Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD Kota Semarang Tahun 2013 II.20
2011 dengan perbandingan 18 kelompok tani yang mendapatkan bantuan dibagi seluruh kelompok tani yang terdata sebanyak 296 kelompok.
b. Kehutanan
Kinerja makro pelayanan urusan kehutanan antara lain dapat dilihat dari indikator-indikator seperti kontribusi sektor lapangan usaha terhadap PDRB Konstan dan upaya rehabilitasi hutan dan
lahan kritis. Kota Semarang sebagai wilayah perkotaan memiliki konstribusi sektor kehutanan terhadap PDRB yang relatif kecil. Nilainya hanya sekitar Rp. 903,99 juta atau 0,0042 pada tahun
2010 dan Rp. 920,41 juta atau 0,0041 di tahun 2011. Sementara itu upaya untuk merehabilitasi hutan dan lahan kritis yang ada di Kota Semarang mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Menurut data dari Dinas Pertanian Kota Semarang Tahun 2011, luas lahan kritis hanya menjadi sekitar 816,73 ha.
c. Energi dan Sumberdaya Mineral
Kontribusi sektor pertambangan pada PDRB hanya dihasilkan dari penambangan galian C, sehingga kontribusinya terhadap PDRB juga tidak terlalu besar. Kontribusi sektor pertambangan dan
penggalian terhadap PDRB pada tahun 2010 sebesar Rp 21.365.817,80 juta dan meningkat menjadi Rp 22.640.409,93 juta pada tahun 2011. Secara perlahan hal ini akan berdampak negatif terhadap
keseimbangan alam, untuk itu dilakukan upaya mengurangi jumlah penambangan dengan membatasi tidak lagi mengeluarkan ijin terhadap penambangan galian C. Tahun 2010 jumlah
pertambangan tanpa ijin mencapai 25. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun 2009 sebesar 28.
d. Kelautan dan Perikanan
Kinerja makro urusan kelautan dan perikanan dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu jumlah ikan hasil tangkap dari laut, jumlah ikan hasil perikanan darat, panjang garis pantai yang rawan
abrasi, luas hutan mangrove, dan luas hutan mangrove yang berhasil di rehabilitasi. Sebagai kota yang terletak di pesisir, sektor kelautan dan perikanan memiliki peran yang cukup strategis bagi
pengembangan perekonomian di KotaSemarang. Kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB mencapai 0,07 di tahun 2010 dan meningkat menjadi 0,08 di tahun 2011.
Jumlah ikan hasil tangkap dari laut pada tahun 2010 mencapai 342,68 ton dan meningkat 92 menjadi 658,15 ton di tahun 2011 hal ini juga diikuti peningkatan jumlah ikan hasil perikanan darat,
dari 583,62 ton menjadi 1.672,98 ton di tahun 2011 atau naik 186. Strategi dan arah kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan juga diarahkan pada Peningkatan Pemanfaatan Sumberdaya
Kelautan dan Perikanan secara optimal, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan pengelolaan potensi kelautan perikanan secara optimal. Usaha untuk merehabilitasi hutan mangrove
menunjukkan hasil dari luas 17,4 ha di tahun 2010 menjadi 59 ha pada tahun 2011, hal ini semakin gencar dilakukan mengingat semakin bertambah pula panjang garis pantai yang rawan abrasi.
e. Kepariwisataan
Kinerja makro urusan kepariwisataan dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu jumlah kunjungan wisatawan asing dan domestik dan kontribusi sektor pariwisata terhadap PAD. Untuk itu
peningkatan perekonomian Kota Semarang juga terus didorong dicapai dari sektor pariwisata dengan upaya yang dilakukan pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Semarang. Jumlah
kunjungan wisatawan baik asing maupun domestik di Kota Semarang pada dua tahun ini mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 jumlah wisatawan mencapai 1.909.933 orang dan meningkat di tahun
2011 menjadi 2.100.926 orang atau naik sekitar hampir 10. Kontribusi sektor pariwisata terhadap PAD mengalami peningkatan selama tahun 2010 sampai dengan 2011 yaitu dari Rp 65.767.649.900
menjadi Rp 78.344.794.420 atau meningkat dari 4,12 menjadi 17,6. Ada lima tempat objek wisata heritage dan religi yaitu Kota Lama, Lawang Sewu, Masjid Agung Jawa Tengah, Klenteng Sam Pho Kong
dan Vihara Avalokitesvara.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD Kota Semarang Tahun 2013 II.21
f. Perdagangan
Kinerja makro urusan perdagangan dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB dan ekspor bersih perdagangan. Sebagai kota yang perekonomiannya
bertumpu pada sektor perdagangan, kontribusi sektor perdagangan pada PDRB Kota Semarang memiliki peranan yang penting terhadap kemajuan perekonomian Kota Semarang. Jika pada tahun
2010, kontribusinya mencapai 24,21, pada tahun 2011 jumlahnya menurun menjadi 23,58. Namun, untuk nilai ekspor selama tahun 2011 mengalami kenaikan signifikan dari 1.882.962.888
pada tahun 2010, menjadi 2.894.060.223 di tahun 2011.
g. Industri
Pembangunan sektor industri diarahkan untuk menumbuh kembangkan industri secara intensif dengan mengutamakan industriusaha kecil dan menengah melalui peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan sumber daya manusia. Kinerja makro urusan industri dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu kontribusi sektor industri terhadap PDRB dan pertumbuhan industri. Kontribusi sektor
Industri terhadap PDRB menurun dari 24,21 di tahun 2010 menjadi 23,58 di tahun 2011, yang diikuti juga oleh pertumbuhan industri yang negatif dari 0,87 di tahun 2010 menjadi 0,43 di tahun
2011.
