Sasaran Pendapatan Negara Tahun 2014

Nota Keuangan dan RAPBN 2014 3-27 Pendapatan Negara Bab 3 penerimaan hibah sebesar Rp1,4 triliun. Apabila dibandingkan dengan target APBNP 2013, jumlah tersebut menunjukkan peningkatan sebesar Rp160,5 triliun atau 10,7 persen. Perkiraan pendapatan negara dalam RAPBN 2014 tersebut didasarkan pada asumsi dasar ekonomi makro RAPBN tahun 2014 dan didukung dengan pelaksanaan kebijakan optimalisasi pendapatan negara. Rincian pendapatan negara dalam periode 2013—2014 disajikan dalam Tabel 3.9.

3.4.1 Pendapatan Dalam Negeri

Dalam RAPBN 2014, pendapatan dalam negeri ditargetkan mencapai Rp1.661,1 triliun, yang berarti mengalami peningkatan sebesar Rp163,6 triliun atau 10,9 persen apabila dibandingkan dengan targetnya dalam APBNP 2013. Dari jumlah tersebut, sebesar 78,9 persen berupa penerimaan perpajakan, dan sebesar 21,1 persen berupa PNBP.

I. PENDAPATAN DALAM NEGERI 1.497,5

1.661,1 1. Penerimaan Perpajakan 1.148,4 1.310,2 a. Pendapatan Pajak Dalam Negeri 1.099,9 1.256,3 1 Pendapatan Pajak Penghasilan 538,8 591,6 a Pendapatan PPh Migas 74,3 68,4 b Pendapatan PPh Nonmigas 464,5 523,3 2 3 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan 27,3 25,5 4 Pendapatan Cukai 104,7 114,3 5 Pendapatan Pajak lainnya 5,4 6,0 b. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional 48,4 53,9 1 Pendapatan Bea Masuk 30,8 33,9 2 Pendapatan Bea Keluar 17,6 20,0

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 349,2

350,9 a. Penerimaan Sumber Daya Alam 203,7 198,1 1 Pendapatan SDA Migas 180,6 171,3 a Pendapatan Minyak Bumi 129,3 127,2 b Pendapatan Gas Bumi 51,3 44,1 2 Pendapatan SDA Nonmigas 23,1 26,7 a Pendapatan Pertambangan Mineral dan Batu Bara 18,1 21,3 b Pendapatan Kehutanan 4,3 4,7 c Pendapatan Perikanan 0,3 0,3 d Pendapatan Panas Bumi 0,5 0,5 b. Pendapatan Bagian Laba BUMN 36,5 37,0 c. PNBP Lainnya 85,5 91,1 d. Pendapatan BLU 23,5 24,8

II. PENERIMAAN HIBAH 4,5

1,4 1.502,0 1.662,5 Perbedaan angka di belakang koma karena pembulatan Sumber : Kementerian Keuangan Jumlah Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah 423,7 518,9 APBNP 2013 RAPBN 2014 TABEL 3.9 PENDAPATAN NEGARA, 2013 ―2014 triliun rupiah Uraian Bab 3 Pendapatan Negara Nota Keuangan dan RAPBN 2014 3-28

