi pelayanan umum kepada masyarakat sebagai fungsi utama pemerintah untuk menjamin kualitas dan kelancaran pelayanan kepada masyarakat, yang di antaranya terdiri atas pemberian subsidi, pembayaran bunga utang, dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis pemerintah, penyelenggaraan diplomasi dan internasional, penataan administrasi kependudukan, pemberdayaan masyarakat, pembangunan daerah, serta penelitian dan pengembangan Iptek. Perkembangan alokasi anggaran belanja pemerintah pusat menurut fungsi dalam tahun 2013-2014 disajikan dalam Tabel 4.7. Alokasi Anggaran Fungsi Pelayanan Umum Dalam RAPBN tahun 2014, anggaran pada fungsi pelayanan umum dialokasikan sebesar Rp795,5 triliun, berarti lebih tinggi sekitar 10,5 persen jika dibandingkan dengan alokasinya dalam APBN tahun 2013 sebesar Rp720,1 triliun. Jumlah tersebut, antara lain terdiri atas alokasi untuk: 1 subfungsi lembaga eksekutif dan legislatif, keuangan dan iskal, serta urusan luar negeri sebesar Rp153,5 triliun 19,3 persen terhadap fungsi pelayanan umum; 2 subfungsi pelayanan umum sebesar Rp10,5 triliun 1,3 persen terhadap fungsi pelayanan umum; 3 subfungsi penelitian dasar Bab 4 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Nota Keuangan dan RAPBN 2014 4-70 dan pengembangan Iptek sebesar Rp2,6 triliun 0,3 persen terhadap fungsi pelayanan umum; 4 subfungsi pinjaman pemerintah sebesar Rp119,6 triliun 15,0 persen terhadap fungsi pelayanan umum; 5 subfungsi pembangunan daerah sebesar Rp1,9 triliun 0,2 persen terhadap fungsi pelayanan umum; 6 subfungsi Litbang pelayanan umum sebesar Rp420,2 miliar 0,1 persen terhadap fungsi pelayanan umum; dan 7 subfungsi pelayanan umum lainnya sebesar Rp506,9 triliun 63,7 persen terhadap fungsi pelayanan umum. Alokasi anggaran pada subfungsi pelayanan umum lainnya dalam RAPBN tahun 2014, terutama diperuntukkan bagi pembayaran subsidi dan transfer lainnya yang merupakan bagian dari upaya Pemerintah untuk menjaga stabilitas perekonomian, sekaligus memberikan perlindungan kepada masyarakat. Selanjutnya, pada subfungsi pinjaman pemerintah, akan digunakan untuk melaksanakan pembayaran bunga utang sebagai konsekuensi dari pemanfaatan pinjaman pada masa lalu. Sementara itu, pada subfungsi lembaga eksekutif dan legislatif, masalah keuangan dan iskal serta urusan luar negeri, akan digunakan untuk membiayai beberapa program, antara lain: 1 program dukungan manajemen dan tugas teknis lainnya; dan 2 program pertumbuhan dan pengamanan penerimaan pajak; 3 program penguatan kelembagaan; serta 4 program penyediaan dan pelayanan informasi statistik. Sasaran pembangunan yang diharapkan dicapai dari fungsi pelayanan umum dalam tahun 2014, di antaranya adalah: 1 makin meningkatnya kualitas pelayanan publik yang didukung manajemen pelayanan yang profesional, SDM berintegritas, penerapan standar pelayanan minimal, dan data kependudukan yang komprehensif; 2 terlaksananya penyaluran subsidi BBM dengan target volume sebesar 50,5 juta kilo liter; 3 terlaksananya penyediaan pasokan listrik dengan harga yang terjangkau kepada masyarakat; 4 terlaksananya penyaluran subsidi pangan dan penyediaan beras bersubsidi untuk 15,5 juta masyarakat miskin RTS; 5 terlaksananya APBN thd BPP RAPBN thd BPP 01 PELAY ANAN UMUM 7 20,1 62,4 7 95,5 64,7 02 PERT AHANAN 81,8 7 ,1 83,4 6,8 03 KET ERT IBAN DAN KEAMANAN 36,5 3,2 31,9 2,6 04 EKONOMI 122,9 10,6 117 ,8 9,6 05 LINGKUNGAN HIDUP 12,4 1,1 11,6 0,9 06 PERUMAHAN DAN FASILIT AS UMUM 30,7 2,7 30,7 2,5 07 KESEHAT AN 17 ,5 1,5 12,2 1,0 08 PARIWISAT A 2,5 0,2 2,1 0,2 09 AGAMA 4,1 0,4 4,4 0,4 10 PENDIDIKAN 118,5 10,3 132,8 10,8 11 PERLINDUNGAN SOSIAL 7 ,4 0,6 8,1 0,7 1.154,4 100,0 1.230,3 100,0 Sumber : Kementerian Keuangan T O T A L TABEL 4.7 BELANJA PEMERINTAH PUSAT BPP MENURUT FUNGSI, 2013 - 2014 triliun rupiah NO. FUNGSI 2013 2014 Bab 4 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Nota Keuangan dan RAPBN 2014 4-71 penyaluran subsidi pupuk dan subsidi benih dalam bentuk penyediaan pupuk dan benih unggul murah bagi petani; 6 terlaksananya penyaluran subsidi transportasi umum untuk penumpang kereta api kelas ekonomi dan kapal laut kelas ekonomi; dan 7 meningkatnya implementasi tata kelola pemerintahan pada instansi pemerintah melalui terobosan kinerja secara terpadu, menyeluruh, penuh integritas, akuntabel, serta taat dan menjunjung tinggi hukum. Alokasi Anggaran Fungsi Pertahanan Selanjutnya, alokasi anggaran pada fungsi pertahanan berkaitan dengan upaya Pemerintah untuk meningkatkan kemampuan pertahanan negara dalam upaya melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Dalam RAPBN tahun 2014, anggaran pada fungsi pertahanan dialokasikan sebesar Rp83,4 triliun. Alokasi anggaran tersebut tersebar pada berbagai program pertahanan yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertahanan termasuk di dalamnya Mabes, AD, AL dan AU, Lembaga Ketahanan Nasional, dan Dewan Ketahanan Nasional. Apabila dibandingkan dengan alokasinya dalam APBN tahun 2013 sebesar Rp81,8 triliun, maka alokasi anggaran pada fungsi pertahanan dalam tahun 2014 tersebut, lebih tinggi sebesar 1,9 persen. Jumlah tersebut, terdiri atas alokasi untuk: 1 subfungsi pertahanan negara sebesar Rp60,3 triliun 72,4 persen dari total alokasi anggaran fungsi pertahanan; 2 subfungsi dukungan pertahanan sebesar Rp22,6 triliun 27,2 persen; dan 3 subfungsi Litbang pertahanan sebesar Rp0,4 triliun 0,5 persen. Alokasi anggaran pada subfungsi pertahanan negara dalam tahun 2014, akan digunakan untuk melaksanakan pengembangan pertahanan integratif, pengembangan pertahanan matra