231.800,0 SURPLUSDEFISIT ANGGARAN A - B

Bab 6 Deisit, Pembiayaan Anggaran, dan Risiko Fiskal Nota Keuangan dan RAPBN 2014 6-38 2014; 2 memanfaatkan pinjaman luar negeri secara selektif, antara lain dengan seleksi ketat atas kegiatan-kegiatan yang akan dibiayai dengan pinjaman luar negeri, utamanya untuk bidang infrastruktur dan energi, dan mempertahankan kebijakan negative net low serta membatasi komitmen baru pinjaman luar negeri; 3 mengoptimalkan peran serta masyarakat inancial inclusion dalam pendanaan Pemerintah melalui utang dari sumber dalam negeri, antara lain dengan penerbitan SBN seri ritel ORI dan SUKRI, dan menjadikan sumber utang dari luar negeri hanya sebagai pelengkap; serta 4 mengarahkan pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif antara lain melalui penerbitan Sukuk yang berbasis proyek. A. Surat Berharga Negara Neto Upaya pemenuhan target penerbitan SBN neto dalam tahun 2014 akan dilakukan Pemerintah dengan menerbitkan instrumen SBN domestik dan valas. Pemilihan instrumen dan tenor penerbitan akan dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor antara lain strategi pengelolaan utang dalam jangka pendek dan jangka menengah, biaya penerbitan SBN, risiko pasar keuangan domestik dan global, preferensi investor, dan kapasitas daya serap investor. Penerbitan SBN domestik akan diprioritaskan pada SBN tenor menengah dan panjang, namun tidak menutup kemungkinan dilakukan penerbitan SBN tenor pendek untuk mengeisienkan biaya utang. Penerbitan SBN di pasar domestik akan dilakukan dengan memanfaatkan instrumen SUN yang terdiri dari SPN, ON reguler, dan obligasi ritel. Penerbitan SPN, khususnya SPN 3 bulan, akan dilakukan secara terukur guna meminimalisir risiko reinancing utang dalam jangka pendek. Penerbitan SPN tenor tersebut masih tetap diperlukan sebagai jangkar penentuan bunga obligasi seri variable rate, mengingat SBI 3 bulan yang sebelumnya digunakan sebagai acuan suku bunga tidak lagi diterbitkan oleh BI. Penerbitan SBSN di pasar domestik akan dilakukan dengan memanfaatkan instrumen-instrumen antara lain project based sukuksukuk project inancing, SPN syariah, SDHI, dan sukuk ritel. Dalam upaya pengembangan instrumen SBSN lebih lanjut, Pemerintah merencanakan akan menerbitkan instrumen PBS dengan skema project inancing untuk mendukung kegiatan Kementerian Perhubungan dalam melanjutkan pembiayaan proyek pembangunan rel KA Cirebon-Kroya segmen I dan proyek Railway Electriication and Double-Double Tracking of Java Main Line Project. Selain untuk kedua proyek tersebut, juga direncanakan penerbitan SBSN PBS untuk proyek revitalisasi asrama haji pada Kementerian Agama. Sebagai upaya untuk mengeisienkan biaya utang dan mendukung upaya pengembangan pasar, Pemerintah akan berupaya untuk menjaga agar pasar SBN domestik tetap likuid melalui penyediaan instrumen yang variatif baik tenor maupun jenisnya, aktif melakukan komunikasi dengan para pelaku pasar, melakukan pengelolaan portofolio secara aktif, dan meningkatkan awareness pada masyarakat perihal instrumen obligasi sebagai alternatif investasi. Selain itu, Pemerintah juga berupaya untuk selalu berkoordinasi dengan BI agar dapat memanfaatkan SBN sebagai salah satu instrumen moneter dan sekaligus sebagai upaya stabilisasi pasar SBN dalam hal terjadi gejolak. Penerbitan SBN valas di pasar internasional dilakukan dalam jumlah terukur dan sebagai komplemen terhadap SBN yang diterbitkan di pasar dalam negeri. Penerbitan SBN valas diperlukan mengingat kemungkinan