Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal PENDAHULUAN

Bab 1 Pendahuluan Nota Keuangan dan RAPBN 2014 1-8 Oleh karena itu, strategi yang ditempuh dalam perumusan kebijakan iskal diarahkan untuk tetap memberikan ruang bagi ditempuhnya kebijakan stimulus iskal secara terukur guna mendorong upaya akselerasi pertumbuhan ekonomi sekaligus perbaikan pemerataan hasil pembangunan nasional dengan tetap menjaga kesinambungan iskal. Sehubungan dengan itu, langkah-langkah yang akan ditempuh adalah 1 memberikan insentif iskal untuk kegiatan ekonomi strategis; 2 mendorong pembangunan infrastruktur; 3 meningkatkan kinerja BUMN dalam mendukung pembangunan infrastruktur, pemberdayaan koperasi, usaha mikro, kecil, dan menengah KUMKM; serta 4 memanfaatkan utang untuk belanja produktif. Secara umum, kebijakan iskal tahun 2014 masih bersifat ekspansif dalam rangka menjaga momentum pertumbuhan dengan tetap mengendalikan deisit dalam batas aman. Kebijakan tersebut diwujudkan melalui 1 kebijakan pendapatan negara; 2 kebijakan belanja negara; dan 3 kebijakan deisit dan pembiayaan anggaran. Pengelolaan kebijakan iskal yang sehat dan berkesinambungan diharapkan dapat menjaga sentimen positif para pelaku pasar dan mendorong peningkatan eisiensi dan efektivitas belanja negara sehingga memberikan dampak multiplier yang positif bagi perekonomian nasional. Kebijakan pendapatan negara tahun 2014 akan diarahkan untuk mengoptimalkan penerimaan dari bidang perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak PNBP. Di bidang perpajakan, kebijakan dan langkah penting yang akan ditempuh dalam tahun 2014, antara lain 1 penyempurnaan peraturan perpajakan untuk lebih memberi kepastian hukum serta perlakuan yang adil dan wajar; 2 penyempurnaan kebijakan insentif perpajakan untuk mendukung iklim usaha dan investasi; 3 penyempurnaan sistem administrasi perpajakan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak; 4 perluasan basis pajak dan penyesuaian tarif; serta 5 penguatan penegakan hukum bagi penyelundup pajak tax evation. Sementara itu, kebijakan di bidang kepabeanan dan cukai antara lain terdiri dari: 1 ekstensiikasi barang kena cukai; dan 2 penyesuaian tarif cukai hasil tembakau. Selanjutnya, pokok-pokok kebijakan PNBP di tahun 2014 antara lain: 1 peningkatan PNBP migas dan nonmigas; 2 peningkatan kinerja badan usaha milik negara BUMN agar dapat berkontribusi lebih besar dalam dividen BUMN; serta 3 terus melakukan upaya inventarisasi, intensiikasi, dan ekstensiikasi PNBP KL. Optimalisasi PNBP tersebut juga akan disertai dengan optimalisasi pendapatan badan layanan umum BLU. Kebijakan belanja negara dalam tahun 2014 diharapkan mampu menstimulasi perekonomian dengan tetap mengendalikan deisit dalam batas aman, mengendalikan keseimbangan primer primary balance sekaligus menjaga kesinambungan iskal. Prioritas pembangunan yang akan dilaksanakan Pemerintah diharapkan dapat memantapkan perekonomian nasional bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Sejalan dengan RKP 2014, pelaksanaan kebijakan belanja negara tahun 2014 secara substansial dan konsisten tetap diarahkan pada empat pilar yaitu: 1 mendukung terjaganya pertumbuhan ekonomi pada level yang cukup tinggi pro growth; 2 meningkatkan produktivitas dalam kerangka perluasan kesempatan kerja pro job; 3 meningkatkan dan memperluas program pengentasan kemiskinan pro poor; dan 4 mendukung pembangunan yang berwawasan lingkungan pro environment. Belanja negara terdiri atas belanja Pemerintah Pusat dan transfer ke daerah. Arah dan kebijakan belanja Pemerintah Pusat pada RAPBN tahun 2014 akan difokuskan antara lain pada upaya untuk 1 mendukung pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan yang efektif dan efisien; 2 mendukung pelaksanaan program pembangunan untuk mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan; 3 mendukung peningkatan pertahanan dan keamanan; Bab 1 Nota Keuangan dan RAPBN 2014 1-9 Pendahuluan 4 menyusun kebijakan subsidi yang lebih tepat sasaran serta pengembangan energi baru dan terbarukan; 5 melaksanakan pendidikan yang berkualitas serta meningkatkan kemudahan akses pendidikan dan terjangkau bagi masyarakat; 6 mendukung pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional; dan 7 mendukung pelaksanaan Pemilu 2014 yang lancar, demokratis, dan aman untuk menjaga stabilitas nasional. Sementara itu, arah kebijakan transfer ke daerah tahun 2014 antara lain meliputi 1 meningkatkan kapasitas iskal daerah serta mengurangi kesenjangan iskal antara pusat dan daerah serta antardaerah; 2 meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antardaerah; dan 3 meningkatkan perhatian terhadap pembangunan di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan. Selanjutnya, untuk mendukung arah dan kebijakan belanja Pemerintah Pusat dalam RAPBN 2014, Pemerintah terus berkomitmen untuk meningkatkan kualitas belanja quality of spending . Langkah utama yang ditempuh adalah melalui peningkatan efisiensi dan efektivitas belanja negara, yang dilakukan melalui perbaikan struktur belanja negara agar menjadi lebih produktif serta eisien dalam mendukung pencapaian target secara optimal. Beberapa kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan efisiensi di antaranya adalah 1 eisiensi subsidi BBM melalui pengendalian konsumsi BBM bersubsidi, peningkatan program konversi BBM, program pembangunanpengembangan gas kota, dan pemakaian bahan bakar nabati BBN; 2 eisiensi belanja perjalanan dinas, seminar, dan konsinyering; serta 3 penerapan kebijakan lat policy belanja barang operasional. Sementara itu, peningkatan efektivitas dilakukan dengan memperbesar alokasi belanja yang produktif dan mengendalikan belanja yang bersifat konsumtif. Dalam rangka peningkatan efektivitas, Pemerintah terus berkomitmen meningkatkan alokasi belanja produktif untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan daya saing dan kapasitas produksi. Melalui peningkatan produktivitas diharapkan dapat menciptakan nilai tambah value added, meningkatkan kapasitas perekonomian, dan perluasan kesempatan kerja yang pada gilirannya dapat mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat. Sejalan dengan itu, kebijakan deisit anggaran dalam tahun 2014 ditempuh dalam rangka menjaga momentum pertumbuhan ekonomi melalui pemberian stimulus fiskal secara terukur dengan tetap menjaga kesinambungan fiskal. Untuk membiayai defisit RAPBN tahun 2014, Pemerintah akan memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari utang dan nonutang. Kebijakan pembiayaan dalam RAPBN 2014 di antaranya adalah 1 mengupayakan rasio utang terhadap PDB berkisar 22—23 persen pada akhir tahun 2014; 2 memanfaatkan SAL sebagai iscal buffer untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis khususnya pada pasar SBN; 3 memanfaatkan pinjaman luar negeri secara selektif dan mempertahankan kebijakan negative net low; 4 mengarahkan pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif antara lain melalui penerbitan sukuk yang berbasis proyek; dan 5 mengalokasikan dana investasi Pemerintah dalam rangka pemberian PMN kepada BUMN lembaga untuk percepatan pembangunan infrastruktur, penjaminan KUR, dan peningkatan kapasitas usaha BUMNlembaga. Melalui langkah-langkah tersebut, APBN diharapkan dapat dikelola secara eisien dan produktif sehingga tidak hanya akan memberi kontribusi yang optimal bagi kesinambungan iskal, tetapi juga berdampak pada peningkatan daya saing perekonomian nasional. Selanjutnya, hal tersebut diharapkan dapat mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Bab 1 Pendahuluan Nota Keuangan dan RAPBN 2014 1-10