3.4.1.1 Penerimaan Perpajakan

Penerimaan perpajakan dalam RAPBN 2014 diperkirakan mencapai Rp1.310,2 triliun, atau mengalami peningkatan sebesar Rp161,9 triliun atau 14,1 persen bila dibandingkan dengan targetnya dalam APBNP 2013. Peningkatan penerimaan perpajakan tersebut terutama dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya yaitu a lebih tingginya perkiraan asumsi pertumbuhan ekonomi dalam tahun 2014, yang diperkirakan akan dapat mendorong meningkatnya kegiatan transaksi bisnis dan pendapatan masyarakat yang bermuara pada meningkatnya pendapatan pajak nonmigas; b masih tingginya harga minyak mentah di pasar internasional yang mendorong meningkatnya pendapatan pajak migas; dan c dilaksanakannya berbagai kebijakan perpajakan dan upaya tambahan extra effort yang ditujukan untuk optimalisasi penerimaan perpajakan. Terkait upaya mencapai target penerimaan perpajakan dalam RAPBN 2014, Pemerintah akan menerapkan beberapa kebijakan di bidang perpajakan, yaitu pertama, penyempurnaan peraturan perpajakan untuk lebih memberi kepastian hukum serta perlakuan yang adil dan wajar, khususnya untuk bidang usaha pertambangan, panas bumi, bidang usaha berbasis syariah, dan jasa keuangan. Kedua, penyempurnaan sistem administrasi perpajakan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak, antara lain melalui a penyempurnaan dan perluasan pengguna e-filling untuk pajak dan sistem elektronik persediaan e-inventory untuk kepabeanan; b penyempurnaan sistem administrasi PPN untuk perluasan basis perpajakan dan menutup praktik penyimpangan. Ketiga, perluasan basis pajak dan penyesuaian tarif, antara lain melalui a ekstensiikasi WP orang pribadi berpendapatan tinggi dan menengah melalui peningkatan pengawasan yang lebih efektif; b optimalisasi pemanfaatan data hasil sensus pajak nasional; c optimalisasi pemanfaatan kewajiban penyampaian data dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan dari institusi Pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain untuk intensiikasi dan ekstensiikasi perpajakan; d ekstensiikasi barang kena cukai; dan e penyesuaian tarif cukai hasil tembakau. Keempat, penyempurnaan kebijakan insentif perpajakan untuk mendukung iklim usaha dan investasi, antara lain melalui a evaluasi bidang usaha tertentu dan daerah tertentu yang menjadi prioritas pembangunan skala nasional yang mendapatkan fasilitas PPh dalam rangka penanaman modal; b penyusunan kebijakan insentif fiskal untuk mendukung pengembangan industri intermediate ; c penyusunan kebijakan insentif iskal untuk mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan; dan d penyusunan kebijakan iskal untuk mendukung penghiliran pertambangan melalui kebijakan disinsentif iskal bea keluar untuk ekspor barang tambang mentah, dan insentif iskal untuk penanaman modal bagi industri hilir pertambangan. Kelima, penguatan penegakan hukum bagi penyelundup pajak tax evation, antara lain melalui a pemeriksaan pajak yang fokus pada sektor yang tax gap-nya tinggi; dan b joint audit antara DJP dan DJBC serta instansi Pemerintah terkait lainnya. Dari lima pokok kebijakan perpajakan tersebut, untuk saat ini Pemerintah akan lebih memprioritaskan kebijakan untuk perluasan basis pajak, mengingat masih besarnya potensi pajak yang ada dalam perekonomian, seperti sektor usaha informal. Namun, usaha untuk memperluas basis pajak memerlukan dukungan dari sisi legal atau peraturan perundang- undangan, teknologi informasi, dan dukungan dari seluruh komponen masyarakat. Nota Keuangan dan RAPBN 2014 3-29 Pendapatan Negara Bab 3 Selain bertujuan meningkatkan pendapatan negara, kebijakan di bidang perpajakan juga ditujukan untuk mendorong perekonomian melalui pemberian insentif iskal untuk tujuan meningkatkan investasi dan daya saing. Insentif iskal ini diberikan dalam bentuk pajak ditanggung Pemerintah DTP, yang terdiri atas a PPh DTP untuk komoditas panas bumi; b PPh DTP atas bunga, imbal hasil, dan penghasilan pihak ketiga atas jasa yang diberikan kepada Pemerintah dalam penerbitan SBN di pasar internasional; dan c bea masuk DTP. Pendapatan Pajak Penghasilan Seiring dengan makin membaiknya kondisi perekonomian baik global maupun domestik, pendapatan PPh dalam RAPBN 2014 ditargetkan mencapai Rp591,6 triliun atau meningkat sebesar 9,8 persen dari targetnya dalam APBNP 2013. Pendapatan pajak penghasilan terdiri atas pendapatan PPh migas dan PPh nonmigas yang masing-masing memberikan kontribusi sebesar 11,6 persen dan 88,4 persen. Peningkatan pendapatan tersebut terutama didukung oleh membaiknya kondisi perekonomian global dan domestik, yang ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari tahun 2013. Selain itu, peningkatan pendapatan PPh juga dipengaruhi oleh pelaksanaan kebijakan yang ditempuh di bidang pajak serta extra effort yang dilakukan dalam penggalian potensi. Pendapatan PPh migas ditargetkan mencapai Rp68,4 triliun dalam tahun 2014, yang berarti mengalami penurunan Rp5,9 triliun atau 8,0 persen bila dibandingkan dengan targetnya dalam APBNP 2013. Faktor utama yang memengaruhi penurunan pendapatan tersebut adalah lebih rendahnya asumsi ICP pada tahun 2014 daripada asumsi ICP yang digunakan dalam APBNP 2013. Dalam tahun 2014, pendapatan PPh nonmigas ditargetkan mencapai Rp523,3 triliun. Apabila dibandingkan dengan targetnya dalam APBNP 2013, terjadi peningkatan sebesar Rp58,8 triliun atau 12,7 persen. Peningkatan itu terutama diharapkan bersumber dari dampak pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan mencapai 6,4 persen dan makin luasnya basis pajak sebagai dampak dari pelaksanaan kebijakan a ekstensiikasi WP orang pribadi berpendapatan tinggi dan menengah melalui peningkatan pengawasan yang lebih efektif; b optimalisasi pemanfaatan data hasil sensus pajak nasional; dan c optimalisasi pemanfaatan kewajiban penyampaian data dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan dari institusi Pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain untuk intensiikasi dan ekstensiikasi perpajakan. Pendapatan PPN dan PPnBM Dalam RAPBN 2014, pendapatan PPN dan PPnBM ditargetkan mencapai Rp518,9 triliun, meningkat sebesar Rp95,2 triliun atau 22,5 persen bila dibandingkan dengan target APBNP 2013. Secara lebih rinci, pendapatan PPN dan PPnBM terdiri atas pendapatan PPN dan PPnBM dalam negeri serta pendapatan PPN dan PPnBM impor, yang masing-masing ditargetkan mencapai sebesar Rp317,2 triliun dan Rp201,6 triliun. Faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan PPN dan PPnBM adalah tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan pertumbuhan impor, serta dukungan kebijakan perpajakan berupa penyempurnaan sistem administrasi PPN untuk perluasan basis pajak dan penurunan praktik penyimpangan. Bab 3 Pendapatan Negara Nota Keuangan dan RAPBN 2014 3-30 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan Sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pendapatan PBB sektor perkotaan dan perdesaan secara keseluruhan dialihkan ke pemda kabupatenkota. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, target pendapatan PBB yang masih dikelola Pemerintah pusat dalam tahun 2014 adalah sebesar Rp25,5 triliun, turun 6,6 persen dari target APBNP 2013. Sumber utama pendapatan PBB adalah dari pendapatan PBB sektor pertambangan migas yang ditargetkan mencapai Rp22,6 triliun, atau 88,6 persen dari total pendapatan PBB. Apabila dibandingkan dengan targetnya dalam APBNP 2013, target pendapatan PBB sektor pertambangan migas di tahun 2014 tersebut mengalami peningkatan sebesar 1,7 persen. Pendapatan Cukai Dalam RAPBN 2014, pendapatan cukai ditargetkan mencapai sebesar Rp114,3 triliun, terdiri atas pendapatan cukai hasil tembakau sebesar Rp108,7 triliun dan pendapatan cukai MMEA dan EA masing-masing sebesar Rp5,4 triliun dan Rp0,2 triliun. Apabila dibandingkan dengan targetnya dalam APBNP 2013, pendapatan cukai secara keseluruhan mengalami kenaikan sebesar Rp9,6 triliun atau 9,1 persen. Faktor-faktor yang memengaruhi kenaikan pendapatan cukai adalah a kenaikan volume produksi rokok; b kebijakan penyesuaian tarif cukai hasil tembakau dan harga dasar barang kena cukai; serta c extra effort dalam pemberantasan pita cukai palsu. Pendapatan Pajak Lainnya Dalam RAPBN 2014, pendapatan pajak lainnya ditargetkan mencapai Rp6,0 triliun. Apabila dibandingkan dengan targetnya dalam APBNP 2013, terjadi peningkatan sebesar Rp0,6 triliun atau 10,7 persen. Secara umum, peningkatan pendapatan pajak lainnya disebabkan oleh meningkatnya transaksi yang menggunakan dokumen bermeterai seiring dengan tingginya perkiraan pertumbuhan ekonomi dalam tahun 2014. Pendapatan Bea Masuk Seiring dengan perkiraan mulai membaiknya demand global yang berdampak terhadap peningkatan volume perdagangan ekspor dan impor, pendapatan bea masuk pada tahun 2014 ditargetkan mencapai Rp33,9 triliun, atau meningkat 10,1 persen bila dibandingkan dengan targetnya dalam APBNP 2013. Dari jumlah tersebut, termasuk di dalamnya adalah insentif bea masuk ditanggung Pemerintah DTP sebesar Rp1,0 triliun. Pendapatan Bea Keluar Dalam RAPBN 2014, pendapatan bea keluar diperkirakan mencapai Rp20,0 triliun. Apabila dibandingkan dengan targetnya dalam APBNP 2013, target pendapatan bea keluar dalam tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar Rp2,4 triliun atau 13,5 persen. Kenaikan tersebut, terutama disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi dunia yang diperkirakan mulai membaik dalam tahun 2014 sehingga terdapat kemungkinan permintaan CPO dunia akan meningkat, yang berdampak pada tingginya harga rata-rata CPO di pasar internasional. Nota Keuangan dan RAPBN 2014 3-31 Pendapatan Negara Bab 3

