Bab 3 Pendapatan Negara
Nota Keuangan dan RAPBN 2014 3-26
dalam rangka impor PDRI. Penurunan pendapatan bea masuk dan PDRI tersebut disebabkan adanya pemberian konsesi tarif bea masuk nol persen terhadap impor bahan baku. Namun,
dalam jangka panjang kebijakan kerjasama perdagangan tersebut memberikan peluang bagi Indonesia dalam mengakses pasar dan meningkatkan volume perdagangan barang dan jasa yang
berasal dari produk-produk Indonesia. Untuk memanfaatkan peluang tersebut, Pemerintah telah meratiikasi perjanjian perdagangan internasional terutama di bidang perdagangan barang dan
jasa trade in goods TIG dan trade in services TIS, di antaranya melalui ASEAN Trade in Goods Agreement
ATIGA for AFTA, ASEAN-China Free Trade Area ACFTA, ASEAN-Korea Free Trade Area
AKFTA, dan ASEAN-India Free Trade Area AIFTA dan Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement
IJEPA. Sementara itu, upaya penggalian sumber pendapatan yang berasal dari pendapatan bea keluar
dalam tahun mendatang masih dihadapkan pada tantangan luktuasi harga CPO internasional dan penetapan tarif bea keluar sesuai dengan jenjang penghiliran produk kelapa sawit, CPO,
dan turunannya. Kebijakan penghiliran tersebut bertujuan meningkatkan nilai tambah dan daya saing industri hilir kelapa sawit di dalam negeri, sehingga devisa ekspor dalam bentuk
produk hilirolahan akan makin meningkat. Namun, pergeseran volume ekspor dari CPO ke produk hilir CPO dan turunannya akan berdampak terhadap pengenaan tarif bea keluar yang
lebih rendah sehingga berdampak pada penurunan potensi pendapatan bea keluar. Di sisi lain, tantangan untuk optimalisasi PNBP dalam tahun 2014 berkaitan dengan peningkatan
pembinaan dan pengawasan PNBP SDA nonmigas sebagai upaya Pemerintah untuk lebih mengoptimalkan pendapatan dari sektor tersebut. Sementara itu, upaya pencapaian target
PNBP SDA migas masih dihadapkan pada tantangan pencapaian target lifting migas dan perkembangan ICP yang terus berluktuasi, seiring dengan perkembangan harga minyak
internasional. Tantangan selanjutnya adalah pencapaian target pendapatan bagian laba BUMN tanpa mengganggu kebutuhan belanja modal BUMN. Di samping itu, Pemerintah juga masih
dihadapkan pada belum optimalnya mekanisme penagihan, penyetoran, dan pengelolaan PNBP KL dan pendapatan BLU. Berkaitan dengan hal itu, Pemerintah akan melaksanakan
perbaikan peraturan perundang-undangan di bidang PNBP, serta menyempurnakan mekanisme pengelolaan PNBP, terutama untuk PNBP yang diterima oleh KL.
3.4 Sasaran Pendapatan Negara Tahun 2014
Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional dan menjawab tantangan pokok perekonomian dalam tahun 2014, Pemerintah akan menerapkan kebijakan iskal yang sehat
dan efektif dalam upaya memperkuat pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berkualitas, dan berkelanjutan. Dalam tahun 2014, Pemerintah akan melakukan kebijakan pengendalian deisit
maksimal 1,5 persen terhadap PDB dan pengendalian primary balance melalui optimalisasi pendapatan negara dan perbaikan kualitas belanja quality spending. Selain itu, juga akan
dilakukan pengendalian rasio utang terhadap PDB melalui pengendalian pembiayaan yang bersumber dari pinjaman, kebijakan net negative low, dan pemanfaatan pinjaman untuk
kegiatan produktif. Untuk mendukung kebijakan iskal tersebut, pendapatan negara dalam tahun 2014 ditargetkan
mencapai Rp1.662,5 triliun, terdiri atas pendapatan dalam negeri sebesar Rp1.661,1 triliun, dan
Nota Keuangan dan RAPBN 2014 3-27
Pendapatan Negara Bab 3
penerimaan hibah sebesar Rp1,4 triliun. Apabila dibandingkan dengan target APBNP 2013, jumlah tersebut menunjukkan peningkatan sebesar Rp160,5 triliun atau 10,7 persen. Perkiraan
pendapatan negara dalam RAPBN 2014 tersebut didasarkan pada asumsi dasar ekonomi makro RAPBN tahun 2014 dan didukung dengan pelaksanaan kebijakan optimalisasi pendapatan
negara. Rincian pendapatan negara dalam periode 2013—2014 disajikan dalam Tabel 3.9.
3.4.1 Pendapatan Dalam Negeri
Dalam RAPBN 2014, pendapatan dalam negeri ditargetkan mencapai Rp1.661,1 triliun, yang berarti mengalami peningkatan sebesar Rp163,6 triliun atau 10,9 persen apabila dibandingkan
dengan targetnya dalam APBNP 2013. Dari jumlah tersebut, sebesar 78,9 persen berupa penerimaan perpajakan, dan sebesar 21,1 persen berupa PNBP.
I. PENDAPATAN DALAM NEGERI 1.497,5
1.661,1 1. Penerimaan Perpajakan
1.148,4 1.310,2
a. Pendapatan Pajak Dalam Negeri 1.099,9
1.256,3 1 Pendapatan Pajak Penghasilan
538,8 591,6
a Pendapatan PPh Migas 74,3
68,4 b Pendapatan PPh Nonmigas
464,5 523,3
2 3 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan
27,3 25,5
4 Pendapatan Cukai 104,7
114,3 5 Pendapatan Pajak lainnya
5,4 6,0
b. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional 48,4
53,9 1 Pendapatan Bea Masuk
30,8 33,9
2 Pendapatan Bea Keluar 17,6
20,0
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 349,2
350,9
a. Penerimaan Sumber Daya Alam 203,7
198,1 1 Pendapatan SDA Migas
180,6 171,3
a Pendapatan Minyak Bumi 129,3
127,2 b Pendapatan Gas Bumi
51,3 44,1
2 Pendapatan SDA Nonmigas 23,1
26,7 a Pendapatan Pertambangan Mineral dan Batu Bara
18,1 21,3
b Pendapatan Kehutanan 4,3
4,7 c
Pendapatan Perikanan 0,3
0,3 d
Pendapatan Panas Bumi 0,5
0,5 b. Pendapatan Bagian Laba BUMN
36,5 37,0
c. PNBP Lainnya 85,5
91,1 d. Pendapatan BLU
23,5 24,8
II. PENERIMAAN HIBAH 4,5
1,4 1.502,0
1.662,5
Perbedaan angka di belakang koma karena pembulatan Sumber : Kementerian Keuangan
Jumlah
Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
423,7 518,9
APBNP 2013
RAPBN 2014
TABEL 3.9 PENDAPATAN NEGARA, 2013
―2014 triliun rupiah
Uraian