1.5 Ringkasan Postur RAPBN 2014

Postur RAPBN 2014 disusun dengan kaidah ekonomi publik yang terdiri atas sumber-sumber pendapatan negara, pengeluaran belanja negara, dan ketersediaan pembiayaan anggaran. Selain mempertimbangkan asumsi dasar ekonomi makro, penetapan berbagai besaran postur RAPBN 2014 juga memperhatikan kebutuhan untuk penyelenggaraan pemerintahan negara, kebijakan yang akan dilakukan ke depan, serta perkembangan realisasi APBN pada periode sebelumnya. Berdasarkan arah dan strategi kebijakan iskal, postur RAPBN 2014 akan meliputi pokok-pokok besaran sebagai berikut: 1. Pendapatan negara direncanakan mencapai Rp1.662,5 triliun, terdiri atas penerimaan perpajakan Rp1.310,2 triliun, PNBP Rp350,9 triliun, dan penerimaan hibah Rp1,4 triliun. 2. Belanja negara direncanakan sebesar Rp1.816,7 triliun, terdiri atas belanja Pemerintah Pusat Rp1.230,3 triliun dan transfer ke daerah Rp586,4 triliun. 3. Deisit anggaran diperkirakan sebesar Rp154,2 triliun 1,49 persen terhadap PDB. 4. Pembiayaan deisit RAPBN 2014 direncanakan berasal dari sumber pembiayaan dalam negeri sebesar Rp173,2 triliun, dan pembiayaan luar negeri neto sebesar negatif Rp19,0 triliun. Perkembangan realisasi APBN 2008—2012 dan proyeksinya dalam tahun 2013 dan 2014 disajikan dalam Tabel 1.2. 2013 2014 APBNP RAPBN

A. PENDAPATAN NEGARA 981,6

848,8 995,3 1.210,6 1.338,1 1.502,0 1.662,5

I. Penerimaan Dalam Negeri 979,3

847,1 992,2 1.205,3 1.332,3 1.497,5 1.661,1 1. Penerimaan perpajakan 658,7 619,9 723,3 873,9 980,5 1.148,4 1.310,2

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 320,6

227,2 268,9 331,5 351,8 349,2 350,9

II. Penerimaan Hibah 2,3

1,7 3,0 5,3 5,8 4,5 1,4

B. BELANJA NEGARA 985,7

937,4 1.042,1 1.295,0 1.491,4

1.726,2 1.816,7

I. Belanja Pemerintah Pusat 693,4

628,8 697,4 883,7 1.010,6 1.196,8 1.230,3 1. Belanja Kementerian NegaraLembaga 259,7 307,0 332,9 417,6 489,4 622,0 612,7 2. Belanja Non Kementerian NegaraLembaga 433,7 321,8 364,5 466,1 521,1 574,8 617,7

II. Transfer ke Daerah 292,4

308,6 344,7 411,3 480,6 529,4 586,4 1. Dana Perimbangan 278,7 287,3 316,7 347,2 411,3 445,5 481,8 2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian 13,7 21,3 28,0 64,1 69,4 83,8 104,6

C. KESEIMBANGAN PRIMER 84,3

5,2 41,5 8,9 52,8 111,7 34,7

D. SURPLUSDEFISIT ANGGARAN 4,1

88,6 46,8 84,4 153,3 224,2 154,2 defisit terhadap PDB 0,08 1,58 0,73 1,14 1,86 2,38 1,49