darat, pengembangan pertahanan matra laut, pengembangan pertahanan matra udara, penegakan kedaulatan dan penjagaan keutuhan wilayah NKRI. Pada subfungsi dukungan pertahanan, akan digunakan untuk melaksanakan pengembangan sistem dan strategi pertahanan, dan pengembangan teknologi dan industri pertahanan. Sedangkan pada subfungsi Litbang pertahanan, akan digunakan untuk melaksanakan penelitian dan pengembangan pertahanan, dan pengembangan ketahanan nasional. Alokasi anggaran pada fungsi pertahanan dalam tahun 2014, diharapkan memberikan pencapaian antara lain: 1 terdayagunakannya industri pertahanan nasional bagi kemandirian pertahanan, melalui pertumbuhan kemandirian alutsista TNI dan Polri baik dari sisi kuantitas, kualitas, maupun variasinya; 2 meningkatnya peran Indonesia dalam menjaga keamanan nasional dan menjaga perdamaian dunia; 3 meningkatnya alutsista, non alutsista, fasilitas serta sarpras matra darat, laut, dan udara; 4 meningkatnya industri, sarana dan prasarana pertahanan yang memenuhi kebutuhan dan standar mutu, sesuai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dikembangkan secara mandiri; 5 tercapainya tingkat kesiapan alutsista, non alutsista, organisasi, doktrin, fasilitas dan sarana prasarana serta kekuatan pendukung, tegaknya hukum dan terjaganya kemanan wilayah laut yurisdiksi nasional; serta 6 terlaksananya modernisasi dan pertumbuhan alutsista dan sarana prasarana dalam rangka pencapaian sasaran pembinaan kekuatan serta kemampuan TNI menuju MEF. Alokasi Anggaran Fungsi Ketertiban dan Keamanan Alokasi anggaran pada fungsi ketertiban dan keamanan mencerminkan besaran anggaran yang dialokasikan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang ketertiban dan keamanan berkaitan dengan upaya Pemerintah untuk mewujudkan amanat konstitusi, yaitu “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia”. Dalam RAPBN Bab 4 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Nota Keuangan dan RAPBN 2014 4-72 tahun 2014, alokasi anggaran pada fungsi ketertiban dan keamanan sebesar Rp31,9 triliun, berarti lebih rendah 12,5 persen apabila dibandingkan dengan alokasinya dalam APBN tahun 2013 sebesar Rp36,5 triliun. Alokasi anggaran pada fungsi ketertiban dan keamanan dalam tahun 2014, terdiri atas alokasi untuk: 1 subfungsi kepolisian sebesar Rp17,6 triliun 55,3 persen terhadap fungsi ketertiban dan keamanan; 2 subfungsi penanggulangan bencana sebesar Rp0,9 triliun 2,9 persen; 3 subfungsi pembinaan hukum sebesar Rp2,9 triliun 9,1 persen; 4 subfungsi peradilan sebesar Rp7,3 triliun 22,9 persen; 5 subfungsi Litbang ketertiban dan keamanan sebesar Rp16,6 miliar 0,1 persen; dan 6 subfungsi ketertiban dan keamanan lainnya sebesar Rp3,1 triliun 9,8 persen. Alokasi anggaran pada subfungsi kepolisian tahun 2014, akan digunakan untuk membiayai beberapa program, antara lain: 1 program pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat; dan 2 program pemberdayaan sumber daya manusia Polri. Anggaran pada subfungsi peradilan, akan digunakan untuk membiayai beberapa program, antara lain: 1 program penanganan perkara konstitusi; dan 2 program pertumbuhan manajemen peradilan umum. Alokasi anggaran pada subfungsi pembinaan hukum, akan digunakan untuk membiayai beberapa program, antara lain: 1 program pertumbuhan sarana dan prasarana aparatur kejaksaan; dan 2 program penanganan dan penyelesaian perkara pidana umum. Selanjutnya, alokasi anggaran pada subfungsi ketertiban dan keamanan lainnya, akan digunakan untuk membiayai beberapa program, antara lain: 1 program pengembangan penyelidikan, pengamanan dan penggalangan keamanan negara; dan 2 program pengembangan persandian nasional. Sasaran pembangunan yang diharapkan dapat tercapai melalui alokasi anggaran untuk fungsi ketertiban dan keamanan dalam tahun 2014 tersebut, di antaranya: 1 meningkatnya kemampuan memantau dan mendeteksi secara dini ancaman bahaya serangan terorisme; 2 meningkatnya penyelesaian penanganan perkara terorisme; 3 meningkatnya penyelenggaraan fungsi manajemen kinerja Polri secara optimal untuk membangun citra Polri; 4 meningkatnya kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat agar mampu melindungi seluruh warga masyarakat Indonesia dalam beraktivitas untuk meningkatkan kualitas hidup yang bebas dari bahaya, ancaman dan gangguan yang dapat menimbulkan cidera; 5 meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga kepolisian yang tercermin pada terselenggaranya pelayanan kepolisian sesuai dengan Standar Pelayanan Kamtibmas Prima; 6 tertanggulanginya dan menurunnya jenis kejahatan kejahatan konvensional, kejahatan transnasional, kejahatan yang berimplikasi kontijensi dan kejahatan terhadap kekayaan negara tanpa melanggar HAM; serta 7 dapat dikembangkannya langkah-langkah strategi, dan pencegahan suatu potensi gangguan keamanan baik kualitas maupun kuantitas, sampai kepada penanggulangan sumber penyebab kejahatan, ketertiban dan konlik di masyarakat dan sektor sosial, politik dan ekonomi sehingga gangguan kamtibmas menurun. Alokasi Anggaran Fungsi Ekonomi Upaya percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dengan memperkuat daya tahan ekonomi yang didukung oleh pembangunan transportasi, pertanian, infrastruktur, dan energi didanai melalui pengalokasian anggaran pada fungsi ekonomi. Dalam RAPBN tahun 2014, anggaran pada fungsi ekonomi dialokasikan sebesar Rp117,8 triliun, berarti turun sebesar 4,2 persen apabila dibandingkan dengan alokasinya pada APBN tahun 2013 sebesar Rp122,9 triliun. Jumlah tersebut, antara lain terdiri atas alokasi untuk: 1 subfungsi perdagangan, perkembangan