TRANSFER KE DAERAH 528,6 BELANJA NEGARA

Bab 7 Proyeksi APBN Jangka Menengah Nota Keuangan dan RAPBN 2014 7-28 Jika dicermati lebih lanjut, target pajak dalam negeri dalam RAPBN 2014 turun sebesar Rp51,6 triliun atau 3,9 persen dibandingkan target dalam KPJM 2014. Hal ini terjadi sebagai dampak penyesuaian asumsi dasar makro ekonomi yang menyebabkan target pendapatan pajak dalam negeri terkoreksi sebesar Rp65,3 triliun, namun kebijakan-kebijakan Pemerintah di bidang perpajakan seperti penyempurnaan peraturan perpajakan, perluasan basis pajak, penyempurnaan administrasi perpajakan dan penguatan penegakan hukum bagi penyelundup pajak tax evation diproyeksikan dapat meningkatkan penerimaan pajak dalam negeri sebesar Rp13,7 triliun. Target pendapatan pajak internasional pada RAPBN 2014 diperkirakan sebesar Rp53,9 triliun,atau naik sebesar Rp4,0 triliun dibandingkan dengan target pada KPJM 2014. Hal ini diakibatkan meningkatnya target bea masuk sebagai dampak penyesuaian asumsi dasar ekonomi makro, yang diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan penurunan target bea keluar sebagai dampak kebijakan pemerintah terkait penghiliran CPO dan juga kecenderungan penurunan harga CPO internasional. Penyesuaian asumsi dasar makro ekonomi juga berdampak terhadap turunnya target PNBP pada RAPBN 2014 yang berasal dari pendapatan SDA migas sebesar Rp27,3 triliun. Namun, kebijakan pemerintah di bidang PNBP seperti inventarisasi potensi PNBP di KL, penyempurnaan peraturan terkait jenis dan tarif PNBP, serta penyempurnaan mekanisme pengeloaan PNBP, diharapkan dapat meningkatkan penerimaan yang berasal dari PNBP lainna sebesar Rp21,6 triliun. Demikian pula kebijakan terkait BUMN antara lain optimalisasi pay out ratio deviden BUMN, peningkatan return on investment seiring peningkatan capital expenditure, serta peningkatan kinerja BUMN diharapkan dapat meningkatkan penerimaan sebesar Rp3,7 triliun. Pada sisi belanja negara, RAPBN 2014 mencantumkan alokasi sebesar Rp1.816,7 triliun, atau lebih rendah sebesar 2,5 persen dibandingkan dengan MTBF 2014. Dalam RAPBN 2014, besaran belanja KL mengalami kenaikan sebesar 1,8 persen, sedangkan belanja non KL mengalami penurunan sebesar 8,6 persen, yang antara lain disebabkan oleh penyesuaian harga BBM bersubsidi pada pertengahan tahun 2013 sehingga kebutuhan alokasi untuk subsidi BBM juga akan mengalami penurunan. Dengan demikian, besaran deisit pada RAPBN 2014 sebesar 1,49 persen terhadap PDB, atau 0,05 persen lebih tinggi dibandingkan dengan MTBF 2014, yang kemudian keseluruhan tambahan alokasi untuk pembiayaan ini direncanakan melalui pembiayaan dalam negeri. Jika dicermati lebih lanjut, alokasi belanja pemerintah pusat pada KPJM 2014 sebesar Rp1.278,2 triliun, turun menjadi sebesar Rp1.230,3 triliun dalam RAPBN 2014. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, 1 perkembangan belanja KL dari Rp602,1 triliun KPJM 2014 naik menjadi Rp612,7 triliun pada RAPBN 2014 dan 2 perkembangan belanja non KL dari Rp676,1 triliun KPJM 2014 turun menjadi Rp617,7 triliun RAPBN 2014. Tabel 7.7 menunjukkan besaran KPJM 2014 untuk belanja KL sebesar Rp602,1 triliun terdiri atas angka baseline sebesar Rp594,3 triliun dan alokasi new initiatives sebesar Rp7,8 triliun. Sementara itu, alokasi untuk RAPBN 2014 sebesar Rp612,7 triliun, terdiri atas besaran baseline sebesar Rp515,1 triliun dan alokasi new initiatives sebesar Rp97,6 triliun. Dengan demikian, untuk belanja KL, alokasi baseline turun sebesar Rp79,2 triliun, sedangkan alokasi new initiatives naik sebesar Rp89,8 triliun.