Kawasan Dataran Banjir Flood Plain Area Kawasan Sempadan Sungai Pertumbuhan PDRB Laju Inflasi

Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD Kota Semarang Tahun 2013 II.8

j. Rencana Kawasan Khusus

Kawasan Khusus, merupakan kawasan dengan kondisi dan karakteristik yang bersifat khusus karena jenis kegiatan yang diwadahi memiliki kondisi dan perlakuan tertentu. Dalam Kebijakan penataan ruang Kota Semarang, kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan khusus adalah kawasan militer dan kawasan pelabuhan. Kawasan militer berada di BWK III Kawasan Bandara Militer A Yani dan BWK VII Kawasan Kodam. Kawasan Pelabuhan berada di wilayah BWK III yaitu di Kawasan Pelabuhan Laut Tanjung Emas. Pelaksanaan pembangunan di kawasan khusus harus tetap memperhatikan keterpaduan dengan lingkungan sekitarnya.

k. Rencana Ruang Terbuka Non Hijau RTNH

Ruang Terbuka Non Hijau RTNH adalah adalah ruang terbuka di bagian wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori Ruang Terbuka Hijau RTH, berupa lahan yang diperkeras atau yang berupa badan air, maupun kondisi permukaan tertentu yang tidak dapat ditumbuhi tanaman atau berpori.

2.1.1.3. Wilayah Rawan Bencana

Kota Semarang dengan karakteristik wilayah tersebut berpotensi terhadap terjadinya bencana alam dengan dominasi bencana banjir, rob dan tanah longsor. Bila ditelaah lebih jauh, ketiga macam bencana di Semarang ini saling terkait, dengan sebab baik karena kondisi awal alamnya maupun karena dampak pembangunan. Banjir sering terjadi di sekitar aliran sungai dan di bagian utara kota yang morfologinya berupa dataran pantai. Kawasan potensi bencana banjir secara umum diklasifikasikan menjadi:

a. Kawasan Pesisir Pantai

Merupakan salah satu kawasan rawan banjir karena kawasan tersebut merupakan dataran rendah dimana ketinggian muka tanahnya lebih rendah atau sama dengan ketinggian muka air laut pasang rata-rata Mean Sea Level, MSL, dan menjadi tempat bermuaranya sungai-sungai. Di samping itu, kawasan pesisirpantai dapat menerima dampak dari gelombang pasang yang tinggi, sebagai akibat dari badai angin topan atau gempa yang menyebabkan tsunami.

b. Kawasan Dataran Banjir Flood Plain Area

Adalah daerah dataran rendah di kiri dan kanan alur sungai, yang kemiringan muka tanahnya sangat landai dan relatif datar. Aliran air dari kawasan tersebut menuju sungai sangat lambat, yang mengakibatkan potensi banjir menjadi lebih besar, baik oleh luapan air sungai maupun karena hujan lokal. Kawasan ini umumnya terbentuk dari endapan sedimen yang sangat subur, dan terdapat di bagian hilir sungai. Seringkali kawasan ini merupakan daerah pengembangan kota, seperti permukiman, pusat kegiatan ekonomi, perdagangan, industri dan lain sebagainya. Kawasan ini bila dilalui oleh sungai yang mempunyai Daerah Aliran Sungai DAS cukup besar, seperti Kali Garang Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur di Kota Semarang, memiliki potensi bencana banjir yang cukup besar juga, karena debit banjir yang cukup besar yang dapat terbawa oleh sungai tersebut. Potensi bencana banjir akan lebih besar lagi apabila terjadi hujan cukup besar di daerah hulu dan hujan lokal di daerah tersebut, disertai pasang air laut.

c. Kawasan Sempadan Sungai

Merupakan daerah rawan bencana banjir yang disebabkan pola pemanfaatan ruang budidaya untuk hunian dan kegiatan tertentu.

d. Kawasan Cekungan

Merupakan daerah yang relatif cukup luas baik di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi hulu sungai dapat menjadi daerah rawan bencana banjir. Pengelolaan bantaran sungai harus benar-benar dibudidayakan secara optimal, sehingga bencana dan masalah banjir dapat dihindarkan. Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD Kota Semarang Tahun 2013 II.9 Potensi banjir di Kota Semarang sebagian besar berada di daerah pesisirpantai dan daerah sempadan sungai, berdasarkan aspek penyebabnya, jenis banjir yang ada dapat diklasifikasikan menjadi 3 tiga jenis, yaitu: banjir limpasan sungaibanjir kiriman; banjir lokal; dan banjir pasang rob. Banjir pasang rob terjadi karena pasang air laut yang relatif lebih tinggi daripada ketinggian permukaan tanah di suatu kawasan. Biasanya terjadi pada kawasan di sekitar pantai. Penurunan tanah disebabkan empat hal, yaitu eksploitasi air tanah berlebihan, proses pemampatan lapisan sedimen yang terdiri dari batuan muda ditambah pembebanan tinggi oleh bangunan di atasnya serta pengaruh gaya tektonik. Dampak penurunan tanah dapat dilihat adanya luasan genangan rob yang semakin besar. Selain banjir, bencana yang berkaitan dengan musim hujan adalah longsor. Kota Semarang pada beberapa wilayah menunjukkan potensi bencana longsor yang mengancam masyarakat yang juga perlu mendapatkan perhatian. Perubahan iklim global berpengaruh terhadap kondisi iklim di Kota Semarang, musim kemarau menjadi lebih panjang daripada musim hujan sehingga menyebabkan kekeringan di daerah dengan cadangan air tanah yang minimum. Sebagian besar daerah yang mengalami kekeringan terdapat di Semarang atas. Berdasarkan data yang ada pada Buku Rencana Aksi Nasional 2010- 2014, potensi bencana yang ada di Kota Semarang adalah banjir, kekeringan, longsor, kebakaran hutan, erosi, kebakaran gedung dan permukiman dan risiko cuaca ekstrim.