usaha, Koperasi dan UKM sebesar Rp2,5 triliun 2,1 persen terhadap fungsi Bab 4 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Nota Keuangan dan RAPBN 2014 4-73 ekonomi; 2 subfungsi pertanian, kehutanan, perikanan dan kelautan sebesar Rp15,8 triliun 13,4 persen; 3 subfungsi pengairan sebesar Rp1,1 triliun 0,9 persen; 4 subfungsi bahan bakar dan energi sebesar Rp8,7 triliun 7,4 persen; 5 subfungsi pertambangan sebesar Rp3,9 triliun 3,3 persen; 6 subfungsi transportasi sebesar Rp70,3 triliun 59,7 persen; 7 subfungsi industri dan konstruksi sebesar Rp2,3 triliun 1,9 persen; 8 subfungsi tenaga kerja sebesar Rp1,7 triliun 1,4 persen; 9 subfungsi telekomunikasi sebesar Rp2,4 miliar 0,002 persen; 10 subfungsi Litbang ekonomi sebesar Rp3,9 triliun 3,4 persen; dan 11 subfungsi ekonomi lainnya sebesar Rp7,6 triliun 6,4 persen. Alokasi anggaran pada subfungsi transportasi dalam tahun 2014, akan digunakan untuk membiayai beberapa program, antara lain yaitu: 1 program penyelenggaraan jalan; 2 program pengelolaan dan penyelenggaraan transportasi laut; 3 program pengelolaan dan penyelenggaraan transportasi udara; 4 program pengelolaan dan penyelenggaraan transportasi darat; 5 program pengelolaan dan penyelenggaraan perkeretaapian; dan 6 program koordinasi kebijakan bidang perekonomian. Sasaran yang ingin dicapai melalui alokasi anggaran pada subfungsi transportasi dalam tahun 2014 di antaranya: 1 meningkatnya kapasitas dan kualitas jaringan infrastruktur transportasi yang terintegrasi dalam mendukung penguatan konektivitas nasional pada koridor ekonomi dan sistem logistik nasional, baik yang menghubungkan sentra- sentra produksi dan outlet nasional, maupun di wilayah terpencil, perdalaman, perbatasan, serta wilayah terdepan dan terluar; 2 meningkatnya keselamatan transportasi jalan dengan berkurangnya tingkat fatalitas kecelakaan transportasi; 3 meningkatnya kualitas pelayanan transportasi di wilayah perkotaan melalui penataan sistem jaringan transportasi di beberapa kota besar; 4 meningkatnya kondisi mantap jalan nasional; serta 5 meningkatnya eisiensi pergerakan orang dan barang serta memperkecil kesenjangan pelayanan angkutan antarwilayah. Sementara itu, alokasi anggaran pada subfungsi pertanian, kehutanan, perikanan, dan kelautan dalam tahun 2014, akan digunakan untuk melaksanakan berbagai program, antara lain yaitu: 1 program penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana pertanian; 2 program pencapaian swasembada daging sapi dan peningkatan penyediaan pangan hewani yang aman, sehat, utuh, dan halal; 3 program peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman pangan untuk mencapai swasembada dan swasembada berkelanjutan; 4 program pengembangan dan pengelolaan perikanan tangkap; dan 5 program peningkatan produksi perikanan budidaya dan peningkatan daya saing produk perikanan. Sasaran pembangunan yang diharapkan dapat tercapai dari alokasi anggaran pada subfungsi pertanian, kehutanan, perikanan dan kelautan dalam tahun 2014 tersebut, di antaranya adalah 1 tercapainya dan meningkatnya tingkat pencapaian swasembada bahan pangan pokok dalam rangka upaya menuju surplus beras 10 juta ton per tahun; 2 terjaganya stabilitas harga komoditas pangan dalam negeri; 3 terpenuhinya stok beras dalam negeri; 4 terkendalinya impor bahan pangan, terutama beras; 5 meningkatnya kelancaran distribusi pangan antar wilayah dan antar musim; 6 meningkatnya indeks NTP dan NTN; serta 7 meningkatnya produksi perikanan budidaya dan produktivitas perikanan tangkap. Selanjutnya, alokasi anggaran pada subfungsi bahan bakar dan energi dalam tahun 2014, akan digunakan untuk membiayai beberapa program, antara lain: 1 program pengelolaan ketenagalistrikan; 2 program pengelolaan energi baru terbarukan dan konservasi energi; dan 3 program pengelolaan dan penyediaan minyak dan gas bumi. Sasaran pembangunan yang diharapkan dapat tercapai melalui alokasi anggaran pada subfungsi bahan bakar dan energi dalam tahun 2014, diantaranya adalah: 1 meningkatnya rasio elektriikasi, melalui Bab 4 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Nota Keuangan dan RAPBN 2014 4-74 perluasan jangkauan pelayanan dengan pembangunan jaringan transmisi dan gardu induk; 2 meningkatnya rasio desa berlistrik; 3 terlaksanakanya pembangunan infrastruktur BBG untuk transportasi SPBG serta FEED pembangunan SPBG; 4 meningkatnya produksi minyak bumi; 5 meningkatnya produksi gas bumi; 6 meningkatnya produksi batubara; serta 7 meningkatnya penerapan inisiatif energi bersih Green Energy Initiatives melalui peningkatan pemanfaatan energi terbarukan. Alokasi Anggaran Fungsi Lingkungan Hidup Dalam RAPBN tahun 2014, anggaran yang dialokasikan pada fungsi lingkungan hidup mencapai Rp11,6 triliun, yang berarti lebih rendah sebesar 6,8 persen jika dibandingkan dengan alokasi anggaran fungsi lingkungan hidup pada APBN tahun 2013 sebesar Rp12,4 triliun. Jumlah tersebut, terdiri atas: 1 alokasi anggaran pada subfungsi manajemen limbah sebesar Rp2,9 triliun 25,3 persen terhadap total anggaran fungsi lingkungan hidup; 2 alokasi anggaran pada subfungsi penanggulangan polusi sebesar Rp149,4 miliar 1,3 persen; 3 alokasi anggaran pada subfungsi konservasi sumber daya alam sebesar Rp3,9 triliun 33,5 persen; 4 alokasi anggaran pada subfungsi tata ruang dan pertanahan sebesar Rp3,8 triliun 32,6 persen; dan 5 alokasi anggaran pada subfungsi lingkungan hidup lainnya sebesar Rp843,9 miliar 7,3 persen. Gambaran alokasi anggaran dalam tahun 2014 pada beberapa subfungsi yang menonjol pada fungsi lingkungan hidup dijelaskan