terjadinya crowding out effect di pasar keuangan domestik apabila seluruh SBN diterbitkan di pasar domestik. Penerbitan SBN valas juga dilakukan sebagai benchmarking instrumen obligasi valas yang diterbitkan oleh sektor swasta. Selain itu, penerbitan SBN valas juga dapat digunakan untuk membayar kewajiban-kewajiban valas Bab 6 6-39 Deisit, Pembiayaan Anggaran, dan Risiko Fiskal Nota Keuangan dan RAPBN 2014 Pemerintah dan memperkuat cadangan devisa nasional. Pemilihan tenor dan mata uang dalam penerbitan SBN valas dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi pasar, biaya penerbitan, dan risiko nilai tukar. B. Pinjaman Luar Negeri Neto Strategi pengelolaan pinjaman diarahkan untuk memanfaatkan pinjaman baik yang diperoleh di dalam negeri maupun di luar negeri secara efektif dan eisien. Hal ini diharapkan dapat menurunkan beban biaya yang harus ditanggung oleh Pemerintah. Untuk tahun 2014, penarikan pinjaman luar negeri bruto sebagaimana disajikan dalam Tabel 6.20 terdiri atas pinjaman program dan pinjaman proyek. Pemanfaatan pinjaman program sebagai sumber pembiayaan utang tunai diperoleh dari World Bank. Pinjaman program di tahun 2014 merupakan kelanjutan dari pinjaman program yang dijalankan selama beberapa tahun sebelumnya. Hal ini sesuai dengan strategi pengelolaan utang negara dimana Pemerintah tidak membuat komitmen baru atas pinjaman program terhitung sejak tahun 2014. Penarikan pinjaman proyek terdiri atas pinjaman proyek untuk Pemerintah Pusat dan pinjaman proyek yang diteruspinjamkan subsidiary loan agreementSLA. Pinjaman untuk Pemerintah Pusat digunakan untuk membiayai kegiatan prioritas yang dilaksanakan kementerian negara lembaga dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemda melalui mekanisme belanja hibah on- granting. Pembiayaan pinjaman proyek diperoleh dari lembaga multilateral seperti World Bank dan ADB, lembaga bilateral seperti Jepang dan Korea, lembaga kredit ekspor, serta komersial. Untuk tahun 2014, pinjaman kredit ekspor dan komersial sebagian besar digunakan untuk pembiayaan kegiatan pengadaan alutsista TNI dan almatsus Polri dalam rangka pembangunan minimum essential force MEF. Dari sisi proses, pengadaan pinjaman proyek membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pinjaman program. Pengadaan pinjaman kredit ekspor dan komersial diatur dengan mekanisme yang berbeda. Pengadaan pinjaman kredit ekspor dilaksanakan dalam satu paket dengan pengadaan barangjasa oleh kementerian negaralembaga. Sementara itu, pengadaan pinjaman komersial dilaksanakan secara terpisah dengan pengadaan barangjasa. Pengadaan pinjaman komersial dilakukan oleh Kementerian Keuangan melalui proses seleksi yang diharapkan dapat memperoleh biaya dan risiko yang lebih kompetitif. Penerusan pinjaman luar negeri, dalam RAPBN 2014 direncanakan seperti dalam Tabel

6.20 dan Tabel 6.21

. Sekitar 96,3 persen dari alokasi penerusan pinjaman tersebut akan digunakan untuk membiayai berbagai proyek yang akan dilaksanakan oleh BUMN. Sedangkan sisanya, sekitar 3,7 persen diperuntukkan bagi proyek-proyek yang dilaksanakan oleh Pemda. Alokasi penerusan pinjaman dalam RAPBN 2014 dilakukan secara selektif berdasarkan tujuan penggunaan yang diprioritaskan pada pembangunan infrastruktur terutama untuk energi, fasilitas pembiayaan dan penjaminan infrastruktur, penanggulangan banjir, dan infrastruktur air bersih. BUMN yang akan menerima alokasi terbesar dari penerusan pinjaman dalam RAPBN 2014 adalah PT PLN dan PT Pertamina. Alokasi