3.4.1.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak

Dalam RAPBN 2014, PNBP akan lebih dioptimalkan lagi untuk memberikan kontribusi yang lebih besar sebagai sumber pendapatan dalam negeri. Dalam target PNBP tersebut, peranan pendapatan SDA masih mendominasi, khususnya yang berasal dari pendapatan migas. Namun, Pemerintah juga akan terus berupaya untuk lebih mengoptimalkan pendapatan dari SDA nonmigas, khususnya yang berasal dari pendapatan pertambangan mineral dan batu bara. Berdasarkan asumsi dasar ekonomi makro yang ditetapkan, terutama ICP, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dan produksilifting minyak bumi, PNBP 2014 ditargetkan mencapai sebesar Rp350,9 triliun. Target PNBP tersebut mengalami peningkatan sebesar Rp1,8 triliun atau 0,5 persen bila dibandingkan dengan targetnya dalam APBNP tahun 2013. Dalam tahun 2014, pendapatan SDA direncanakan mencapai sebesar Rp198,1 triliun, terdiri atas pendapatan SDA migas sebesar Rp171,3 triliun dan pendapatan SDA nonmigas sebesar Rp26,7 triliun. Secara umum, pendapatan SDA tahun 2014 mengalami penurunan Rp5,6 triliun atau 2,8 persen bila dibandingkan dengan target yang ditetapkan dalam APBNP tahun 2013. Penurunan tersebut utamanya berasal dari pendapatan SDA migas, disebabkan oleh lebih rendahnya asumsi ICP yang digunakan dalam RAPBN 2014, yaitu sebesar US106barel, bila dibandingkan dengan asumsi ICP dalam APBNP 2013 sebesar US108barel. Target pendapatan SDA migas dalam tahun 2014 sebesar Rp171,3 triliun tersebut terdiri atas pendapatan minyak bumi sebesar Rp127,2 triliun dan pendapatan gas bumi sebesar Rp44,1 triliun. Apabila dibandingkan dengan targetnya dalam APBNP 2013, target pendapatan minyak bumi dan pendapatan gas bumi dalam tahun 2014 masing-masing mengalami penurunan sebesar Rp2,1 triliun 1,6 persen dan Rp7,2 triliun 14,0 persen. Graik 3.22 menyajikan perbandingan pendapatan SDA migas tahun 2013 dan 2014. Untuk menjamin pendapatan negara dari sektor migas di tahun 2014, Pemerintah akan terus melakukan langkah-langkah strategis, khususnya agar target lifting minyak bumi dan gas bumi dapat tercapai. Langkah strategis tersebut meliputi antara lain 1 optimalisasi produksi pada lapangan existing ; 2 percepatan pengembangan lapangan baru; 3 eisiensi cost recovery dengan berpedoman pada peraturan yang berlaku dan mengupayakan penurunan angka rasio cost recovery terhadap gross revenue ; 4 menyusun terms and conditions yang lebih menarik untuk wilayah kerja yang berada di remote area; 5 meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam penyelesaian masalah yang berhubungan dengan perizinan dan tumpang tindih lahan; 6 melaksanakan langkah-langkah kebijakan untuk meningkatkan lifting migas seperti diamanatkan dalam Inpres Nomor 2 Tahun 2012 tentang Peningkatan Produksi; dan 7 memperbaharui harga jual gas. Di samping itu, Pemerintah juga akan melakukan pengawasan dan evaluasi secara lebih intensif dan komprehensif terhadap kinerja SKK Migas. 129,3 127,2 51,3 44,1 25 50 75 100 125 150 175 200 2013 APBNP 2014 RAPBN triliun Rp GRAFIK 3.22 PERKEMBANGAN PNBP SDA MIGAS, 2013 −2014 Minyak Bumi Gas Bumi Sumber : Kementerian Keuangan Bab 3 Pendapatan Negara Nota Keuangan dan RAPBN 2014 3-32 Sementara itu, target pendapatan SDA nonmigas dalam tahun 2014 sebesar Rp26,7 triliun tersebut menunjukkan peningkatan sebesar Rp3,6 triliun atau 15,7 persen bila dibandingkan dengan target yang ditetapkan dalam APBNP tahun 2013. Tingginya pendapatan SDA nonmigas dalam tahun tersebut masih didominasi oleh pendapatan yang bersumber dari pertambangan mineral dan batu bara. Graik 3.23 memperlihatkan perbandingan pendapatan SDA nonmigas tahun 2013 dan 2014 beserta komponen pendapatannya. Pendapatan pertambangan mineral dan batu bara nomenklatur sebelumnya: pertambangan umum dalam RAPBN 2014 ditargetkan sebesar Rp21,3 triliun, meningkat sebesar Rp3,2 triliun atau 17,6 persen bila dibandingkan dengan targetnya dalam APBNP tahun 2013. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh meningkatnya pendapatan royalti sebesar Rp3,1 triliun atau 18,1 persen. Sementara itu, pendapatan iuran tetap dalam tahun 2014 ditargetkan sebesar Rp0,8 triliun, sedikit lebih tinggi dari targetnya dalam APBNP 2013. Untuk mendukung pencapaian pendapatan pertambangan mineral dan batu bara tersebut, dalam tahun 2014 sasaran produksi pertambangan mineral dan batu bara adalah tercapainya target produksi a batubara sebesar 360 juta ton; b timah sebesar 95 ribu ton; c feronikel sebesar 20 ribu metrik ton; d tembaga sebesar 739,8 ton; e emas sebesar 73,9 ton; f perak sebesar 215,2 ton; dan g bijih besi sebesar 1 juta ton. Untuk mengoptimalkan pendapatan pertambangan mineral dan batu bara, Pemerintah akan melakukan beberapa langkah kebijakan. Langkah-langkah tersebut antara lain a menjamin keamanan pasokan energi melalui upaya eksplorasi dan optimasi produksi energi nasional guna mengimbangi permintaan energi di dalam negeri; b memastikan bahwa Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 7 Tahun 2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral dilaksanakan oleh seluruh pemegang izin usaha pertambangan IUP dan kontrak karya KK; c mendayagunakan barang dan jasa dalam negeri dalam kegiatan usaha pertambangan; dan d mendorong investasi di dalam negeri dalam rangka menjaga pasokan energi nasional. Kebijakan selanjutnya adalah a menyusun peraturan dalam rangka meningkatkan nilai tambah komoditas mineral dan batubara, usaha jasa pertambangan, dan mendukung peningkatan rasio elektriikasi melalui percepatan pembangunan pembangkit listrik 10.000 megawatt tahap I dan II; dan b Meningkatkan potensi sumber daya manusia nasional terhadap industri pertambangan. Selain itu, juga akan ditempuh kebijakan a Meningkatkan kerja sama dengan instansi terkait pemda, BPKP, BPK, Kemendag, Kemenkeu, dan KPK; dan b melakukan penyempurnaan tarif royalti pertambangan. Pemerintah juga akan berupaya 23,1 19,0 5 10 15 20 25 30 2013 APBNP 2014 RAPBN triliun Rp Pertambangan Mineral dan Batu Bara Kehutanan Perikanan Panas Bumi Sumber : Kementerian Keuangan GRAFIK 3.23 PERKEMBANGAN PNBP SDA NONMIGAS, 2013─2014 Nota Keuangan dan RAPBN 2014 3-33 Pendapatan Negara Bab 3 untuk mempercepat revisi Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2012 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP yang Berlaku pada Kementerian ESDM agar bisa diterapkan mulai awal tahun 2014. Pendapatan kehutanan dalam RAPBN 2014 ditargetkan mencapai sebesar Rp4,7 triliun, atau mengalami peningkatan sebesar Rp0,4 triliun atau 10,3 persen apabila dibandingkan dengan target APBNP tahun 2013. Pendapatan kehutanan dalam RAPBN tahun 2014 tersebut bersumber dari pendapatan dana reboisasi sebesar Rp2,3 triliun, IHPH sebesar Rp0,1 triliun, PSDH sebesar Rp1,9 triliun, dan izin penggunaan kawasan hutan sebesar Rp0,4 triliun. Dalam tahun 2014, kebijakan kehutanan diarahkan untuk 1 melakukan pengembangan sistem penatausahaan hasil hutan PUHH berbasis teknologi informasi TI