sebagai berikut. Alokasi anggaran pada subfungsi manajemen limbah terutama akan digunakan untuk Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman. Selanjutnya, alokasi anggaran pada subfungsi konservasi sumber daya alam terutama akan digunakan untuk membiayai beberapa program yaitu: 1 program peningkatan fungsi dan daya dukung DAS berbasis pemberdayaan masyarakat; dan 2 program konservasi keanekaragaman hayati dan perlindungan hutan. Sementara itu, alokasi anggaran pada subfungsi tata ruang dan pertanahan terutama akan digunakan untuk: 1 program pengelolaan pertanahan nasional; dan 2 program penyelenggaraan penataan ruang. Pelaksanaan berbagai program pada fungsi ini disusun untuk meningkatkan kualitas lingkungan, sebagai bagian dari upaya mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim. Sesuai dengan alokasi anggarannya, sasaran pembangunan yang diharapkan dicapai dari fungsi lingkungan hidup pada tahun 2014, di antaranya: 1 meningkatnya kuantitas dan kualitas data dan informasi spasial, dengan memprioritaskan pada tersedianya data spasial untuk mendukung pembangunan wilayah koridor ekonomi Indonesia dan wilayah prioritas pembangunan nasional lainnya KEK dan KAPET; 2 meningkatnya akses terhadap data dan informasi spasial; 3 penyelesaian dan terlengkapinya peraturan operasionalisasi Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 4 meningkatnya target legalisasi aset tanah yang dibiayai Pemerintah; 5 pembangunan peningkatan konservasi dan rehabilitasi sumber daya hutan meliputi terselesaikannya tata batas kawasan hutan batas luar dan fungsi, beroperasinya Kesatuan Pengelolaan Hutan, meningkatnya hasil rehabilitasi hutan dan lahan, dan penyusunan Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu; 6 meningkatnya populasi spesies prioritas utama yang terancam punah; serta 7 menurunnya hotspot titik api di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera, dan Pulau Sulawesi dan luas kebakaran hutan. Bab 4 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Nota Keuangan dan RAPBN 2014 4-75 Alokasi Anggaran Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum Dalam RAPBN tahun 2014, anggaran fungsi perumahan dan fasilitas umum pada belanja Pemerintah Pusat dialokasikan sebesar Rp30,7 triliun yang berarti tidak ada perubahan jika dibandingkan dengan alokasi anggaran dalam APBN tahun 2013. Jumlah tersebut terdiri atas: 1 alokasi anggaran pada subfungsi pembangunan perumahan sebesar Rp3,9 triliun 12,6 persen terhadap total anggaran fungsi perumahan dan fasilitas umum; 2 alokasi anggaran pada subfungsi pemberdayaan komunitas permukiman sebesar Rp3,7 triliun 12,0 persen; 3 alokasi anggaran pada subfungsi penyediaan air minum sebesar Rp5,3 triliun 17,2 persen; serta 4 alokasi anggaran pada subfungsi perumahan dan fasilitas umum lainnya sebesar Rp17,9 triliun 58,2 persen. Gambaran alokasi anggaran dalam tahun 2014 pada beberapa subfungsi yang menonjol pada fungsi perumahan dan fasilitas umum sebagaimana penjelasan berikut. Alokasi anggaran pada subfungsi pembangunan perumahan terutama digunakan untuk melaksanakan program pengembangan perumahan dan kawasan permukiman. Selanjutnya, alokasi anggaran pada subfungsi pemberdayaan komunitas permukiman terutama digunakan untuk melaksanakan program pembinaan dan pengembangan infrastruktur permukiman serta program pengembangan perumahan dan kawasan permukiman. Sementara itu, alokasi anggaran pada subfungsi penyediaan air minum akan digunakan untuk membiayai program pembinaan dan pengembangan infrastruktur permukiman. Alokasi anggaran pada subfungsi perumahan dan fasilitas umum lainnya terutama akan digunakan untuk membiayai program pemberdayaan masyarakat dan pemerintah desa serta program pembinaan dan pengembangan infrastruktur permukiman. Sasaran pembangunan yang diharapkan dicapai dari fungsi perumahan dan fasilitas umum pada tahun 2014 antara lain: 1 pembangunan 380 twin block rumah susun sederhana sewa; 2 fasilitasi dan stimulasi pembangunan baru 50.000 perumahan swadaya; 3 fasilitasi dan stimulasi pertumbuhan kualitas 50.000 perumahan swadaya; 4 fasilitasi pembangunan prasarana sarana, dan utilitas kawasan perumahan dan permukiman 700.000 unit; 5 pembangunan SPAM perdesaan di 1.622 desa; 6 pembangunan infrastruktur pembangunan sanitasi air limbah dan drainase dan persampahan di 706 kawasan; 7 meningkatnya layanan prasarana air baku dan terjaganya layanan air baku sebesar 6,16 m 3 detik; 8 meningkatnya ketersediaan air irigasi dengan pengembangan jaringan irigasi 500.000 ha. Alokasi Anggaran Fungsi Kesehatan Alokasi anggaran pada fungsi kesehatan dalam RAPBN tahun 2014 sebesar Rp12,1 triliun, menunjukkan penurunan sebesar 30,5 persen jika dibandingkan dengan alokasinya dalam APBN tahun 2013 sebesar Rp17,5 triliun. Anggaran fungsi kesehatan tersebut, antara lain terdiri atas alokasi untuk: 1 subfungsi obat dan perbekalan kesehatan sebesar Rp2,6 triliun 21,1 persen terhadap fungsi kesehatan; 2 subfungsi pelayanan kesehatan perorangan sebesar Rp4,4 triliun 36,1 persen; 3 subfungsi pelayanan kesehatan masyarakat sebesar Rp1,6 triliun 13,0 persen; 4 subfungsi kependudukan dan keluarga berencana sebesar Rp2,9 triliun 23,8 persen; 5 subfungsi Litbang kesehatan sebesar Rp416,7 miliar 3,4 persen; dan 6 subfungsi kesehatan lainnya sebesar Rp306,0 miliar 2,5 persen. Bab 4 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Nota Keuangan dan RAPBN 2014 4-76 Sasaran yang diharapkan dapat tercapai dalam tahun 2014 melalui alokasi anggaran pada fungsi kesehatan diantaranya yaitu: 1 meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan ibu, anak dan reproduksi; 2 meningkatnya kualitas penanganan masalah gizi masyarakat; 3 meningkatnya efektiitas pengawasan obat dan makanan dalam rangka keamanan, mutu dan manfaatkhasiat obat dan makanan; 4 meningkatnya penyehatan dan pengawasan kualitas lingkungan; 5 terselenggaranya pendidikan tinggi dan pertumbuhan mutu SDM kesehatan; dan 6 meningkatnya penduduk yang mendapatkan jaminan kesehatan. Alokasi Anggaran Fungsi Pariwisata Dalam RAPBN tahun 2014, alokasi anggaran untuk fungsi pariwisata sebesar Rp2,0 triliun, jumlah ini menunjukkan penurunan sekitar 18,1 persen jika dibandingkan dengan alokasinya pada APBN tahun 2013 sebesar Rp2,5 triliun. Jumlah tersebut, antara lain terdiri atas: 1 subfungsi pengembangan pariwisata dan kreatif sebesar Rp590,5 miliar 28,7 persen terhadap fungsi pariwisata; 2 subfungsi pembinaan, penerbitan dan penyiaran sebesar Rp9,6 miliar 0,5 persen; 3 subfungsi pembinaan olah raga prestasi sebesar Rp494,6 miliar 24,1 persen; 4 subfungsi penelitian dan pengembangan pariwisata dan kreatif sebesar Rp17,8 miliar 0,9 persen; dan 5 subfungsi pariwisata dan kreatif lainnya sebesar Rp941,4 miliar 45,8 persen. Dalam tahun 2014, subfungsi kebudayaan menjadi bagian dari fungsi pendidikan. Alokasi anggaran pada subfungsi pengembangan pariwisata dan kreatif dalam tahun 2014, terutama ditujukan untuk program pengembangan destinasi pariwisata dan program pengembangan pemasaran pariwisata. Sementara itu, alokasi anggaran subfungsi pembinaan olahraga prestasi ditujukan untuk pembinaan olahraga prestasi. Selanjutnya, subfungsi pariwisata dan kreatif lainnya dialokasikan untuk melaksanakan beberapa program antara lain: 1 program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif dan 2 program kesejarahan, kepurbakalaan, dan permuseuman. Sasaran pembangunan yang diharapkan dapat dicapai dari fungsi pariwisata dalam tahun 2014, diantaranya yaitu: 1 meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara menjadi 9,0 juta orang dan jumlah pergerakan wisatawan nusantara menjadi 250,0 juta perjalanan; 2 meningkatnya kontribusi pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional menjadi 8,4 juta orang; 3 meningkatnya kontribusi pariwisata terhadap PDB menjadi sebesar 4,2 persen; 4 meningkatnya nilai investasi terhadap nilai investasi nasional menjadi 4,6 persen; 5 meningkatnya perolehan devisa yang diperoleh dari kunjungan wisman menjadi USD10,4 miliar; 6 meningkatnya pengeluaran wisatawan nusantara menjadi Rp175,0 triliun; 7 meningkatnya partisipasi tenaga kerja di bidang ekonomi kreatif sebesar 8,4 persen; 8 meningkatnya kontribusi unit usaha di bidang ekonomi kreatif terhadap unit usaha nasional sebesar 7,3 persen; dan 9 meningkatnya kuantitas dan kualitas lulusan perguruan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja sebesar 1.443 orang; serta 10 meningkatnya profesionalisme tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang di sertiikasi sebesar 9.000 orang. Alokasi Anggaran Fungsi Agama Pemerintah terus berupaya memperhatikan beragamnya kualitas kehidupan beragama di kelompok-kelompok masyarakat. Sebagian besar kelompok masyarakat telah memiliki semangat dan kemauan kuat untuk memahami, menghayati, maupun menjalankan kehidupan sesuai Bab 4 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Nota Keuangan dan RAPBN 2014 4-77 ajaran agamanya, meskipun sebagian kelompok masyarakat lain masih dalam proses untuk melaksanakan hal tersebut. Selain itu, beragamnya agama dan kepercayaan juga berpotensi menciptakan konlik-konlik yang dapat merugikan kerukunan dan keharmonisan kehidupan beragama. Oleh karena itu, Pemerintah berupaya untuk mengatasi dampak negatif tersebut, salah satu di antaranya dengan menyediakan alokasi anggaran untuk fungsi agama. Selain itu, kewajiban Pemerintah untuk menyediakan fasilitas keagamaan yang layak dan tidak diskriminatif juga merupakan bentuk manifestasi dari perhatian pemerintah terhadap fungsi agama. Alokasi anggaran pada fungsi agama dalam RAPBN tahun 2014 sebesar Rp4,4 triliun, menunjukkan peningkatan sebesar 6,4 persen jika dibandingkan dengan alokasinya dalam APBN tahun 2013 sebesar Rp4,1 triliun. Jumlah tersebut, terdiri atas alokasi untuk: 1 subfungsi peningkatan kehidupan beragama sebesar Rp1,5 triliun 34,1 persen terhadap fungsi agama; 2 subfungsi kerukunan hidup beragama sebesar Rp149,8 miliar 3,4 persen; 3 subfungsi penelitian dan pengembangan agama sebesar Rp2,1 triliun 48,1 persen; serta 4 subfungsi pelayanan keagamaan lainnya sebesar Rp626,2 miliar 14,3 persen. Dalam tahun 2014, alokasi anggaran pada subfungsi peningkatan kehidupan beragama digunakan untuk pembinaan dan bimbingan keagamaan pada masyarakat. Selanjutnya, alokasi anggaran pada subfungsi kerukunan hidup beragama, seluruhnya akan digunakan sebagai dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Kementerian Agama. Alokasi anggaran pada subfungsi pelayanan keagamaan lainnya diarahkan untuk melaksanakan program bimbingan masyarakat Islam. Sementara itu, alokasi anggaran pada subfungsi penelitian dan pengembangan agama akan digunakan untuk melaksanakan: 1 program bimbingan masyarakat Islam; 2 program penyelenggaraan pembinaan dan pengelolaan haji dan umrah; serta 3 program Litbang, pendidikan dan pelatihan Kementerian Agama. Alokasi anggaran pada fungsi agama dalam tahun 2014 mempunyai sasaran antara lain: 1 meningkatnya kualitas kerukunan umat beragama; 2 meningkatnya kualitas penyelenggaran haji; 3 meningkatnya kualitas pelayanan kehidupan beragama; serta 4 meningkatnya tatakelola