Tingkat Kesukaran Butir Soal Daya Pembeda Butir Soal

dapat digunakan untuk menguji kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8.

3.7.3. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran difficulty index Arikunto, 2009: 207. Butir soal yang baik adalah butir soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang mudah tidak merangsang peserta didik untuk mempertinggi usaha memecahkannya, sebaliknya soal yang terlalu sukar menyebabkan peserta didik menjadi putus asa dan tidak semangat untuk memecahkan soal. Indeks kesukaran butir soal uraian dapat dihitung dengan rumus berikut: TK = Rata − rata Skor maksimum tiap soal dengan Rata − rata = Jumlah skor peserta didik peserta didik tiap soal Jumlah peserta didik Klasifikasi interpretasi untuk indeks kesukaran menurut Arikunto 2009: 210 adalah sebagai berikut: Tabel 3.2. Kriteria tingkat kesukaran butir soal Taraf kesukaran TK Kriteria 0,00 ≤ ܶܭ 0,30 Soal Sukar 0,30 ≤ ܶܭ 0,70 Soal Sedang 0,70 ≤ ܶܭ ≤ 1,00 Soal Mudah Setelah dilakukan uji coba soal dan perhitungan tingkat kesukaran diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 3.3. Perolehan tingkat kesukaran butir soal Soal 1 2 3 4 5 6 7 TK 0,809 0,812 0,759 0,745 0,653 0,715 0,645 Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa butir soal 1,2,3,4 dan 6 tergolong dalam kriteria soal mudah. Untuk butir soal 5 dan 7 tergolong dalam kriteria soal sedang. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10.

3.7.4. Daya Pembeda Butir Soal

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi dan peserta didik dengan kemampuan rendah Arikunto, 2009: 211. Daya pembeda tiap butir soal dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:   SMI X X D B A   Keterangan: D : Daya pembeda A X : Rata-rata jawaban benar dari kelompok atas B X : Rata-rata jawaban benar dari kelompok bawah SMI : Skor Maksimum Ideal Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda menurut Arikunto 2009: 218 adalah sebagai berikut: Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Daya Pembeda Koefisien Daya Pembeda Interpretasi 0,00 ≤ D 0,20 Jelek poor 0,20 ≤ D 0,40 Cukup satisfactory 0,40 ≤ D 0,70 Baik good 0,70 ≤ D ≤ 1,00 Baik sekali excellent Jika butir soal memiliki D negatif maka butir soal tersebut tidak baik. Jadi, semua butir soal yang mempunyai D negatif sebaiknya dibuang saja. Dalam tabel berikut ini, peneliti akan menyajikan hasil perolehan daya pembeda butir soal uji coba. Tabel 3.5. Perolehan daya pembeda butir soal uji coba Soal 1 2 3 4 5 6 7 DP 0,152 0,322 0,304 0,008 0,303 0,304 0,312 Berdasarkan hasil perolehan daya pembeda yang diperoleh maka butir soal 2,3,5,6 dan 7 memiliki daya pembeda yang cukup. Sedangkan untuk butir soal 1 dan 4 memiliki daya pembeda yang jelek. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11. Setelah peneliti mendapatkan hasil validitas, koefisien reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda butir soal, maka peneliti mengambil keputusan untuk memilih butir soal manakah yang layak digunakan untuk menguji kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi barisan dan deret aritmetika dan geometri. Selanjutnya, keputusan tersebut peneliti dalam sajikan tabel berikut ini. Tabel 3.6. Rekap analisis butir soal Butir Soal Validitas Kesukaran Daya Pembeda Keterangan 1 0,701 Valid 0,809 Mudah 0,152 Jelek Tidak dipakai 2 0,719 Valid 0,812 Mudah 0,322 Cukup Dipakai 3 0,826 Valid 0,759 Mudah 0,304 Cukup Dipakai 4 0,267 Tidak valid 0,745 Mudah 0,009 Jelek Tidak dipakai 5 0,828 Valid 0,653 Sedang 0,303 Cukup Dipakai 6 0,695 Valid 0,715 Mudah 0,304 Cukup Dipakai 7 0,478 Valid 0,645 Mudah 0,312 Cukup Dipakai Jadi, butir soal yang selanjutnya digunakan untuk menguji kemampuan pemecahan masalah peserta didik adalah butir soal 2,3,5,6 dan 7. Soal tersebut memuat tahap-tahap dan indikator dalam pemecahan masalah yaitu: a kemampuan menerjemahkan masalah ke dalam bahasa sains linguistic knowledge; b kemampuan mengidentifikasi skema penyelesaian masalah schematic knowledge; c kemampuan mengidentifikasi tahapan-tahapan penye- lesaian masalah strategy knowledge; dan d kemampuan melakukan tahapan- tahapan penyelesaian masalah algorithmic knowledge

3.8. Teknik Analisis Data