2.1.1.4. Demografi

Jumlah penduduk berdasarkan data statistik Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar 1.544.358 jiwa atau mengalami pertumbuhan sebesar 1,11 dibanding tahun 2010 yang sebesar 1.527.433 jiwa. Persebaran penduduk jika dilihat dari jumlah penduduk pada masing-masing wilayah kecamatan mengalami kepadatan penduduk yang tidak merata. Kepadatan penduduk yang paling tinggi berada pada wilayah perkotaan antara lain meliputi kecamatan Semarang Selatan sebesar 14.024 jiwa km 2 , Candisari sebesar 12.225 jiwakm 2 , Gayamsari sebesar 11.826 jiwakm 2 , Semarang Tengah sebesar 11.812 jiwakm 2 , Semarang Utara sebesar 11.615 jiwakm 2 , Semarang Timur sebesar 10.340 jiwakm 2 dan secara rinci jumlah kepadatan penduduk pada masing-masing wilayah kecamatan sebagaimana tabel 2.1. di bawah ini, terlihat bahwa kepadatan paling rendah berada di wilayah kecamatan yang berada di wilayah pinggiran yang merupakan wilayah pertanian, tegalan dan tambakan yakni Kecamatan Tugu sebesar 938 jiwakm 2 , Kecamatan Mijen sebesar 954 jiwakm 2 , dan Gunungpati sebesar 1.358 jiwakm 2 . Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Kota Semarang diperinci per KecamatanTahun 2011 No. Kecamatan Luas Km 2 Jumlah Penduduk Jiwa Kepadatan JiwaKm 2 Juml. Pend. Lahir Juml. Pend. Mati Juml. Pend. Datang Juml. Pend. Pindah 1 Mijen 57,55 54.875 954 872 346 2.262 876 2 Gunung Pati 54,11 73.459 1.358 1.003 418 1.794 946 3 Banyumanik 25,69 127.287 4.955 1.969 684 3.724 3.624 4 Gajahmungkur 9,07 63.182 6.966 973 411 1.432 1.576 5 Semarang Selatan 5,93 83.133 14.024 1.220 734 1.658 2.366 6 Candisari 6,54 79.950 12.225 1.277 591 1.583 2.425 7 Tembalang 44,2 138.362 3.130 2.243 818 6.538 3.035 8 Pedurungan 20,72 174.133 8.404 2.706 918 5.709 4.891 9 Genuk 27,39 88.967 3.248 1.657 427 3.215 ` 10 Gayamsari 6,18 73.052 11.826 1.261 466 2.219 2.354 Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD Kota Semarang Tahun 2013 II.10 No. Kecamatan Luas Km 2 Jumlah Penduduk Jiwa Kepadatan JiwaKm 2 Juml. Pend. Lahir Juml. Pend. Mati Juml. Pend. Datang Juml. Pend. Pindah 11 Semarang Timur 7,70 79.615 10.340 1.284 802 1.552 2.746 12 Semarang Utara 10,97 127.417 11.615 2.284 1.115 2.338 3.447 13 Semarang Tengah 6,14 72.525 11.812 927 637 1.287 2.225 14 Semarang Barat 21,74 160.112 7.365 2.532 1.144 3.490 4.878 15 Tugu 31,79 29.807 938 429 195 650 593 16 Ngaliyan 37,99 118.482 3.119 2.109 686 4.301 2.684 Total 373,70 1.544.358 4.133 24.746 10.392 43.752 40.308 Sumber: Profil Kependudukan Kota Semarang 2011 Peningkatan jumlah penduduk Kota Semarang tahun 2011 sangat dipengaruhi oleh jumlah migrasi dan penduduk yang lahirmati. Walaupun dikatakan laju pertumbuhan penduduk mengalami penurunan dari tahun 2010 yaitu 1,36 menjadi 1,11 di tahun 2011, tetap saja terjadi kenaikan jumlah penduduk ditunjukkan dengan tingkat atau laju pertumbuhan penduduk yang bernilai positif. Pertumbuhan penduduk yang masih cukup tinggi tersebut sangat dipengaruhi proses alami yaitu kelahiran dikurangi kematian penduduk, selain itu juga dipengaruhi oleh daya tarik Kota Semarang sebagai ibu kota Provinsi Jawa Tengah yang sekaligus sebagai pusat perekonomian dan pusat pendidikan yang berimbas makin banyaknya pendatang di Kota Semarang. Komposisi penduduk kota Semarang ditinjau dari aspek pendidikan di atas umur 5 tahun adalah: tidak punya ijazah SD sebesar 21,16; tamat SDMI sederajat sebesar 26,10; tamat SMPMTs sederajat sebesar 13,71; tamat SMAMA sederajat sebesar 26,83; dan tamat Perguruan Tinggi sebesar 12,20. Hal ini menggambarkan masih cukup tinggi komposisi penduduk usia 5th yang belumtidak tamat SD. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kota Semarang berturut-turut adalah Buruh Industri dengan persentase sebesar 24,76, PNSABRI sebesar 14,11, Lainnya sebesar 12,24, Pedagang sebesar 11,92, Buruh Bangunan 1,80, Pengusaha sebesar 8,52, Pensiunan sebesar 5,33, Petani sebesar 4,27, Angkutan sebesar 3,60, Buruh Tani sebesar 3,05, dan Nelayan sebesar 0,40 . Tingkat ketergantungan penduduk berdasarkan kelompok usia 15 tahun dan 64 tahun adalah 433.048 pada tahun 2010 serta meningkat menjadi 594.247 pada tahun 2011. Sedangkan tingkat ketergantungan penduduk berdasarkan kelompok usia 15 – 64 tahun pada tahun 2010 adalah 1.094.384 serta meningkat menjadi 1.107.967 pada tahun 2011. Rasio Ketergantungan Total perbandingan antara penduduk usia tidak produktif dengan penduduk usia produktif di Kota Semarang pada tahun 2011 mencapai 53,6, dengan rasio ketergantungan muda mencapai 45,6 dan rasio ketergantungan tua sebesar 7,9.

