Umum KINERJA EKONOMI MAKRO

Bab 2 Kinerja Ekonomi Makro Nota Keuangan dan RAPBN 2014 2-2 Berbagai perkembangan ekonomi terkini, baik dari sisi global maupun domestik tersebut, digunakan sebagai dasar untuk menyusun asumsi dasar ekonomi makro, yang selanjutnya dijadikan dasar perhitungan postur RAPBN 2014.

2.2 Perkembangan Ekonomi 2008–2013

2.2.1 Evaluasi Kinerja Ekonomi 2008–2012

Perekonomian Dunia dan Regional Perkembangan ekonomi global sepanjang periode 2008 hingga 2012 diwarnai dengan gejolak perekonomian terutama yang berlangsung di negara-negara kawasan Eropa dan Amerika Serikat. Krisis subprime mortgage di Amerika Serikat AS pada periode 2008-2009 menjadi catatan peristiwa ekonomi penting dalam perkembangan perekonomian dunia hingga saat ini. Krisis tersebut cukup mengguncang pasar keuangan dunia dan berimbas ke negara-negara lainnya di berbagai kawasan. Krisis tersebut berlanjut hingga menyebabkan ekonomi global mengalami kontraksi. Laju pertumbuhan ekonomi global yang pada tahun 2007 mencapai 5,4 persen, kemudian mulai melambat pada tahun 2008 menjadi 2,8 persen, dan akhirnya tumbuh negatif 0,6 persen pada tahun 2009. Respon kebijakan yang diambil baik secara individual maupun kolektif di berbagai kawasan, mampu mendorong pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2010, sehingga tumbuh 5,2 persen. Namun, paket kebijakan stimulus yang diluncurkan sebagai respon terhadap krisis tahun 2008-2009, tidak disertai dengan pengelolaan iskal secara hati-hati sehingga negara-negara di kawasan Eropa menghadapi beban utang pemerinah yang tinggi. Permasalahan utang negara- negara di kawasan Eropa kembali membawa perekonomian dunia menghadapi risiko pelemahan ekonomi global. Pada saat yang sama, negara-negara utama dunia lainnya juga dihadapkan pada tantangan ekonomi masing-masing. Paket kebijakan stimulus di Amerika Serikat belum mampu memberikan dampak peningkatan pertumbuhan yang memadai. Sementara itu, Jepang pada tahun 2011 dilanda bencana tsunami dan reaktor nuklir yang telah mengganggu aktivitas produksi dan perdagangan sehingga mengalami kontraksi ekonomi. Kondisi tersebut mengakibatkan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2011 mengalami perlambatan, yaitu dari 5,3 persen pada tahun sebelumnya menjadi 3,9 persen lihat Graik 2.1 Pada tahun 2012, pemulihan perekonomian dunia tidak berjalan sesuai perkiraan sebelumnya. Tekanan yang terjadi di negara-negara maju dan negara berkembang mengakibatkan perekonomian global kembali melambat dan hanya mencapai 3,1 persen pada tahun 2012. Perekonomian AS dan Jepang pada tahun tersebut tumbuh cukup baik, namun tidak cukup kuat untuk menahan kontraksi ekonomi yang terjadi di kawasan Eropa. 2,8 -0,6 5,3 3,9 3,1 0,0 -3,6 3,2 1,7 1,2 6,0 2,8 7,5 6,2 4,9 -6 -4 -2 2 4 6 8 10 2008 2009 2010 2011 2012 , yoy GRAFIK 2.1 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA, 2008–2012 Dunia Negara Maju Negara Berkembang Sumber: World Economic Outlook - IMF, Juli 2013 Bab 2 2-3 Kinerja Ekonomi Makro Nota Keuangan dan RAPBN 2014 Sementara itu, negara-negara emerging markets selama periode 2008-2012 juga mengalami tren perkembangan yang sama dengan negara maju. Cina merupakan salah satu dari sedikit negara yang tetap mampu mencapai pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi di saat krisis ekonomi global 2008 dan 2009, yaitu masing-masing mencapai sebesar 9,6 persen dan 9,2 persen. Pada tahun 2010, Cina terus berakselerasi hingga mampu mencapai pertumbuhan ekonomi 10,4 persen. Kekuatan perekonomian Cina pada periode tersebut, selain ditopang oleh tingginya aktivitas ekspor serta investasi, juga didukung oleh kebijakan stimulus yang ditempuh oleh Pemerintah Cina. Meskipun demikian, pada tahun 2011, perekonomian Cina mulai merasakan dampak negatif dari krisis utang di Kawasan Eropa. Pertumbuhan ekonomi Cina pada tahun 2011 mengalami perlambatan menjadi 9,3 persen, dan berlanjut pada tahun 2012, di mana ekonomi China hanya mampu tumbuh sebesar 7,8 persen, yang merupakan pertumbuhan ekonomi terendah dalam 12 tahun terakhir. Tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di Chna, perekonomian India mengalami pertumbuhan yang luktuatif dalam lima tahun terakhir. Perekonomian India tumbuh 6,2 persen pada tahun 2008, dan 5,0 persen pada tahun 2009. Bahkan, pada tahun 2010, ekonomi India mencatat pertumbuhan ekonomi dua digit, sebesar 11,2 persen. Namun, pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi India mulai melambat dan hanya tumbuh sebesar 7,7 persen, dan berlanjut melambat menjadi 4,0 persen pada tahun 2012. Melambatnya laju pertumbuhan India tersebut disebabkan oleh melemahnya kinerja sektor manufaktur sebagai imbas krisis yang terjadi di negara-negara maju. Sementara itu, pelemahan ekonomi di negara-negara maju berimplikasi negatif pada kinerja perdagangan dunia. Penurunan permintaan ekspor dari negara-negara maju selanjutnya menyebabkan pola perdagangan dunia ikut mengalami perlambatan. Setelah mengalami proses pemulihan pasca krisis 2009, pertumbuhan volume perdagangan dunia naik ke level tertinggi sebesar 12,9 persen pada tahun 2010. Memasuki tahun 2011, menurunnya permintaan dari negara-negara maju akibat krisis yang terjadi di kawasan Eropa serta perlambatan ekonomi AS mengakibatkan volume perdagangan global mengalami penurunan menjadi 6,0 persen pada tahun 2011. Pada tahun 2012, relatif lemahnya permintaan global telah mengakibatkan perlambatan pertumbuhan volume perdagangan dunia, sehingga turun menjadi 2,5 persen lihat Graik 2.2. Krisis perekonomian global yang terjadi pada tahun 2008–2009 juga telah menyebabkan harga komoditas mengalami penurunan yang cukup signiikan. Pada tahun 2009, harga komoditas minyak mentah internasional turun hingga 36,3 persen, sementara harga komoditas pangan dan industri turun 15,7 persen. Pada tahun 2011, kenaikan harga-harga komoditas di pasar global masih berlanjut akibat melemahnya pasokan serta membaiknya aktivitas perdagangan dunia. Melemahnya pasokan 2,9 -10,5 12,9 6,0 2,5 -15,0 -10,0 -5,0 0,0 5,0 10,0 15,0 2008 2009 2010 2011 2012 , yoy Sumber: World Economic Outlook - IMF, Juli 2013 GRAFIK 2.2 PERTUMBUHAN VOLUME PERDAGANGAN DUNIA, 2008–2012