E. PEMBIAYAAN 84,1

112,6 91,6 130,9 175,2 224,2 154,2

I. Pembiayaan Dalam Negeri 102,5

128,1 96,1 148,7 198,6 241,1 173,2 1. Perbankan dalam negeri 16,2 41,1 22,2 48,9 62,7 34,6 4,3 2. Non perbankan dalam negeri 86,3 87,1 73,9 99,8 135,9 206,5 168,9

II. Pembiayaan Luar Negeri Neto 18,4

15,5 4,6 17,8 23,5 16,9 19,0 1. Penarikan pinjaman LN bruto 50,2 58,7 54,8 33,7 31,4 49,0 43,2 2. Penerusan Pinjaman SLA 5,2 6,2 8,7 4,2 3,8 6,7 5,3 3. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri 63,4 68,0 50,6 47,3 51,1 59,2 56,9 KelebihanKekurangan Pembiayaan 80,0 24,0 44,7 46,5 21,9 0,0 0,0 Sumber : Kementerian Keuangan URAIAN PERKEMBANGAN APBN, 2008–2014 TABEL 1.2 Triliun Rupiah 2008 2009 2010 2011 2012 Bab 1 Nota Keuangan dan RAPBN 2014 1-11 Pendahuluan

1.6 Uraian Singkat Isi Tiap-Tiap Bab

Nota Keuangan dan RAPBN 2014 terdiri atas 7 tujuh bab, yaitu sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan menguraikan gambaran umum, yang di dalamnya mencakup ulasan ringkas mengenai RKP, dasar hukum penyusunan Nota Keuangan dan RAPBN 2014, asumsi dasar ekonomi makro 2014, pokok-pokok kebijakan iskal, ringkasan postur RAPBN 2014, dan uraian singkat isi tiap-tiap bab dalam Nota Keuangan.

Bab 2 Kinerja Ekonomi Makro

menjelaskan perkembangan ekonomi terkini tahun 2008– 2012 dan proyeksi ekonomi tahun 2013 yang akan menjadi dasar prakiraan prospek ekonomi tahun 2014, tantangan dan sasaran kebijakan ekonomi makro tahun 2014, dan ditutup dengan asumsi dasar ekonomi makro RAPBN 2014. Bab 3 Pendapatan Negara membahas perkembangan realisasi pendapatan negara terkini tahun 2008–2012 dan perkiraan pendapatan negara tahun 2013, tantangan dan peluang kebijakan pendapatan negara, serta sasaran pendapatan negara tahun 2014, yang di dalamnya mencakup pendapatan dalam negeri dan penerimaan hibah. Bab 4 Belanja Pemerintah Pusat membahas perkembangan kebijakan dan pelaksanaan anggaran belanja Pemerintah pusat tahun 2008–2013, pokok-pokok RKP tahun 2014, serta kebijakan dan anggaran belanja Pemerintah pusat dalam RAPBN 2014, yang diuraikan menurut fungsi, organisasi, dan jenis. Bab 5 Kebijakan Desentralisasi Fiskal menguraikan perkembangan pelaksanaan desentralisasi iskal tahun 2008–2013; permasalahan dan tantangan pelaksanaan desentralisasi iskal; serta anggaran transfer ke daerah tahun 2014. Bab 6 Deisit, Pembiayaan Anggaran, dan Risiko Fiskal menguraikan perkembangan deisit dan pembiayaan anggaran tahun 2008–2013, serta rencana pembiayaan anggaran tahun 2014, yang mencakup sumber pembiayaan nonutang dan utang. Selain itu, di dalam bab ini juga dibahas mengenai risiko iskal. Bab 7 Proyeksi APBN Jangka Menengah membahas proyeksi dari asumsi dasar ekonomi makro, pendapatan negara, belanja negara, dan pembiayaan anggaran dalam jangka menengah 2015–2017, serta menguraikan kerangka pengeluaran jangka menengah.