Proyeksi Pendapatan Negara PEMBIAYAAN LUAR NEGERI neto 16,9

Bab 7 Nota Keuangan dan RAPBN 2014 7-9 Proyeksi APBN Jangka Menengah Pendapatan bea masuk dalam periode 2015―2017 diperkirakan mengalami pertumbuhan rata- rata 4,5 persen per tahun. Rendahnya pertumbuhan rata-rata bea masuk antara lain disebabkan oleh sudah semakin banyak jenis barang impor yang dikenakan tarif nol persen akibat adanya perjanjian bilateral dan multilateral antara Indonesia dengan negara-negara sahabat seperti Jepang, India, Cina, dan lain-lain, walaupun di lain sisi volume impor meningkat dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat cenderung stabil. Pendapatan bea keluar dalam periode 2015―2017 diperkirakan mengalami pertumbuhan negatif 2,5 persen. Rendahnya pertumbuhan untuk bea keluar terutama disebabkan oleh tren perkembangan harga CPO serta turunannya di pasar internasional dan kebijakan tarif CPO dan turunannya dalam rangka penghiliran CPO. Suksesnya kebijakan penghiliran CPO yang dilakukan Pemerintah sejak tahun 2010 akan berimbas pada rendahnya pendapatan bea keluar atas CPO untuk tahun-tahun berikutnya. Ekspor CPO diperkirakan akan semakin berkurang, sebaliknya ekspor turunan CPO yang memiliki nilai tambah lebih tinggi diperkirakan akan semakin meningkat. Selain itu, larangan melakukan ekspor barang tambang mentah sesuai amanat UU Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Mineral dan Batubara juga membatasi potensi pendapatan bea keluar, terutama atas ekspor barang tambang. Sesuai dengan tujuan utamanya, pemungutan bea keluar diarahkan untuk 1 menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri; 2 melindungi kelestarian sumber daya alam; 3 mengantisipasi kenaikan harga yang cukup drastis dari komoditi ekspor tertentu di pasaran internasional; dan 4 menjaga stabilitas harga komoditi tertentu di dalam negeri. Perkembangan dan proyeksi penerimaan perpajakan 2008―2017 disajikan pada Graik 7.1. Proyeksi Penerimaan Negara Bukan Pajak Dalam periode 2015—2017, besaran PNBP diproyeksikan untuk cenderung stabil. Hal ini diakibatkan oleh kecenderungan menurunnya penerimaan SDA migas, sejalan dengan kondisi bahwa penerimaan SDA migas masih mendominasi PNBP secara keseluruhan. Ke depan 2 4 6 8 10 12

14 16

500 1.000 1.500 2.000 2.500 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 GRAFIK 7.1 PERKEMBANGAN DAN PROYEKSI PENERIMAAN PERPAJAKAN, 2008-2017 Penerimaan Perpajakan thd PDB Sumber: Kementerian Keuangan triliun Rp Bab 7 Proyeksi APBN Jangka Menengah Nota Keuangan dan RAPBN 2014 7-10 proyeksi PNBP masih akan tergantung pada asumsi dasar ekonomi makro seperti harga minyak mentah internasional, nilai tukar, dan lifting migas. Perkembangan dan proyeksi PNBP dalam periode 2008—2017 disajikan dalam Graik 7.2. Proyeksi PNBP SDA migas dalam periode 2015―2017 sangat dipengaruhi oleh proyeksi asumsi dasar ekonomi makro seperti ICP, nilai tukar, dan lifting migas. Walaupun ICP dan nilai tukar diproyeksikan stabil dengan kecenderungan sedikit meningkat dalam periode tersebut, lifting minyak bumi diproyeksikan menurun drastis dari 970 ribu barel per hari di tahun 2015 menjadi 930 ribu barel per hari di tahun 2017, walaupun di sisi lain, lifting gas bumi dalam periode tersebut diperkirakan meningkat. Kondisi tersebut menyebabkan penerimaan SDA migas dalam tahun 2015―2017 diperkirakan menurun dari Rp188,3 triliun di 2015 menjadi Rp175,0 triliun di 2017. Sementara itu, pendapatan SDA nonmigas yang terdiri atas pendapatan