yang dapat diakses di Kementerian Kehutanan, Dinas Kehutanan Provinsi, Dinas Kehutanan KabupatenKota, serta para pemegang izin usaha pengelolaan hasil hutan kayu – hutan alam – hutan tanaman IUPHHK-HA-HT; 2 meningkatkan produksi dan diversiikasi usaha hutan alam hasil hutan kayu, bukan kayu, jasa lingkungan, dan restorasi ekosistem; 3 menertibkan izin usaha pengelolaan hasil hutan kayu – hutan alam – restorasi ekosistem IUPHHK-HA-RE pada areal bekas tebangan logged over area, LOA; 4 menambah luas areal pencadangan izin usaha pemanfaatan hutan tanaman, penambahan areal tanaman pada hutan tanaman; dan 5 merevisi peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti a mengusulkan kenaikan tarif atas jenis PNBP yang berlaku pada Kementerian Kehutanan dan harga patokan perhitungan PSDH; b menaikkan tarif izin pinjam pakai penggunaan kawasan hutan; dan c melakukan optimalisasi PNBP melalui intensiikasi pengenaan PNBP non-kayu, dan penagihan PNBP terutangtertunggak. Pendapatan perikanan dalam RAPBN tahun 2014 ditargetkan mencapai sebesar Rp0,25 triliun atau sama dengan target pendapatannya dalam APBNP tahun 2013. Upaya Pemerintah yang akan ditempuh dalam mengoptimalkan pendapatan dari pengelolaan SDA perikanan nasional adalah melalui pertama, melakukan pemulihan dan pengelolaan sumber daya ikan. Kedua, meningkatkan pelayanan dan penertiban perizinan usaha. Ketiga, meningkatkan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan. Keempat, meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana pelayanan. Kelima, meningkatkan daya saing armada perikanan nasional. Keenam, melakukan penyesuaian tarif PNBP yang lebih memberikan kepastian bagi wajib bayarpengguna jasa sektor kelautan dan perikanan. Ketujuh, melakukan penyesuaian harga patokan ikan HPI. Kedelapan, meningkatkan jaminan usaha sektor kelautan dan perikanan. Kesembilan, mendorong pengembangan usaha perikanan nasional dari usaha kecil ke usaha menengah melalui pola kemitraan. Di samping itu, mulai tahun 2014, perhitungan target pendapatan perikanan tidak lagi didasarkan pada izin kapal berdasarkan pada tonase, tetapi berdasarkan pada jumlah dan kualitas ikan hasil tangkapan itu sendiri. Selanjutnya, pendapatan SDA nonmigas lainnya bersumber dari pendapatan dari pertambangan panas bumi. Dalam tahun 2014, pendapatan dari pertambangan panas bumi ditargetkan akan mencapai Rp0,5 triliun, turun 0,8 persen dari target yang ditetapkan dalam APBNP tahun 2013. Optimalisasi pendapatan dalam tahun 2014 dilakukan antara lain melalui pemberian insentif iskal berupa pemberlakuan pajak penghasilan ditanggung Pemerintah PPh DTP bagi pengusaha panas bumi yang izin atau kontraknya ditandatangani sebelum ditetapkannya UU Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi. Pemerintah juga akan melaksanakan intensiikasi Bab 3 Pendapatan Negara Nota Keuangan dan RAPBN 2014 3-34 dan ekstensiikasi dalam rangka peningkatan pendapatan negara melalui monitoring dan evaluasi serta penyusunan dan penyempurnaan ketentuan peraturan perundangan-undangan di bidang panas bumi. Upaya yang akan ditempuh dalam mengoptimalkan pendapatan dari kegiatan eksploitasi pertambangan panas bumi akan diutamakan untuk mendukung program Pemerintah dalam pengembangan energi baru terbarukan EBT. Pendapatan Bagian Laba BUMN Dalam tahun 2014, pendapatan bagian laba BUMN ditargetkan mencapai Rp37,0 triliun, mengalami peningkatan sebesar Rp0,5 triliun atau 1,5 persen dari target dalam APBNP 2013. Secara lebih rinci, target pendapatan bagian laba BUMN tahun 2014 tersebut berasal dari laba BUMN perbankan sebesar Rp5,9 triliun dan laba BUMN nonperbankan sebesar Rp31,1 triliun. U n t u k m e n g o p t i m a l k a n pendapatan tersebut, Pemerintah a k a n m e n e m p u h b e b e r a p a k e b i j a k a n s e b a g a i b e r i k u t a optimalisasi terhadap pay out ratio dividen BUMN dengan tetap mempertimbangkan kondisi keuangan masing-masing BUMN; b peningkatan return on invesment BUMN seiring dengan peningkatan capital expenditure capex; c right sizing terhadap jumlah BUMN untuk efisiensi dan peningkatan kinerja BUMN; dan d peningkatan market capitalization untuk BUMN yang sudah go public. Proyeksi pendapatan bagian laba BUMN untuk tahun 2013 dan 2014 disajikan pada Graik 3.24. PNBP Lainnya PNBP lainnya dalam tahun 2014 ditargetkan mencapai sebesar Rp91,1 triliun, meningkat sebesar Rp5,6 triliun atau 6,6 persen bila dibandingkan dengan target dalam APBNP 2013. Namun, pencapaian target PNBP lainnya masih menghadapi tantangan yang cukup berat. Hal tersebut terutama disebabkan oleh belum optimalnya mekanisme penagihan, penyetoran, dan pengelolaan PNBP KL. Untuk itu, secara umum optimalisasi PNBP lainnya dalam 85,5 91,1 25 35 45 55 65 75 85 95 2013 APBNP 2014 RAPBN triliun Rp GRAFIK 3.25 PERKEMBANGAN PNBP LAINNYA, 2013 −2014 Sumber : Kementerian Keuangan 29,0 31,1 7,5 5,9 5 10 15 20 25 30 35 40 APBNP 2013 RAPBN 2014 triliun Rp GRAFIK 3.24 PENDAPATAN BAGIAN LABA BUMN, 2013 −2014 Pendapatan Laba BUMN Non-Perbankan Pendapatan Laba BUMN Perbankan Sumber : Kementerian Keuangan Nota Keuangan dan RAPBN 2014 3-35 Pendapatan Negara Bab 3 tahun 2014 akan diupayakan melalui a inventarisasi potensi PNBP pada KL dan reviu besaran tarif PNBP yang berlaku pada KL; b penyempurnaan beberapa peraturan terkait jenis dan tarif PNBP KL; c pelaksanaan sosialisasi ketentuan PNBP kepada KL dalam rangka peningkatan kepatuhan penagihan, pemungutan, dan penyetoran PNBP sesuai dengan ketentuan yang berlaku; d penyempurnaan mekanisme pengelolaan PNBP agar makin akuntabel terhadap pelaksanaan pemungutan dan penyetoran PNBP ke kas negara; dan e pelaksanaan monitoring dan pengawasan atas tindak lanjut temuan hasil pemeriksaan BPK RI terkait pengelolaan PNBP pada KL. Perbandingan target PNBP lainnya tahun 2013—2014 disajikan pada Graik 3.25. Sebagian besar PNBP lainnya merupakan kontribusi dari PNBP KL. Sebagaimana tahun- tahun sebelumnya, terdapat tujuh KL yang memberikan kontribusi terbesar dalam PNBP, yaitu Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Badan Pertanahan Nasional, Kementerian Hukum dan HAM, dan Kementerian Perhubungan. Secara lebih rinci target PNBP dari 7 tujuh KL terbesar tahun 2013—2014 disajikan pada Tabel 3.10. PNBP Kemenkominfo tahun 2014 direncanakan mencapai sebesar Rp9,8 triliun. Untuk mencapai target tersebut, dilakukan upaya- upaya antara lain a penyiapan regulasi baru untuk mempercepat pembukaan peluang baru di bidang pemanfaatan frekuensi sehingga mendorong tumbuhnya industri dan kompetisi yang sehat sekaligus dapat menciptakan potensi pendapatan negara baru; b pengkajian secara komprehensif mengenai formula dan besaran variabel baru dalam pengenaan biaya hak penggunaan BHP pada alokasi pita frekuensi tertentu; dan c pembenahan dan updating sistem database, baik mengenai pengguna frekuensi maupun penyederhanaan perizinan melalui e-sertiikasi. Upaya lainnya adalah a peningkatan intensifikasi penagihan PNBP kepada para pengguna spektrum frekuensi dan