kepemerintahan yang bersih dan berwibawa. Alokasi Anggaran Fungsi Pendidikan Alokasi anggaran pada fungsi pendidikan mencerminkan upaya Pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan. Alokasi anggaran pada fungsi pendidikan tersebut berkaitan dengan upaya Pemerintah untuk mewujudkan amanat konstitusi untuk mengalokasikan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN. Dalam RAPBN tahun 2014, alokasi anggaran pada fungsi pendidikan sebesar Rp132,8 triliun, berarti meningkat sebesar 12,1 persen jika dibandingkan dengan alokasinya dalam APBN tahun 2013 sebesar Rp118,5 triliun. Jumlah tersebut, antara lain terdiri atas alokasi untuk: 1 subfungsi pendidikan dasar sebesar Rp33,3 triliun 25,1 persen terhadap fungsi pendidikan; 2 subfungsi pendidikan menengah sebesar Rp16,0 triliun 12,0 persen; 3 subfungsi pendidikan tinggi sebesar Rp43,7 triliun 32,9 persen; 4 subfungsi pelayanan bantuan terhadap pendidikan sebesar Rp5,1 triliun 3,9 persen; 5 subfungsi pendidikan nonformal dan informal sebesar Rp3,1 triliun 2,4 persen; 6 subfungsi pendidikan keagamaan sebesar Rp2,9 triliun 2,2 persen; 7 subfungsi pendidikan dan kebudayaan lainnya sebesar Rp23,5 triliun 17,7 persen; 8 subfungsi pendidikan anak usia dini sebesar Rp841,2 miliar 0,6 persen; 9 subfungsi pendidikan kedinasan sebesar Rp718,4 miliar 0,5 persen; 10 subfungsi Litbang pendidikan Bab 4 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Nota Keuangan dan RAPBN 2014 4-78 sebesar Rp1,3 triliun 1,0 persen; 11 subfungsi pembinaan kepemudaan dan olahraga sebesar Rp1,1 triliun 0,8 persen; dan 12 subfungsi pengembangan budaya sebesar Rp1,2 triliun 0,9 persen. Dalam RAPBN tahun 2014, alokasi anggaran pada subfungsi pendidikan dasar akan digunakan untuk melaksanakan program wajib belajar pada tingkat pendidikan dasar. Selanjutnya, alokasi anggaran pada subfungsi pendidikan menengah, akan digunakan untuk melaksanakan pendidikan menengah. Sementara itu, alokasi anggaran pada subfungsi pendidikan tinggi akan digunakan untuk melaksanakan pendanaan pendidikan tinggi. Pada subfungsi pendidikan nonformal dan informal digunakan untuk membiayai program pengembangan perpustakaan. Selanjutnya pada subfungsi pelayanan bantuan terhadap pendidikan akan digunakan untuk membiayai: 1 program pengembangan profesi PTK dan penjaminan mutu pendidikan; dan 2 program pengembangan dan pembinaan bahasa dan sastra. Sasaran pembangunan yang diharapkan dapat tercapai dari alokasi anggaran pada fungsi pendidikan dalam tahun 2014 tersebut, di antaranya yaitu: 1 meningkatnya taraf pendidikan masyarakat, yang ditandai dengan: a meningkatnya rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas menjadi 8,25 tahun, b menurunnya angka buta aksara penduduk usia 15 tahun ke atas menjadi 4,2 persen, c meningkatnya APM SDSDLBMIPaket A dan APM SMPSMPLBMTsPaket B masing-masing menjadi 96,0 persen dan 81,9 persen, d meningkatnya APK SMASMKMAPaket C dan APK PT usia 19-23 tahun masing-masing menjadi 85,0 persen dan 30,0 persen, serta e meningkatnya APS penduduk usia 7-12 tahun dan APS penduduk usia 13-15 tahun masing-masing menjadi diatas 99 persen dan diatas 95 persen; 2 meningkatnya kualitas dan relevansi pendidikan; 3 meningkatnya kualiikasi dan kompetensi guru, dosen, dan tenaga kependidikan; dan 4 meningkatnya pembiayaan pendidikan yang berkeadilan. Alokasi Anggaran Fungsi Perlindungan Sosial Alokasi anggaran pada fungsi perlindungan sosial dalam RAPBN tahun 2014 sebesar Rp8,1 triliun, menunjukkan peningkatan sebesar 8,6 persen jika dibandingkan dengan alokasinya dalam APBN tahun 2013 sebesar Rp7,4 triliun. Jumlah tersebut, antara lain terdiri atas alokasi untuk: 1 subfungsi perlindungan dan pelayanan sosial orang sakit dan cacat sebesar Rp290,9 miliar 3,6 persen terhadap fungsi perlindungan sosial; 2 subfungsi perlindungan dan pelayanan sosial Lansia sebesar Rp139,8 miliar 1,7 persen; 3 subfungsi perlindungan dan pelayanan sosial anak-anak dan keluarga sebesar Rp501,9 miliar 6,2 persen; 4 subfungsi pemberdayaan perempuan sebesar Rp197,7 miliar 2,5 persen; 5 subfungsi bantuan dan jaminan sosial sebesar Rp22,0 miliar 0,3 persen; 6 subfungsi Litbang perlindungan sosial sebesar Rp181,8 miliar 2,3 persen; dan 7 subfungsi perlindungan sosial lainnya sebesar Rp6,7 triliun 83,4 persen. Sasaran yang diharapkan tercapai dari pengalokasian anggaran pada fungsi perlindungan sosial dalam tahun 2014 antara lain, yaitu: 1 tersusunnya kebijakan pelaksanaan PUG bidang ketenagakerjaan; 2 terlaksananya fasilitasi penerapan PUG dibidang pendidikan, kesehatan, politik dan pengambilan keputusan, penerapan kebijakan pelaksanaan PUG dan perlindungan bagi perempuan terhadap berbagai tindak kekerasan, serta kebijakan perlindungan korban perdagangan orang; dan 3 tercapainya efektivitas kelembagaan perlindungan anak dari berbagai tindak kekerasan melalui penyusunan dan harmonisasi perundang-undangan dan kebijakan serta penyediaan data dan informasi yang berkualitas. Bab 4 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Nota Keuangan dan RAPBN 2014 4-79

4.4.2 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi

Dari anggaran Belanja Pemerintah pusat sebesar Rp1.230,3 triliun, anggaran untuk Belanja Kementerian NegaraLembaga KL mencapai Rp612,7 triliun atau mencakup 49,8 persen dari belanja Pemerintah Pusat, sementara sebesar Rp617,7 triliun atau 50,2 persen merupakan anggaran belanja Non KL Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara. Penjelasan lebih lanjut atas alokasi melalui bagian anggaran KL dan bagian anggaran BUN, akan diuraikan sebagai berikut.