2.1.4. Aspek Daya Saing Daerah
Daya saing merupakan kemampuan sebuah daerah untuk menghasilkan barang dan jasa untuk mencapai peningkatan kualitas hidup masyarakat. Daya saing daerah di Kota Semarang dapat dilihat
dari aspek kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia.
2.1.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
Kemampuan ekonomi suatu daerah antara lain dapat terlihat dari perkembangan produktivitas sektor-sektor pembentuk PDRB. Kemampuan ekonomi Kota Semarang di 2 tahun terakhir ini yang
tertinggi adalah pada sektor lapangan usaha Perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu Rp. 6.586.259,08 juta atau porsi 30,83 di tahun 2010 menjadi Rp. 7.025.525,39 juta atau porsi 31,03 pada tahun
2011. Disusul sektor usaha Industri Pengolahan sebesar 26,83 di tahun 2010 atau sebesar Rp. 5.732.672,01 juta dan menjadi 26,35 atau sebesar Rp. 5.966.793,02 juta di tahun 2011.
Secara tren dalam lima tahun terakhir sektor lapangan usaha Perdagangan, Hotel dan Restoran mengalami pertumbuhan dan selalu mencapai porsi diatas 30 dari keseluruhan sektor lapangan
usaha. Sub sektor yang paling berperan adalah sub sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan porsi diatas 82.
2.1.4.2. Fokus Fasilitas WilayahInfrastruktur
Ketersediaan fasillitas wilayahinfrastruktur Kota Semarang meliputi aksesibilitas wilayah, penataan wilayah, ketersediaan air bersih, ketersediaan fasilitas listrik dan telepon, fasilitas
perdagangan dan jasa serta ketersediaan fasilitas lainnya. Ketersediaan infrastruktur yang memadai merupakan salah satu daya tarik Kota Semarang dalam meningkatkan daya saing daerah.
a. Aksesbilitas Daerah
Kota Semarang selain merupakan ibu kota Provinsi Jawa Tengah, juga merupakan jalur perlintasan dari wilayah barat Jakarta menuju wilayah Timur Surabaya dan Selatan Jogyakarta
atau sebaliknya sehingga Kota Semarang merupakan penopang jalur distribusi perekonomian Jawa Tengah. Ketersediaan sarana yang memadai dalam mendukung aksesibilitas daerah di Kota Semarang
antara lain:
Sarana jalan di Kota Semarang terdiri dari Jalan Nasional, Provinsi dan Pemerintah Kota dengan panjang total sepanjang 2.778,29 km dengan rasio panjang jalan dengan jumlah kendaraan
sebesar 0,0027 serta rasio kondisi jalan baik mencapai di atas 45.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah RKPD Kota Semarang Tahun 2013 II.22
Bandar Udara Internasional Ahmad Yani yang dapat melayani penumpang domestik antar pulau
juga dapat melayani penumpang internasional dengan jumlah flight 22.287 pada tahun 2010 meningkat dari tahun 2009 yang sebesar 20.577 flight.
Pelabuhan Tanjung Emas yang merupakan pelabuhan pelayaran nusantara untuk melayani
penumpang kapal antar Provinsi, namun demikian beberapa kapal pesiar internasional juga dapat singgah dipelabuhan ini. Selain itu pelabuhan Tanjng Emas juga untuk melayani angkutan
barang yaitu dengan adanya Terminal Peti Kemas untuk melayani bongkar muat muatan baik nasional maupun internasional. Pada tahun 2009 jumlah penumpang yang melalui dermaga
sebanyak 392.498 orang dan jumlah barang sebesar 7.487.270.
Terminal bus untuk melayani angkutan bus didalam kota, antar kota bahkan antar Provinsi.
Beberapa terminal di Kota Semarang berdasarkan tipe pelayanan yaitu: Tipe A terminal berada di Kelurahan Mangkang Kulon Kecamatan Tugu, terminal penumpang B
di kelurahan Terboyo Kecamatan Genuk dan Terminal tipe B penggaron di kecamatan Pedurungan. Terminal dengan Tipe C yaitu di kelurahan Cangkiran kecamatan Mijen, di
kelurahan Cepoko Kecamatan Gunungpati, di Kelurahan Tanjung Mas kecamatan Semarang Utara dan Meteseh Kecamatan Tembalang.
Stasiun kereta api di Kota Semarang untuk melayani angkutan penumpang dan barang. Untuk
pelayanan angkutan kelas Eksekutif dan Bisnis pelayanan di utamakan di Stasiun Tawang, sedangkan pelayanan angkutan penumpang kelas ekonomi dan bisnis dipusatkan di Stasiun
Poncol. Jumlah penumpang di tiga terminal yang ada di Kota Semarang selama tahun 2010 mencapai
6.072.796 orang. Jumlah ini meningkat dari kondisi pada tahun 2009 yang hanya mencapai sejumlah 3.857.680 orang. Sementara jumlah pengguna penumpang angkutan udara di Bandara Ahmad Yani
selama tahun 2010 mencapai 828.270 orang untuk kedatangan dan 799.527 orang untuk keberangkatan.
b. Penataan Wilayah