33
2.1.14 Aksara Jawa
Aksara Jawa merupakan salah satu warisan kebudayaan dari jaman Hindu
– Budha dan kebudayaan Islam. Menurut Ricklefs 2007: 81 aksara Jawa pada dasarnya berasal dari aksara India yaitu huruf pallawa. Bentuk aksara Jawa
dikenal dengan bentuk “ngetumbar”, karena bentuk aksara Jawa seperti tumbar. Tumbar adalah salah satu jenis rempah-rempah atau bumbu masakan. Menurut
Hadiwirodarsono 2010: 4 bentuk ngetumbar dalam penulisan aksara Jawa sudah memiliki “Standard Encoding Caracter Setting”. Standard Encoding Caracter
Setting merupakan suatu standar industri yang dirancang untuk mengizinkan teks dan simbol dari semua sistem tulisan di dunia untuk ditampilkan dan dimanipulasi
secara konsisten oleh komputer. Mustopo 2006 : 33 menyebutkan sebuah naskah Jawa kuno yang dapat
menghubungkan antara tradisi lisan dengan tradisi tulis adalah tentang asal usul abjad Jawa yang lebih dikenal dengan Legenda Aji Saka. Uraian selengkapnya
legenda Aji Saka adalah sebagai berikut: Aji saka merupakan nama samaran dari Empu Sengkala, seorang
pemuda Hindustan yang datang ke Jawa untuk menyelamatkan rakyat Jawa Madang Kamulan dari kekejaman rajanya. Dewata
Cengkar, yang memiliki kebiasaan memakan daging manusia. Dengan kecerdikan dan kesaktian Aji Saka berhasil mengalahkan
Dewata Cengkar. Atas jasanya itu ia dinobatkan sebagai raja di Madang Kamulan. Aji Saka memiliki dua orang pengawal setia
yang bernama Dora dan Sembada. Keduanya kakak beradik yang memiliki tabiat yang berbeda. Sembada memiliki sifat yang jujur,
sedangkan Dora memiliki sifat sering berbohong. Sebelum pergi menolong rakyat Madang Kamulan, Aji Saka meninggalkan keris
pusaka di pertapaannya dan menyuruh Sembada untuk menungguinya. Aji Saka berpesan bahwa tidak ada satupun orang
yang boleh mengambil keris itu kecuali dirinya. Setelah menjadi raja Madang Kamulan Aji Saka mengutus Dora yang bersamanya,
untuk mengambil keris yang ditinggal di padepokannya sambil berpesan agar jangan kembali kepadanya tanpa membawa keris
itu. Mengingat pesan gurunya, Sembada menolak memberikan
34 keris itu kepada Dora walaupun ia telah mengatakan bahwa ia
disuruh gurunya. Keduanya bersitegang dan berakhir dengan pertarungan. Karena keduanya memiliki kesaktian yang sama,
maka keduanya mati terbunuh dalam perkelahian itu. Aji Saka yang kemudian menyusul menemukan mayat kedua pengawalnya
itu. Di depan mayat kedua pengawalnya itu Aji Saka mengucapkan
: “hana caraka, data sawala, padha jayanya, maga bathanga,” yang artinya abdi-abdi yang setia, terlibat dalam perkelahian,
sama- sama kuatnya, telah menemui ajalnya.” Ucapan Aji Saka itu
dikenal sebagai deretan huruf Jawa. Mustopo 2006: 33 Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aksara Jawa
berasal dari huruf palawa. Akasara Jawa merupakan aksara asli salah satu kelompok masyarakat di tanah Jawa. Bentuk aksara Jawa dikenal dengan bentuk
“ngetumbar”, karena kemiripannya dengan salah satu bumbu masakan yaitu “tumbar”. Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, asal usul aksara Jawa erat
kaitannya dengan legenda Aji Saka.
2.1.15 Aksara Jawa Nglegena Aksara Dasar