penerusan pinjaman kepada PT PLN digunakan untuk mendukung kegiatan pembangunan dan pengembangan pembangkit listrik, pembangunan jaringan transmisi dan distribusi dalam rangka memenuhi kebutuhan sarana kelistrikan. Alokasi penerusan pinjaman kepada PT Pertamina digunakan untuk mendukung proyek infrastruktur dalam rangka penyediaan energi geothermal sebagai sumber energi yang bersih dan ramah lingkungan. Bab 6 Deisit, Pembiayaan Anggaran, dan Risiko Fiskal Nota Keuangan dan RAPBN 2014 6-40 Sementara itu, Pemda yang akan menerima penerusan pinjaman dalam RAPBN 2014 yaitu Pemprov DKI Jakarta, Pemkot Bogor, dan Pemkab Muara Enim. Alokasi kepada Pemprov DKI Jakarta rencananya akan digunakan untuk membiayai proyek penanggulangan banjir. Sementara alokasi kepada Pemkot Bogor dan Pemkab Muara Enim akan digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur air bersih. Rincian penerusan pinjaman per pengguna dalam RAPBN 2014 disajikan dalam Tabel 6.21. Untuk mengoptimalkan pengelolaan penerusan pinjaman, kebijakan yang akan ditempuh dalam tahun 2014 meliputi 1 melanjutkan penerusan pinjaman dengan meningkatkan prinsip kehati-hatian dengan mempertimbangkan kemampuan pengembalian; 2 mempertimbangkan ketepatan waktu dan sasaran atas penarikan pinjaman yang telah dialokasikan; 3 komitmen programkegiatan baru yang dapat dibiayai melalui penerusan pinjaman akan mengacu pada kegiatan-kegiatan prioritas yang telah sesuai dengan kebijakan Pemerintah yang diarahkan untuk pembangunan infrastruktur melalui BUMN dan Pemda; serta 4 besaran komitmen akan mengacu pada strategi pengelolaan utang negara tahun 2013-2016 sebagai bagian dari pengelolaan pinjaman luar negeri, karena penerusan pinjaman akan menambah outstanding utang Pemerintah dan berdampak pada pengelolaan risiko dan biaya utang. Selanjutnya untuk mendorong agar realisasi penarikan pinjaman semakin meningkat, diperlukan upaya-upaya antara lain a meningkatkan efektivitas penggunaan readiness criteria melalui kajian dan evaluasi atas penerapannya; b meningkatkan ownership KLPemdaBUMN selaku pelaksana kegiatan, antara lain melalui konsistensi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, pengalokasian dana secara proporsional dan tepat waktu, dan pemenuhan persyaratan kesiapan pelaksanaan kegiatan; c meningkatkan pemahaman seluruh pemangku kepentingan terhadap mekanisme pelaksanaan kegiatan dan struktur transaksi dalam rangka mempercepat implementasi; dan d evaluasi kegiatan slow disbursement, karena kinerja penyerapan yang tidak baik. Dalam rangka memenuhi kewajiban atas penarikan pinjaman luar negeri, Pemerintah mengalokasikan pembayaran cicilan pokok utang luar negeri dalam RAPBN 2014 sebagaimana disajikan dalam Tabel 6.20, alokasi tersebut dihitung berdasarkan proyeksi pembayaran sesuai jadwal pembayaran utang luar negeri selama tahun 2014 dan proyeksi pembayaran cicilan untuk NO. APBNP 2013 RAPBN 2014 1. 5.078,9 3.845,2 2. 936,2 195,0 3. 543,4 1.032,0 4. - 22,4 5. - 155,4 6. 36,9 12,5 7. 61,9 30,0 8. 8,9 - 9. 12,0 - 10. 6,0 - 11. 15,7 - 6.699,8 5.292,6 Sumber : Kementerian Keuangan TABEL 6.21 RINCIAN PENERUSAN PINJAMAN, 2013-2014 miliar rupiah PENGGUNA JUMLAH PT Perusahaan Listrik Negara PT Sarana Multi Infrastruktur PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia PT Pertamina Pemerintah Kota Bogor Pemerintah Kabupaten Muara Enim Pemerintah Kabupaten Kapuas Pemerintah Kota Sawahlunto Pemerintah Kota Banda Aceh Pemerintah Kabupaten Morowali Pemerintah Provinsi DKI Jakarta