2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Aspek kesejahteraan masyarakat merupakan gambaran atau ukuran keberhasilan dari penyelenggaraan pembangunan daerah, dalam hal ini muara tujuan akhir dari pembangunan daerah pada upaya menciptakan kondisi kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Aspek kesejahteraan masyarakat meliputi 1 aspek kesejahteraan fokus pada kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, 2 aspek kesejahteraan fokus pada kesejahteraan sosial dan; 3 aspek kesejahteraan fokus pada Seni Budaya dan Olahraga. Kinerja masing-masing aspek kesejahteraan masyarakat sampai dengan tahun Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD Kota Semarang Tahun 2013 II.11 2011 adalah sebagai berikut:

2.1.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Aspek kesejahteraan fokus pada kesejahteraan dan pemerataan ekonomi dapat dilihat dari indikator-indikator pertumbuhan PDRB, laju inflasi, PDRB per kapita dan indeks gini serta rasio penduduk miskin. Kinerja sampai dengan tahun 2011 adalah sebagai berikut:

a. Pertumbuhan PDRB

Kondisi perekonomian Kota Semarang dapat dikatakan membaik, hal ini dapat dilihat dari Laju Pertumbuhan PDRB Konstan dalam 2 tahun terakhir yang mengalami pertumbuhan. Untuk PDRB konstan tahun 2011 naik menjadi sebesar Rp 22.640.410 juta dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 21.365.818 juta, sehingga Laju Pertumbuhan Ekonomi LPE Kota Semarang naik dari 5,87 dari tahun 2010 menjadi 5,97 di tahun 2011.

b. Laju Inflasi

Laju inflasi merupakan ukuran untuk menggambarkan kenaikanpenurunan harga dari sekelompok barang dan jasa yang berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat. Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung dari tingkat keparahan inflasi tersebut. Apabila inflasi itu ringan justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan daerah dan mendorong masyarakat untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Namun sebaliknya pada inflasi yang tinggi masyarakat menjadi tidak bersemangat untuk bekerja, menabung atau mengadakan investasi dan produksi yang disebabkan harga meningkat dengan cepat. Inflasi Kota Semarang di tahun 2011 menurun dibanding 2010 yaitu 2,87. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan inflasi nasional namun masih lebih tinggi daripada inflasi Jawa Tengah yang hanya berkisar 2,68 . Turunnya angka inflasi khususnya di Kota Semarang pada tahun 2011 disebabkan banyak faktor antara lain kondisi kota yang relatif damai tidak ada kejadian krisis keamanan yang begitu berdampak serta kondisi harga barang-barang yang cenderung stabil. Hal ini menunjukkan kondisi perekonomian di Kota Semarang pada kurun waktu 2 tahun terakhir ini cenderung membaik.

c. PDRB per Kapita