vendor alatperangkat telekomunikasi secara optimal; b pembaharuan sarana dalam rangka otomasimodernisasi proses perizinan sehingga mempercepat dan mempermudah proses pelayanan publik; dan c penggalian potensi penerimaan BHP yang lain dengan merencanakan pelaksanaan lelang terhadap broadband wireless access BWA. Sejalan dengan itu, juga ditempuh upaya a pelaksanaan sosialisasi dan penegakan hukum secara intensif kepada pengguna spektrum frekuensi dan dengan vendor alatperangkat telekomunikasi, serta kepada penyelenggara telekomunikasi dan penyiaran; b peningkatan pelaksanaan pencocokan dan penelitian coklit pembayaran PNBP terhadap para wajib bayar dengan melibatkan AuditorTim Optimalisasi Penerimaan Negara BPKP 1 Kementerian Komunikasi dan Informatika 10,4 9,8 2 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2,0 2,1 3 Kementerian Kesehatan 0,3 0,4 4 Kepolisian Negara Republik Indonesia 4,8 4,8 5 Badan Pertanahan Nasional 1,7 1,7 6 Kementerian Hukum dan HAM 2,6 2,6 7 Kementerian Perhubungan 0,8 2,4 22,6 23,7 Perbedaan angka di belakang koma karena pembulatan Sumber: Kementerian Keuangan No. Kementerian NegaraLembaga APBNP 2013 RAPBN 2014 PNBP 7 KL BESAR, 2013–2014 TABEL 3.10 triliun rupiah Jumlah Bab 3 Pendapatan Negara Nota Keuangan dan RAPBN 2014 3-36 sebagai pendamping; serta c penerapan pengenaan sanksi administratif berupa denda dari izin penyelenggaraan yang telah diterbitkan. Selanjutnya, juga ditempuh upaya- upaya a penguatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia dalam rangka pengelolaan PNBP; b melakukan pembayaran biaya izin penyelenggaraan penyiaran dan biaya hak penggunaan frekuensi secara host-to-host; c pembangunan, pengembangan, d a n p e r b a i k a n s a r a n a d a n p r a s a r a n a p e n d i d i k a n d a n pelatihan; dan d peningkatan promosi dan publikasi pendidikan dan pelatihan, baik di media cetak maupun media elektronik. Upaya lain yang tidak kalah pentingnya adalah a pelaksanaan sosialisasi secara intensif ke setiap kementerian negaralembaga dan pemerintah daerah berkenaan dengan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan PNBP khususnya di bidang pendidikan dan pelatihan pranata humas, dimana Kementerian Komunikasi dan Informatika merupakan instansi pembina jabatan fungsional pranata humas; b penyempurnaanrevisi PP Nomor 7 Tahun 2009 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Depkominfo, agar sesuai dengan kondisi yang ada; dan c peningkatan pengawasan penggunaan teknologi yang digunakan oleh operator dengan pemasangan alat kontrol khusus untuk lebih menjamin pendapatan negara. Perbandingan PNBP Kemenkominfo tahun 2013 dan 2014 disajikan dalam Graik 3.26. PNBP dari Kemendikbud tahun 2014 direncanakan mencapai sebesar Rp2,1 triliun. Target tersebut akan dicapai melalui upaya-upaya a melaksanakan sistem anggaran yang bersifat transparan dan akuntabel serta berbasis pada aktivitas activity based budgeting; b mengoptimalkan aset yang dimiliki dalam rangka meningkatkan nilai tambah lembaga sesuai visi, misi, dan tujuan pendidikan tinggi; c perguruan tinggi negeri t i d a k m e n a i k k a n t a r i f u a n g kuliah SPP; dan d menghapus uang pangkal bagi mahasiswa baru program S1 reguler mulai tahun akademik 20132014. Upaya lainnya adalah a menetapkan dan melaksanakan tarif uang kuliah tunggal bagi mahasiswa baru program S1 reguler mulai tahun akademik 20132014; b menyediakan bantuan operasional perguruan 10,4 9,8 2 4 6 8 10 12 2013 APBNP 2014 RAPBN triliun Rp GRAFIK 3.26 PNBP KEMENKOMINFO, 2013 −2014 Sumber : Kementerian Keuangan 2,0 2,1 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 2013 APBNP 2014 RAPBN triliun Rp GRAFIK 3.27 PNBP KEMENDIKBUD, 2013 −2014 Sumber : Kementerian Keuangan Nota Keuangan dan RAPBN 2014 3-37 Pendapatan Negara Bab 3 tinggi negeri BOPTN; c perguruan tinggi negeri dapat menerima sumbangan murni dari masyarakat yang tidak ada kaitannya dengan penerimaan mahasiswa baru; dan d perguruan tinggi negeri mengoptimalkan aset yang dimilikinya dalam rangka meningkatkan nilai tambah lembaga sesuai visi, misi, dan tujuan pendidikan tinggi. Perbandingan PNBP Kemendikbud tahun 2013 dan 2014 disajikan dalam Graik 3.27. Selanjutnya, PNBP Kemenkes t a h u n 2 0 1 4 d i r e n c a n a k a n mencapai sebesar Rp0,4 triliun. Dengan tidak mengesampingkan tugas utamanya untuk melakukan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, target tersebut akan dicapai melalui upaya-upaya a m e n i n g k a t k a n m u t u pelayanan kepada masyarakat melalui peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan cakupan pelayanan, dan pemberian jasa pelayanan berupa insentif kepada tenaga medisparamedis dan nonmedis; b meningkatkan mutu pelayanan bidang kefarmasian yang memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan pemanfaatan; dan c meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia sesuai dengan perkembangan iptek. Sejalan dengan itu, juga ditempuh upaya untuk a mengoptimalkan pengelolaan teknologi informasi untuk pelayanan; b meningkatkan pelayanan yang melibatkan kemampuan intelektual tertentu dalam hal penelitian dan pengembangan kesehatan, dikeluarkan persetujuan ethical clearance ; c akselerasi penagihan piutang PNBP; d pengembangan layanan baru; dan e meningkatkan ketertiban administrasi pengelolaan PNBP serta penyetoran PNBP, pemungutan PNBP sesuai tarif, pembukuanpencatatan semua transaksi PNBP, dan pelaporan realisasi PNBP secara tertib dan tepat waktu. Perbandingan PNBP Kemenkes untuk tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat dalam Graik 3.28. Sementara itu, PNBP Polri tahun 2014 direncanakan mencapai sebesar Rp4,8 triliun. Target tersebut akan dioptimalkan melalui upaya-upaya, antara lain a penyediaan formulir dan bahan baku PNBP dalam rangka penyelenggaraan pelayanan di bidang fungsi lalu lintas, intelkam, dan identifikasi; b peningkatan kemampuan SDM Polri melalui pendidikan dan pelatihan teknis dan fungsional lalu lintas; c pemeliharaan dan perawatan sarana prasarana meliputi hardware dan software pembuatan SIM dan simulator pengemudi, mobil unit pelayanan SIM, dan kendaraan bermotor untuk patroli jalan raya; serta d pembangunan jaringan online Samsat di seluruh Polda dalam rangka online system national trafic management center NTMC. Upaya lain yang ditempuh adalah a pengadaan mobil unit SIM keliling, mobil Laka Lantas, dan kendaraan bermotor roda dua untuk patroli; b perluasan layanan surat keterangan catatan kepolisian SKCK sampai tingkat polsek kecamatan sebagai ujung tombak pelayanan Polri kepada masyarakat; c penegakan hukum di bidang lalu lintas dalam rangka menjaga keamanan, 0,3 0,4 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 2013 APBNP 2014 RAPBN triliun Rp GRAFIK 3.28 PNBP KEMENKES, 2013 −2014 Sumber : Kementerian Keuangan Bab 3 Pendapatan Negara Nota Keuangan dan RAPBN 2014 3-38 k e s e l a m a t a n , k e t e r t i b a n , dan kelancaran lalu lintas; d menginventarisasi dan melaporkan pemungutan PNBP yang