pertambangan mineral dan batu bara, kehutanan, perikanan, dan panas bumi diproyeksikan akan meningkat, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 5,0 persen. Pendapatan pertambangan mineral dan batu bara diproyeksikan tumbuh 5,0 persen. Secara umum kebijakan Pemerintah dalam jangka menengah masih mengenai langkah optimalisasi pendapatan dari produksi barang tambang mineral dan batubara dengan meningkatkan produksi dan pemasaran untuk mineral dan batubara. Selain itu, Pemerintah juga akan tetap melakukan renegosiasi kontrak karya KK dan perjanjian karya pengusaha batubara PKP2B terkait tarif yang berlaku untuk sektor pertambangan batubara. Pendapatan kehutanan juga diproyeksikan untuk meningkat, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 5,0 persen. Untuk dapat mencapai target pendapatan SDA kehutanan, Pemerintah akan menempuh kebijakan-kebijakan yang bersifat jangka panjang seperti meningkatkan kualitas SDM yang mengelola PNBP SDA kehutanan melalui berbagai pelatihan 1 2 3 4 5 6 7 50 100 150 200 250 300 350 400 450 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 GRAFIK 7.2 PERKEMBANGAN DAN PROYEKSI PNBP, 2008-2017 PNBP thd PDB Sumber: Kementerian Keuangan triliun Rp Bab 7 Nota Keuangan dan RAPBN 2014 7-11 Proyeksi APBN Jangka Menengah dan bimbingan teknis. Selain itu, Pemerintah juga akan terus melakukan optimalisasi untuk kawasan hutan tanaman industri HTI serta optimalisasi dengan penggunaan kawasan hutan. Pendapatan perikanan juga diproyeksikan untuk meningkat, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 5,0 persen. Secara umum kebijakan Pemerintah terkait PNBP SDA perikanan adalah melakukan ekstensiikasi dan intensiikasi peningkatan PNBP melalui kajian tentang potensi perikanan, penyediaan lahan industri di pelabuhan perikanan, dan meningkatkan sarana dan prasarana di pelabuhan perikanan. Selain itu, Pemerintah juga akan melakukan perbaikan terutama pada metode perhitungan PNBP perikanan. Selain itu, pendapatan panas bumi dalam jangka menengah diproyeksikan stabil. Namun, Pemerintah tetap akan melanjutkan kebijakan pemberian fasilitas pajak DTP untuk sektor panas bumi sehingga dapat terus mendorong investasi dalam pengembangan panas bumi. Selain itu, Pemerintah juga akan meningkatkan monitoring terhadap kegiatan pengusahaan panas bumi dalam rangka optimalisasi PNBP SDA panas bumi. Pendapatan bagian laba BUMN dalam jangka menengah diproyeksikan meningkat secara signiikan sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kebijakan perbaikan kinerja BUMN. Pendapatan bagian laba BUMN diproyeksikan dapat tumbuh rata-rata 6,4 persen per tahun dalam periode 2015―2017. Peningkatan tersebut ditempuh melalui peningkatan kinerja BUMN dan menetapkan pay out ratio dividen BUMN sesuai dengan kemampuan keuangan BUMN. PNBP lainnya terdiri dari pendapatan atas kegiatan penjualan hasil tambang, pendapatan kegiatan hulu migas atau domestic market obligation DMO, serta pendapatan lain yang pemungutannya dilakukan oleh KL. Dalam jangka menengah 2015―2017 pendapatan PNBP lainnya diproyeksikan tumbuh sebesar 3,3 persen. Pertumbuhan pada PNBP lainnya disebabkan oleh meningkatnya penerimaan dari penjualan hasil tambang dan PNBP dari KL, walaupun pendapatan DMO sebagai salah satu penyumbang terbesar dari PNBP lainnya diproyeksikan mengalami pertumbuhan negatif sejalan dengan turunnya proyeksi pendapatan SDA migas. Selain itu, terkait dengan PNBP yang dipungut oleh KL, Pemerintah akan terus