Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD Kota Semarang Tahun 2013 II.4
Curah hujan di Kota Semarang mempunyai sebaran yang tidak merata sepanjang tahun, dengan total curah hujan rata-rata 9.891 mm per tahun. Ini menunjukkan curah hujan khas pola di Indonesia,
khususnya di Jawa, yang mengikuti pola angin muson SENW yang umum. Suhu minimum rata-rata yang diukur di Stasiun Klimatologi Semarang berubah-ubah dari 21,1 °C pada September ke 24,6 °C
pada bulan Mei, dan suhu maksimum rata-rata berubah-ubah dari 29,9 °C ke 32,9 °C. Kelembaban relatif bulanan rata-rata berubah-ubah dari minimum 61 pada bulan September ke maksimum 83
pada bulan Januari. Kecepatan angin bulanan rata-rata di Stasiun Klimatologi Semarang berubah- ubah dari 215 kmhari pada bulan Agustus sampai 286 kmhari pada bulan Januari. Lamanya sinar
matahari, yang menunjukkan rasio sebenarnya sampai lamanya sinar matahari maksimum hari, bervariasi dari 46 pada bulan Desember sampai 98 pada bulan Agustus.
g. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kota Semarang meliputi penggunaan lahan sawah, lahan non sawah dan lahan kering. Penggunaan lahan sawah terdiri dari irigasi teknis 198 Km
2
, setengah teknis 530 Km
2
, irigasi sederhanairigasi desanon PU 45 Km
2
, tadah hujan 2,031 Km
2
, dan yang tidak diusahakan 267 Km
2
. Penggunaan lahan sawah dan lahan non sawah meliputi lahan pekarangan 38, ladang 21, tegalan 14, lainnya 11, perkebunan 5, tambak dan kayu-kayuan 4, padang rumput
2, tidak diusahakan 1. Sedangkan lahan kering meliputi pekarangan dan bangunan 42, padang gembala 5, tambakrawa, tegalan dan kebun 27, tambakkolam, lainnyatanah kering
26.
Penggunaan lahan, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah, rencana pola pemanfaatan ruang meliputi:
Kawasan lindung yakni kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan; dan Kawasan Budidaya
yakni kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
2.1.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah
Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah, dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya seperti perikanan, pertanian, pariwasata, industri,
pertambangan dan lain-lain dengan berpedoman pada rencana tata ruang wilayah.
a. Rencana Kawasan Perdagangan dan Jasa
Kawasan Perdagangan dan Jasa, merupakan kawasan yang dominasi pemanfaatan ruangnya untuk kegiatan komersial perdagangan dan jasa pelayanan. Pembangunan fasilitas perdagangan dan
jasa dilakukan dalam rangka mewujudkan Kota Semarang sebagai sentra perdagangan dan jasa dalam skala regional dan nasional.
Kawasan perdagangan dan jasa ditetapkan tersebar pada setiap Bagian wilayah Kota BWK terutama di pusat-pusat BWK sehingga dapat mengurangi kepadatan dan beban pelayanan di pusat
kota. Arahan pemanfaatan ruang kawasan perdagangan dan jasa adalah sebagai berikut: 1.
Pusat kawasan perdagangan dan jasa dengan lingkup pelayanan skala regional, nasional maupun internasional, berada di kawasan Peterongan, Tawang dan Siliwangi;
2. Kawasan perdagangan dan jasa khusus, yaitu kawasan perdagangan dan jasa dengan perlakuan
dan komoditas khusus. Kawasan perdagangan dan jasa dengan perlakuan khusus adalah kawasan Pasar Johar. Kawasan pasar Johar merupakan pasar tradisional skala pelayanan
regional yang terletak di pusat kota, selain itu Pasar Johar merupakan bagian dari ikon Kota Semarang. Kawasan perdagangan dan jasa dengan komoditas khusus adalah Pasar Agro yang
direncanakan di BWK V. Pasar agro ini digunakan untuk memasarkan produk-produk pertanian yang ada di Kota Semarang dan daerah-daerah yang ada di sekitarnya. Pasar agro ini dirancang
untuk memiliki skala pelayanan regional, sehingga diperlukan dukungan jalan sekurang-kurang kolektor sekunder.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD Kota Semarang Tahun 2013 II.5
3. Kawasan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan sebagian wilayah kota sampai dengan
kota tersebar pada setiap pusat BWK dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung ruang serta lingkup pelayanannya;
4. Kawasan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan lingkungan dapat berlokasi dimanapun
sepanjang memiliki dukungan akses jalan sekurang-kurangnya jalan lokal sekunder. 5.
Kawasan perdagangan dan jasa direncanakan secara terpadu dengan kawasan sekitarnya dan harus memperhatikan kepentingan semua pelaku sektor perdagangan dan jasa termasuk
pedagang informal atau pedagang sejenis lainnya;
6. Pada pembangunan fasilitas perdagangan berupa kawasan perdagangan terpadu, pelaksana
pembangunan pengembang wajib menyediakan prasarana lingkungan, utilitas umum, area untuk pedagang informal dan fasilitas sosial dengan dengan proporsi 40 empat puluh persen
dari keseluruhan luas lahan dan selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah Daerah;
7. Pembangunan fasilitas perdagangan dan jasa harus memperhatikan kebutuhan luas lahan,
jenis-jenis ruang dan fasilitas pelayanan publik yang harus tersedia, kemudahan pencapaian dan kelancaran sirkulasi lalu lintas dari dan menuju lokasi.
b. Rencana Kawasan Permukiman, Perdagangan dan Jasa