belum diatur dalam PP Nomor 50 Tahun 2010 tentang Tarif atas Jenis PNBP yang Berlaku pada Polri; e menyusun atau merevisi dasar hukum jenis dan tarif atas jenis PNBP sebagai dasar pemungutan PNBP; dan f melaksanakan p e n g a w a s a n d a n e v a l u a s i dalam rangka transparansi dan akuntabilitas. Perbandingan PNBP Polri tahun 2013 dan 2014 disajikan dalam Graik 3.29. PNBP Kemenkumham dalam tahun 2014 direncanakan mencapai sebesar Rp2,6 triliun. Upaya- upaya yang akan dilakukan untuk mencapai target, antara lain a menerapkan elektronik kartu izin tinggal terbatas e-KITAS dan elektronik kartu izin tinggal tetap e-KITAP; b mengembangkan sistem informasi manajemen k e i m i g r a s i a n S I M K I M s e c a r a b e r k e l a n j u t a n ; c menyempurnakan PP Nomor 38 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif PNBP pada Departemen Hukum dan HAM; d mempercepat penyelesaian penerbitan paspor dari empat hari menjadi tiga hari; dan e membentuk desk pelayanan jasa hukum idusia untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan peningkatan pelayanan sistem administrasi badan hukum SABH. Perbandingan PNBP Kemenkumham tahun 2013 dan 2014 disajikan dalam Graik 3.30. Selanjutnya pada tahun 2014, PNBP BPN direncanakan sebesar Rp1,7 triliun. Untuk mencapai target tersebut, akan dilakukan upaya antara lain a optimalisasi target dan realisasi pendapatan umum dengan peningkatan ketertiban data aset, khususnya untuk kepentingan penghapusan aset; b optimalisasi penyelenggaraan pelayanan pertanahan dengan lebih proaktif melalui peningkatan layanan Kantor Pertanahan Berjalan “LARASITA”, penyebarluasan informasi dan pemberdayaan masyarakat sebagaimana diatur dalam Peraturan Kepala BPN RI Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Prosedur Pelayanan Pertanahan; c optimalisasi pendapatan-pendapatan umum lainnya; d membangun kepercayaan masyarakat pada BPN trust building melalui 2,6 2,6 0,0 0,4 0,8 1,2 1,6 2,0 2,4 2,8 2013 APBNP 2014 RAPBN triliun Rp GRAFIK 3.30 PNBP KEMENKUMHAM, 2013 −2014 Sumber : Kementerian Keuangan 4,8 4,8 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 2013 APBNP 2014 RAPBN triliun Rp GRAFIK 3.29 PNBP POLRI, 2013 −2014 Sumber : Kementerian Keuangan Nota Keuangan dan RAPBN 2014 3-39 Pendapatan Negara Bab 3 sosialisasi tarif kepengurusan tanah di media cetak; dan e meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran serta sertiikasi tanah secara menyeluruh. Selain itu, akan ditempuh upaya untuk: a memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah; b menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah korban bencana alam dan daerah konlik; c membangun sistem informasi dan manajemen pertanahan nasional SIMTANAS dan sistem pengaman dokumen pertanahan di seluruh Indonesia; d melakukan sosialisasi sertiikasi tanah; dan e meningkatkan jumlah tenaga juru ukur melalui program diploma satu D-1 pengukuran dan pemetaan. Upaya lain yang tidak kalah pentingnya adalah a pelayanan pertanahan dengan standar p e l a y a n a n d a n p e n g a t u r a n p e r t a n a h a n S P P P y a n g transparan persyaratan, waktu, dan biaya; b menindaklanjuti semua temuan BPK dan action plan survei KPK; c memberikan punishment dan reward kepada kepala kantor pertanahan; d m e l a k u k a n r e f o r m a s i b i r o k r a s i d i B P N R I ; e merevisi PP No. 13 Tahun 2010 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada BPN RI; dan f melakukan mekanisme pengelolaan PNBP secara terpusat. Selanjutnya, untuk lebih menjamin transparansi dan akuntabilitas, Pemerintah akan mengumumkan semua program pelayanan di bidang pertanahan yang dilaksanakan beserta tarifnya kepada seluruh masyarakat. Di samping itu, Pemerintah juga akan menegaskan kepada seluruh jajarannya di tingkat propinsikabupatenkota bahwa tidak ada biaya balik nama sebesar 1mil dari NJOP. Perbandingan PNBP BPN tahun 2013 dan 2014 disajikan dalam Graik 3.31. PNBP Kemenhub tahun 2014 direncanakan mencapai sebesar Rp2,4 triliun, termasuk PNBP yang berasal dari sewa penggunaan prasarana perkeretaapian TACtrack access charge sebesar Rp1,5 triliun. Untuk mencapai target tersebut beberapa upaya akan dilakukan, di antaranya a memperbaiki keselamatan dan kualitas pelayanan transportasi darat; b meningkatkan kelancaran dan kapasitas pelayanan di lintas yang telah jenuh dan memperbaiki tatanan pelayanan angkutan antarmoda dan kesinambungan transportasi darat yang terputus di dalam pulau sungai dan danau dan antarpulau; c mendorong peran serta Pemerintah dan swasta dalam penyelenggaraan angkutan; dan d menindaklanjuti harmonisasi dan standarisasi peraturan perundang-undangan di bidang transportasi jalan sesuai kesepakatan regional dan internasional AFTA 2003 dan APEC 2010. Sejalan dengan itu, juga akan ditempuh upaya a penyiapan pelaksanaan harmonisasi dan standarisasi nasional, regional, dan internasional di bidang lalu lintas dan angkutan jalan; b melaksanakan pengujian kendaraan bermotor sesuai standar Euro -2 untuk mobil penumpang berkategori bahan bakar bensin dan sepeda motor; c mengembangkan dan mengoptimalkan sarana dan prasarana kenavigasian; dan d memberikan kepastian usaha di bidang angkutan laut dalam rangka pembinaan dan 1,7 1,7 0,0 0,4 0,8 1,2 1,6 2,0 2013 APBNP 2014 RAPBN triliun Rp GRAFIK 3.31 PNBP BPN, 2013 −2014 Sumber : Kementerian Keuangan Bab 3 Pendapatan Negara Nota Keuangan dan RAPBN 2014 3-40 pemberdayaan ekonomi kepulauan Indonesia, melayani dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional guna menjamin kontinuitas arus barang. Selanjutnya juga ditempuh upaya untuk a menciptakan iklim usaha yang sehat untuk melindungi kelangsungan hidup dan pengembangan usaha pelayaran termasuk pembinaan usaha-usaha tradisional dan golongan ekonomi lemah; b melakukan intensiikasi PNBP dengan cara meningkatkan penagihan terhadap wajib bayar; c meningkatkan tarif PNBP melalui revisi tarif pada Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009; dan d mengusulkan seluruh unit pelaksana teknis UPT di lingkungan Badan Pengembangan SDM Perhubungan untuk menjadi Satker Pengelolaan Keuangan PK BLU. Perbandingan PNBP Kemenhub tahun 2013 dan 2014 disajikan dalam Graik 3.32. Pendapatan BLU Pendapatan BLU dalam tahun 2014 direncanakan mencapai sebesar Rp24,8 triliun, meningkat Rp1,3 triliun atau 5,4 persen dari targetnya pada APBNP 2013. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya target dan pendapatan BLU pada rumah sakit di lingkungan Kementerian Kesehatan. Perbandingan pendapatan BLU tahun 2013 dan 2014 disajikan pada Graik 3.33. Satker pengelola BLU banyak didominasi oleh satker yang melayani bidang pendidikan dan kesehatan. Kontribusi pendapatan BLU pada tahun 2014 yang berasal dari pendapatan jasa pelayanan pendidikan direncanakan mencapai sebesar Rp8,5 triliun, dan dari pendapatan jasa pelayanan rumah sakit diperkirakan mencapai Rp6,7 triliun. Sementara itu, pendapatan dari jasa penyelenggaraan telekomunikasi direncanakan mencapai Rp1,8 triliun.