4.4.2.1 Bagian Anggaran Kementerian NegaraLembaga

Tahun 2014 merupakan tahun terakhir pelaksanaan RPJMN 2010-2014, sehingga mempunyai sifat sangat strategis untuk mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang telah digariskan dalam RPJMN 2010-2014 dan sasaran-sasaran dalam direktif Presiden. Berdasarkan hasil reviu paruh waktu RPJMN 2010–2014 pencapaian sasaran pembangunan dalam RPJMN 2010-2014 masih terdapat beberapa target yang memerlukan kerja keras untuk mencapainya. Oleh karena itu, RAPBN tahun 2014 diprioritaskan untuk mendanai isu-isu strategis yang terdiri atas Direktif Presiden serta Prioritas Nasional dalam rangka memenuhi target RPJMN 2010-2014 illing the gap. Sejalan dengan itu, guna mendukung pencapaian sasaran pembangunan, kebijakan fiskal dan perencanaan a n g g a r a n b e l a n j a t a h u n 2 0 1 4 diformulasikan dengan memperhatikan peluang, tantangan serta masalah yang dihadapi baik yang berasal dari internal maupun eksternal untuk m e n y e i m b a n g k a n p e n c a p a i a n sasaran penanggulangan kemiskinan dan mempertahankan momentum pertumbuhan. Kebijakan fiskal dan perencanaan anggaran belanja tersebut akan saling bersinergi dengan RKP 2014 untuk menutup target RPJMN terutama yang terkait dengan kemiskinan dan pengangguran. Sejalan dengan masalah dan tantangan yang harus dihadapi dalam tahun 2014 mendatang, maka tema pembangunan nasional yang ditetapkan dalam RKP tahun 2014 adalah: “Memantapkan Perekonomian Nasional bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat yang Lebih Berkeadilan“ dengan penyelesaian beberapa isu strategis melalui langkah-langkah eisiensi, realokasi dan on top serta penyelarasan belanja modal, belanja barang dan bantuan sosial. Penyelesaian isu strategis tersebut dilaksanakan dalam rangka menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, peningkatan kesempatan kerja employment creation dan pengurangan kemiskinan sustainable livelihood. Sejalan dengan hal tersebut maka ditetapkan 15 isu strategis yang akan diprioritaskan pendanaannya yang terbagi dalam tiga unsur pokok sebagai berikut: 1 pemantapan perekonomian nasional dengan isu antara lain konektivitas pendorong pertumbuhan, pencapaian surplus beras 10 juta ton dan peningkatan produksi jagung, kedelai, dan gula, serta percepatan pembangunan provinsi Papua dan Papua Barat; 2 peningkatan kesejahteraan rakyat dengan isu antara lain pelaksanaan SJSN bidang kesehatan, perluasan 259,7 307,0 332,9 417,6 489,4 622,0 612,7 5,2 5,5 5,2 5,6 5,9 6,6 5,9 - 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 - 100,0 200,0 300,0 400,0 500,0 600,0 700,0 2008 2009 2010 2011 2012 APBNP 2013 2014 Triliun Rp Persen GRAFIK 4.44 PERKEMBANGAN ANGGARAN BELANJA KL, TAHUN 2008-2014 Belanja KL thd PDB Sumber: Kementerian Keuangan Bab 4 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Nota Keuangan dan RAPBN 2014 4-80 program keluarga harapan, pengembangan penghidupan penduduk miskin dan rentan dalam kerangka MP3KI dan penurunan angka kematian ibu dan bayi; dan 3 pemeliharaan stabilitas sosial dan politik dengan fokus pada isu antara lain percepatan pembangunan Minimum Essensial Force MEF, pemantapan keamanan dalam negeri dan pemberantasan terorisme dan pelaksanaan Pemilu 2014. Guna mendukung pencapaian berbagai sasaran pembangunan yang telah ditetapkan dalam RKP 2014 sejalan dengan prinsip eisiensi dan efektivitas, dalam pengalokasian anggaran KL, Pemerintah berpedoman pada kebijakan KL tahun 2014. Kebijakan KL tersebut antara lain meliputi: 1 pengalokasian anggaran belanja yang sejalan dengan RKP tahun 2014; 2 melakukan perbaikan perencanaan dan pelaksanaan anggaran agar dapat mendukung kualitas pembangunan yang lebih baik dan penyerapan anggaran yang lebih optimal, serta didukung dengan sumber pendanaan yang akuntabel; 3 melaksanakan penyempurnaan penerapan performance based budgeting PBB dan medium term expenditure framework MTEF; 4 memperbaiki regulasi untuk mendukung proses perencanaan dan pelaksanaan anggaran menjadi lebih simpel, akuntabel dan transparan; 5 meminimalkan terjadinya blokir di awal tahun agar dapat terserap lebih cepat dan optimal; 6 meningkatkan governance penyelesaian dokumen anggaran dengan membagi proses penyelesaian dokumen anggaran antara Kementerian Keuangan dengan KL terkait sesuai dengan kewenangannya; 7 penerapan penghargaan dan sanksi untuk memacu pengelolaan anggaran KL yang lebih baik dan optimal; serta 8 melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala pelaksanaan anggaran KL tahun 2014. Selain itu, kebijakan belanja KL juga ditujukan untuk mendukung pelaksanaan Direktif Presiden, yang terdiri atas: 1 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia MP3EI; 2 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia MP3KI; 3 percepatan domestic connectivity; 4 penguatan empat klaster pembangunan; 5 pencapaian ketahanan energi; dan 6 penguatan ketahanan pangan, termasuk upaya mencapai surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014; serta 7 amanat ketentuan peraturan perundang-undangan InpresKeppres maupun amanat Undang-Undang Dasar 1945, tentang pengalokasian anggaran pendidikan sebesar 20 persen. Terkait dengan anggaran pendidikan, alokasi anggaran pendidikan melalui KL tersebut mencakup 35,7 persen dari keseluruhan anggaran pendidikan yang dialokasikan melalui belanja pemerintah pusat maupun transfer ke daerah. Untuk mendukung pencapaian sasaran strategis, arah kebijakan, dan prioritas pembangunan nasional tersebut di atas, maka alokasi anggaran KL diproyeksikan mencapai Rp612,7 triliun yang terdiri dari sumber dana rupiah murni RM sebesar Rp538,7 triliun, pagu penggunaan PNBP sebesar Rp16,6 triliun, pagu penggunaan BLU sebesar Rp22,2 triliun, pinjaman luar negeri sebesar Rp31,0 triliun, hibah luar negeri sebesar Rp1,4 triliun, pinjaman dalam negeri sebesar Rp1,3 triliun, dan surat berharga syariah negara project based sukuk SBSN PBS sebesar Rp1,6 triliun. Alokasi tersebut akan digunakan untuk mendukung pendanaan berbagai program pembangunan yang dilaksanakan KL sesuai tugas dan fungsinya dalam kerangka prioritas pembangunan yang ditetapkan dalam RKP tahun 2014. Strategi kebijakan belanja negara dalam tahun 2014 adalah “menuju belanja negara yang produktif, eisien, dan berkualitas” yang akan diwujudkan salah satunya adalah meningkatkan kualitas belanja negara melalui langkah-langkah eisiensi belanja sekaligus penguatan alokasi belanja yang produktif termasuk mendukung peningkatan pertahanan dan keamanan Bab 4 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Nota Keuangan dan RAPBN 2014 4-81 nasional, penyediaan layanan dasar di bidang kesehatan dan pelaksanaan pendidikan yang berkualitas dengan akses yang mudah dan murah. A l o k a s i a n g g a r a n u n t u k 1 0 K L tersebut mencakup 76,2 persen dari total anggaran KL. Sepuluh KL dengan anggaran tersebut adalah: 1 Kementerian Pertahanan 13,6 persen dari belanja KL; 2 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 13,5 persen; 3 Kementerian Pekerjaan Umum 12,2 persen; 4 Kementerian Agama 8,1 persen; 5 Kementerian Kesehatan 7,3 persen; 6 Kepolisian Republik Indonesia 6,8 persen; 7 Kementerian Perhubungan 6,4 persen; 8 Kementerian Keuangan 3,1 persen; 9 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 2,7 persen; dan 10 Kementerian Pertanian 2,5 persen. Perkembangan anggaran 10 KL terbesar dalam 2012-2014 dan Komposisi Anggaran Belanja 10 KL terbesar 2014 dapat dilihat pada Grafik 4.45 dan Graik 4.46. Berdasarkan pada arah kebijakan belanja KL di atas, serta dengan memperhitungkan ruang iskal yang tersedia, fokus kegiatan, dan target yang akan dicapai dalam tahun 2014, maka rencana alokasi anggaran, ringkasan beberapa program, dan sasaran yang akan dicapai masing- masing KL akan dijelaskan pada bagian berikut dan lebih lanjut dicantumkan dalam Matriks

4.1, sementara alokasi belanja KL berdasarkan sumber dana disajikan pada Tabel 4.14.