melakukan kebijakan ekstensiikasi dan intensiikasi PNBP dalam jangka menengah melalui inventarisasi potensi PNBP pada KL dan perbaikan peraturan perundang-undangan di bidang PNBP, terutama mengenai PP atas tarif pungutan PNBP pada KL dan revisi UU Nomor 20 Tahun 1997 Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak. Dalam jangka menengah 2015―2017, pendapatan BLU diproyeksikan tumbuh 3,1 persen. Pertumbuhan pada pendapatan BLU secara umum lebih diakibatkan dari semakin banyaknya satker pada KL yang berubah menjadi BLU. Hal ini disebabkan karena penggunaan mekanisme BLU memberikan leksibilitas pengelolaan keuangan pada satker tersebut sehingga dapat lebih optimal dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, Pemerintah juga akan terus menyempurnakan mekanisme pengelolaan PNBP dan pendapatan BLU agar semakin akuntabel terhadap pelaksanaan pemungutan dan penyetorannya ke kas negara. Proyeksi Penerimaan Hibah Penerimaan hibah dalam APBN tergantung kepada komitmen negara donor untuk mencairkan hibah dan komitmen KL penerima hibah untuk melaporkan hibah yang diterimanya. Sumber penerimaan hibah sebagian besar bersumber dari hibah luar negeri baik yang diterima dari negara donor maupun lembaga internasional. Oleh karena itu, proyeksi penerimaan hibah dalam jangka menengah sulit untuk dilakukan. Berdasarkan laporan sementara dari rencana Bab 7 Proyeksi APBN Jangka Menengah Nota Keuangan dan RAPBN 2014 7-12 hibah yang akan diterima KL, dalam periode 2015―2017, hibah terencana yang diperkirakan akan diterima Pemerintah Indonesia cenderung menurun, yaitu dari Rp3,4 triliun 2015 menjadi Rp1,2 triliun 2017. Hibah terencana yang telah dilaporkan akan diterima oleh Pemerintah Indonesia dalam periode 2015―2017, merupakan hibah yang berstatus on going atau multiyears yang berkaitan dengan program energi dan lingkungan hidup seperti penanganan climate change , pengurangan emisi di perkotaan, pelestarian hutan, dan eisiensi energi. Perkembangan dan proyeksi penerimaan hibah dalam periode 2008—2017 disajikan dalam Graik 7.3.

7.2.3 Proyeksi Belanja Negara

Kebijakan Belanja Pemerintah Pusat Dalam periode jangka menengah 2015—2017, kebijakan belanja pemerintah pusat akan disusun dengan mengacu pada rencana pembangunan jangka menengah nasional RPJMN 2015—2019. RPJMN 2015—2019 yang merupakan tahapan ketiga dari rencana pembangunan jangka panjang nasional RPJPN 2005—2025, juga akan disusun dengan mengacu pada visi dan misi Presiden terpilih pada Pemilu 2014 mendatang. Berdasarkan pentahapan skala prioritas dan strategi jangka menengah yang dimuat dalam RPJPN 2005—2025, RPJMN 2015—2019 akan difokuskan pada upaya pemantapan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis sumber daya alam yang tersedia, sumber daya manusia yang berkualitas, serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, kebijakan belanja pemerintah pusat juga mengacu kepada direktif-direktif Presiden yang memiliki time frame jangka menengah, seperti dukungan terhadap pelaksanaan masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia MP3EI dan masterplan percepatan dan perluasan pengurangan kemiskinan Indonesia MP3KI. Kebijakan-kebijakan belanja Pemerintah Pusat jangka menengah tersebut diambil sebagai upaya pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan menjamin pemerataan growth with equity. Secara umum, kebijakan belanja pemerintah pusat dalam periode 2015—2017 sebagai berikut. Pertama , mendukung pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan yang efektif dan eisien, antara lain melalui pemantapan penerapan performance based budgeting PBB dan medium term expenditure framework MTEF dalam rangka penguatan kualitas belanja quality of spending, termasuk perbaikan sistem penganggaran multiyears. Kedua, mendukung pelaksanaan program-program pembangunan untuk mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan, antara lain melalui: peningkatan alokasi belanja 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 GRAFIK 7.3 PERKEMBANGAN DAN PROYEKSI PENERIMAAN HIBAH, 2008-2017 Sumber: Kementerian Keuangan triliun Rp Bab 7 Nota Keuangan dan RAPBN 2014 7-13 Proyeksi APBN Jangka Menengah produktif, terutama untuk mendukung pelaksanaan MP3EI 2011—2025 dan melanjutkan kesinambungan program pro rakyat 4 klaster penanggulangan kemiskinan serta sinergi antar klaster dalam rangka mendukung MP3KI. Ketiga, mempertahankan alokasi anggaran pendidikan sebesar 20 persen terhadap total belanja negara dalam rangka penyediaan pendidikan yang berkualitas, mudah, dan murah. Keempat, memberikan dukungan terhadap kegiatan konservasi lingkungan pro environment, dan pengembangan energi terbarukan. Kelima, melanjutkan kebijakan subsidi yang eisien dengan penerima subsidi yang tepat sasaran. Keenam, melaksanakan Sistem Jaminan Sosial Nasional. Perkembangan dan proyeksi belanja pemerintah pusat dalam periode 2008—2017 disajikan pada Graik 7.4. Secara umum, kebijakan belanja kementerian negaralembaga KL dalam periode 2015—2017 adalah Pertama, memperbaiki daya serap dan kualitas belanja KL melalui, antara lain, 1 perbaikan penyelesaian dokumen anggaran yang mencakup ketepatan waktu, kelengkapan dokumen, dan mekanisme revisi anggaran; 2 proses pelelangan lebih awal; 3 pemantauan proyek dan kegiatan secara lebih intensif; 4 penerapan kebijakan reward and punishment secara transparan, profesional, dan konsisten. Kedua, melakukan monitoring dan evaluasi kinerja KL dalam rangka meningkatkan kualitas perencanaan dan pelaksanaan anggaran. Ketiga, memperbaiki sistem penganggaran melalui penerapan penganggaran berbasis kinerja dan kerangka pengeluaran jangka menengah. Keempat , belanja KL harus dimanfaatkan oleh para pimpinan KL untuk 1 melaksanakan tugas pokok KL, guna mencapai sasaran pembangunan yang telah ditetapkan Pemerintah; 2 memperbaiki akuntabilitas laporan pertanggungjawaban keuangan masing-masing KL; 3 eisiensi anggaran pendidikan, utamanya belanja perjalanan dinas. Kelima, refocusing program dan anggaran. Keenam, menghindari duplikasi program. Sementara itu dalam rangka meningkatkan fungsi, peran, dan kualitas APBN, Pemerintah juga melakukan langkah-langkah administratif di antaranya adalah 1 melanjutkan program reformasi birokrasi termasuk pemberian remunerasi untuk memperbaiki kinerja aparatur negara, serta peningkatan kualitas pelayanan publik; 2 meningkatkan eisiensi dan efektivitas belanja negara termasuk belanja pendidikan; 3 realokasi kegiatan dari BA 999 ke KL dalam rangka transparansi dan akuntabilitas; 4 eisiensi belanja overheadimplementasi lat policy; dan 5 upaya percepatan pelaksanaan anggaran; 6 meningkatkan governance penyelesaian dokumen anggaran dengan membagi - 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 16,0 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 GRAFIK 7.4 PERKEMBANGAN DAN PROYEKSI BELANJA PEMERINTAH PUSAT, 2008-2017 BELANJA KL BELANJA NON KL BEL. PEMERINTAH PUSAT thd PDB Sumber: Kementerian Keuangan triliun Rp