3.4.2 Penerimaan Hibah

Penerimaan hibah dalam tahun 2014 direncanakan mencapai sebesar Rp1,4 triliun, turun sebesar Rp3,1 triliun atau 69,7 persen dari targetnya pada APBNP 2013. Besaran penerimaan hibah sangat tergantung pada keinginan negara donor untuk memberikan bantuan dan kepatuhan 23,5 24,8 20 21 22 23 24 25 26 2013 APBNP 2014 RAPBN GRAFIK 3.33 PENDAPATAN BLU, 2013 −2014 triliun Rp Sumber : Kementerian Keuangan 0,8 2,4 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 2013 APBNP 2014 RAPBN triliun Rp GRAFIK 3.32 PNBP KEMENHUB, 2013 −2014 Sumber : Kementerian Keuangan Nota Keuangan dan RAPBN 2014 3-41 Pendapatan Negara Bab 3 KL penerima hibah untuk melaporkan penggunaan hibah yang diterimanya. Pengaturan mekanisme penerimaan hibah yang mengikuti sistem APBN telah diatur lebih lanjut dalam PP Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan, sistem administrasi, dan pencatatan dana hibah. Penerimaan hibah tahun 2014 akan digunakan untuk mendanai program-program seperti pendidikan, pengembangan desa dan sistem pertanian, penyediaan air bersih, pemberdayaan masyarakat pesisir, dan climate change. Perbandingan target penerimaan hibah 2013 dan 2014 disajikan pada Graik 3.34. 4,5 1,4 - 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0 2013 APBNP 2014 RAPBN GRAFIK 3.34 PENERIMAAN HIBAH, 2013−2014 triliun Rp Sumber : Kementerian Keuangan Bab 4 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Nota Keuangan dan RAPBN 2014 4-1