Kementerian Pertahanan Kementerian Pertahanan dalam RAPBN tahun 2014 direncanakan memperoleh anggaran sebesar Rp83.427,7 miliar. Alokasi tersebut akan digunakan untuk mencapai visi Kementerian Pertahanan yaitu “terwujudnya pertahanan negara yang tangguh”, dan misinya yaitu “menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI serta keselamatan bangsa”. Jumlah ini lebih rendah Rp100,3 miliar atau 0,1 persen bila dibandingkan dengan APBNP tahun 2013 sebesar Rp83.528,0 miliar. Alokasi tersebut akan dimanfaatkan untuk melaksanakan berbagai program, antara lain: 1 program modernisasi alutsista dan nonalutsistasarana dan prasarana matra darat; 2 program modernisasi alutsista dan nonalutsista serta pengembangan fasilitas sarana dan prasarana matra udara; 3 program modernisasi alutsista dan nonalutsista serta pengembangan fasilitas sarana dan prasarana matra laut; 4 program pengembangan teknologi dan industri pertahanan; dan 5 program modernisasi alutsistanonalustistasarpras integratif. Kemenhan 13,6 Kemendikbud 13,5 Kemen PU 12,2 Kemenag 8,1 Kemenkes 7,3 Polri 6,8 Kemenhub 6,4 Kemenkeu 3,1 Kemen ESDM 2,7 Kementan 2,5 Lainnya 23,8 GRAFIK 4.46 KOMPOSISI ANGGARAN BELANJA KL , TAHUN 2014 Sumber: Kementerian Keuangan 61.3 67.6 68.0 36.9 30.6 39.5 30.1 15.7 9.9 18.2 83.5 79.7 83.3 45.4 36.6 47.1 35.3 18.4 17.4 16.4 83.4 82.7 74.9 49.6 44.9 41.5 39.2 18.7 16.3 15.5 - 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 Ke me nhan Ke me ndikbud Ke me n PU Ke me nag Ke me nkes Polri Ke me nhub Ke me nkeu Ke me n ESDM Ke me ntan triliun Rp GRAFIK 4.45 ANGGARAN BELANJA 10 KL TERBESAR, 2014 LKPP 2012 APBNP 2013 RAPBN 2014 Sumber: Kementerian Keuangan Bab 4 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Nota Keuangan dan RAPBN 2014 4-82 Selain hal tersebut, Pemerintah juga mengalokasikan anggaran pelayanan kesehatan tertentu bagi anggota TNI dalam rangka pelaksanaan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN sebesar Rp303,8 miliar. Anggaran tersebut merupakan bagian dari anggaran Kementerian Pertahanan dalam RAPBN tahun 2014. Output yang diharapkan dari berbagai program tersebut, antara lain: 1 tercapainya MEF matra darat; 2 tercapainya MEF matra udara; 3 tercapainya penambahan material alutsista strategis TNI AL secara akuntabel dan tepat waktu; 4 tercapainya jumlah alutsista TNI dalam negeri dan piranti lunak industri pertahanan; dan 5 tercapainya MEF integratif. Berdasarkan berbagai kebijakan dan program yang akan dilaksanakan oleh Kementerian Pertahanan pada tahun 2014 tersebut, maka outcome yang diharapkan antara lain: 1 terlaksananya modernisasi dan peningkatan alutsista dan fasilitassarana dan prasarana dalam rangka pencapaian sasaran pembinaan kekuatan serta kemampuan TNI AD menuju MEF; 2 terlaksananya modernisasi dan peningkatan alutsista dan fasilitassarana dan prasarana dalam rangka pencapaian sasaran pembinaan kekuatan serta kemampuan TNI AU menuju MEF; 3 kemampuan dan kekuatan TNI AL meningkat dan siap operasional mendukung pelaksanaan tugas sesuai standar dan kebutuhan, dengan daya dukung, daya tangkal dan daya gempur yang tinggi; 4 meningkatnya jumlah kebutuhan alutsista produksi dalam negeri terpenuhi secara bertahap; dan 5 terwujudnya modernisasi alutsistanonalutsistasarana dan prasarana pertahanan yang memenuhi kebutuhan standar mutu, sesuai kemajuan iptek serta dikembangkan secara mandiri. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbud adalah “terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional untuk membentuk insan Indonesia cerdas komprehensif”. Untuk mencapai visi tersebut maka pembangunan pendidikan tahun 2014 difokuskan kepada upaya peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, kualitas dan relevansi, kesetaraan, dan kepastian memperoleh layanan pendidikan dengan menetapkan prioritas program pendidikan tahun 2014 sebagai berikut: 1 peningkatan akses dan mutu pendidikan anak usia dini PAUD; 2 penuntasan pendidikan dasar sembilan tahun yang bermutu; 3 peningkatan kualitas dan kesejahteraan pendidikan dan tenaga kependidikan; 4 peningkatan akses dan relevansi pendidikan menengah dan vokasi; dan 5 peningkatan akses dan daya saing pendidikan tinggi. Untuk mendukung pencapaian visi serta prioritas program pendidikan tersebut, dalam RAPBN tahun 2014 Kemendikbud direncanakan memperoleh anggaran sebesar Rp82.743,6 miliar. Jumlah ini lebih tinggi Rp3.035,9 miliar atau 3,8 persen bila dibandingkan dengan anggaran dalam APBNP tahun 2013 sebesar Rp79.707,7 miliar. Alokasi tersebut akan dimanfaatkan untuk melaksanakan berbagai program, antara lain: 1 program pendidikan tinggi; 2 program pendidikan dasar; 3 program pendidikan menengah; 4 program pendidikan anak usia dini, nonformal dan informal; 5 program pengembangan profesi pendidik tenaga kependidikan dan penjamin mutu pendidikan; dan 6 program pelestarian budaya. Output yang diharapkan dari berbagai program tersebut, antara lain: 1 tercapainya jumlah dosen PNS yang menerima tunjangan profesi sebanyak 47.896 dosen, dan Angka Partisipasi Kasar Perguruan Tinggi APKPT 19-23 tahun sebesar 26,7 persen, serta tercapainya satker penerima dana masyarakat sebanyak 103 satker; 2 tercapainya jumlah siswa SDSDLB dan SMPSMPLB penerima subsidi siswa miskin sebanyak 8.062.561 siswa dan 2.893.187 siswa;