BAB 4 ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT

4. 1 Umum

Sebagai salah satu instrumen utama kebijakan iskal, kebijakan dan alokasi anggaran belanja negara, termasuk kebijakan anggaran belanja pemerintah pusat, menempati posisi yang sangat strategis dalam mendukung akselerasi pembangunan yang inklusif, berkelanjutan dan berdimensi kewilayahan untuk mencapai dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Hal tersebut sesuai dengan visi, misi, dan platform Presiden terpilih, sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN tahun 2010–2014. Melalui kebijakan dan alokasi anggaran belanja negara, pemerintah dapat secara langsung berperan aktif dalam mencapai berbagai tujuan dan sasaran program pembangunan di segala bidang kehidupan, termasuk dalam mempengaruhi alokasi sumber daya ekonomi antarkegiatan, antarprogram, antarsektor dan antarfungsi pemerintahan, mendukung stabilitas ekonomi, serta menunjang distribusi pendapatan yang lebih merata. Anggaran belanja pemerintah pusat setidaknya memiliki dua peran yang sangat penting dalam pencapaian tujuan nasional, terutama tujuan yang terkait dengan peningkatan kesejahteraan rakyat. Pertama, besaran dan komposisi belanja pemerintah pusat dalam operasi fiskal Pemerintah, memiliki dampak yang signiikan pada permintaan agregat yang merupakan penentu output nasional, serta dapat mempengaruhi alokasi dan eisiensi sumber daya ekonomi dalam perekonomian. Kedua, berkaitan dengan ketersediaan dana untuk melaksanakan ketiga fungsi ekonomi pemerintah, yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi. Oleh karena itu, kualitas kebijakan dan alokasi anggaran belanja pemerintah pusat, menempati posisi yang sangat strategis dalam mendukung pencapaian tujuan-tujuan nasional sebagaimana digariskan, baik dalam rencana pembangunan jangka panjang, jangka menengah maupun rencana pembangunan tahunan. Lebih lanjut, kualitas kebijakan dan alokasi yang representatif juga mendorong persepsi positif dari para pengambil keputusan bisnis, yang berarti dapat berdampak positif terhadap perekonomian secara umum. Peranan belanja pemerintah pusat terkait fungsi alokasi dilakukan melalui pendanaan untuk berbagai program dan kegiatan investasi produktif, baik belanja untuk penyediaan berbagai infrastruktur, maupun untuk membiayai berbagai pengeluaran atau belanja barang dan jasa pemerintah dalam mendorong permintaan agregat. Selain itu, peranan belanja pemerintah pusat dapat dialokasikan dalam rangka penyediaan barang-barang publik public goods, mengatasi eksternalitas dari climate changes, dan untuk menyehatkan persaingan pasar. Kebijakan alokasi anggaran belanja pemerintah pusat juga dapat berperan sebagai stabilisator bagi perekonomian atau menjadi sarana kebijakan countercyclical yang efektif dalam meredam siklus bisnis atau gejolak ekonomi. Apabila kondisi perekonomian sedang mengalami kelesuan usaha dan perlambatan aktivitas bisnis akibat resesi atau bahkan depresi, besaran dan kebijakan alokasi anggaran belanja negara, termasuk belanja pemerintah pusat, perlu dirancang lebih ekspansif agar mampu berperan dalam memberikan stimulasi pada pertumbuhan ekonomi serta menjaga stabilitas dan memperkuat fundamental ekonomi makro. Sebaliknya, pada saat kondisi ekonomi Bab 4 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Nota Keuangan dan RAPBN 2014 4-2 terlalu ekspansif overheating, kebijakan dan alokasi anggaran belanja pemerintah pusat dapat dijadikan alat kebijakan yang efektif dalam mendinginkan roda kegiatan perekonomian menuju kondisi yang lebih kondusif. Peranan terkait fungsi stabilisasi, yang mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental ekonomi dilakukan dengan kebijakan iskal yang ekspansif melalui pengalokasian stimulus iskal bagi perekonomian, seperti peningkatan anggaran secara signiikan untuk mendukung pembangunan infrastruktur. Selanjutnya, peranan terkait fungsi distribusi dilakukan melalui dukungan untuk pemberdayaan berbagai kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah, kurang beruntung atau berkemampuan ekonomi terbatas. Peranan tersebut diwujudkan dalam berbagai bentuk pembayaran transfer antara lain berupa bantuan langsung seperti program keluarga harapan PKH, alokasi anggaran bagi program-program dan kegiatan-kegiatan yang mendukung upaya pengentasan kemiskinan, pemerataan kesempatan kerja, dan kesempatan berusaha. Implementasi dari langkah tersebut antara lain adalah program nasional pemberdayaan masyarakat PNPM, maupun berbagai program perluasan kesempatan memperoleh pelayanan dasar di bidang pendidikan dan kesehatan seperti bantuan operasional sekolah BOS dan program jaminan kesehatan untuk masyarakat. Termasuk dalam fungsi ini, penyediaan berbagai jenis subsidi, baik subsidi harga barang-barang kebutuhan pokok price subsidies, maupun subsidi langsung ke objek sasaran targeted subsidies. Dalam prakteknya, pelaksanaan tiga fungsi tersebut tidak bisa berjalan sendiri-sendiri tetapi bersifat sinergi dan didasarkan prioritas. Pelaksanaan ketiga fungsi ekonomi Pemerintah tersebut secara sinergi, selain memainkan peranan yang sangat strategis dalam meningkatkan kinerja ekonomi makro; juga dapat mendukung tercapainya perbaikan dan penguatan fundamental perekonomian, seperti mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, mengendalikan inlasi dan menjaga stabilitas ekonomi khususnya stabilitas harga, menciptakan dan memperluas lapangan kerja produktif untuk menurunkan tingkat pengangguran, serta memperbaiki distribusi pendapatan dalam mengurangi tingkat kemiskinan. Selain itu, pelaksanaan ketiga fungsi ekonomi Pemerintah tersebut secara optimal juga dapat meningkatkan eisiensi dari anggaran Pemerintah, peningkatan daya saing ekonomi, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kualitasnya. Dalam prakteknya untuk tahun 2014, penyusunan kebijakan dan alokasi anggaran belanja negara mengacu pada prioritas, program dan kegiatan yang tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah RKP tahun 2014, yang merupakan penjabaran terakhir dari pelaksanaan RPJMN tahun 2010–2014. Untuk itu, desain dari kebijakan dan alokasi belanja negara tahun 2014 juga diarahkan pada pencapaian prioritas utama dan strategi RPJMN 2010–2014 yang ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi Iptek serta penguatan daya saing perekonomian. Prioritas utama dan strategi yang sejalan dengan fungsi-fungsi pemerintah tersebut akan dicapai melalui penguatan pelaksanaan empat pilar strategi yang meliputi: pembangunan yang berpihak pada pertumbuhan pro-growth, berpihak pada lapangan pekerjaan pro-job, berpihak pada pengurangan kemiskinan pro-poor, serta berpihak pada pengelolaan yang ramah lingkungan pro-environment . Dengan demikian, pembangunan yang dilaksanakan bersifat inklusif, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan. Selain itu, prioritas utama dan strategi RPJMN 2010-2014 juga dilakukan dalam rangka pelaksanaan lima agenda