Tabel 2.2 Praktik Scaffolding yang Dilakukan dalam Penelitian Komponen
Scaffolding Kegiatan yang dilakukan
Level 1 Environmental
provisions Mengkondisikan kelas, menyusun lembar tugas secara
terstruktur. Menyediakan media atau gambar-gambar yang sesuai
dengan masalah yang diberikan.
Level 2 Explaining
Meminta peserta didik untuk membaca ulang masalah yang diberikan.
Mengajukan pertayaan arahan, hingga peserta didik dapat memahami
masalah dengan
benar probing
and prompting.
Reviewing Diskusi tentang jawaban yang telah dilakukan oleh peserta
didik. Meminta peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap
jawaban yang telah dibuatnya sehingga dapat menemukan kesalahan yang telah dilakukan
Meminta peserta didik untuk memperbaiki pekerjaannya.
Restructuring Mengajukan pertayaan arahan, hingga peserta didik dapat
menemukan kembali semua fakta yang ada pada masalah Meminta peserta didik untuk menyusun kembali rancangan
jawaban yang lebih tepat untuk masalah yang dihadapinya.
Level 3 Developing
Conceptual Thinking
Diskusi tentang jawaban yang telah dibuat oleh peserta didik.
Meminta peserta didik untuk mencari alternatif lain untuk menyelesaikan masalah
Mengajukan pertanyaan arahan, sehingga peserta didik dapat menemukan kemungkinan konsep lain yang terkait
dengan masalah yang sedang dihadapinya.
2.7. Model pembelajaran Probing Prompting berbantuan
Scaffolding dalam Pemecahan Masalah
Untuk melakukan
pembelajaran pemecahan
masalah, kita
dapat memfokuskan perhatian anak pada bagian-bagian permasalahan yang dihadapi,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan probing untuk mengarahkan peserta didik
pada strategi atau pada penyelesaian yang dituju, mengarahkan mereka untuk mencoba strategi penyelesaian lain, dan mendorong peserta didik untuk
memperoleh suatu generalisasi atau kesimpulan umum Suherman, 2003: 98. Oleh karena itu perlu kita hindari anggapan bahwa pemecahan masalah harus
dilakukan dengan memberikan instruksi atau petunjuk seminimal mungkin dan aturan-aturan sesedikit mungkin. Dalam praktiknya banyak soal-soal yang tidak
dapat dipecahkan oleh peserta didik bila sama sekali tidak diberikan suatu petunjuk. Bantuan berupa petunjuk untuk memecahkan masalah yang demikian
sering disebut sebagai scaffolding. Jadi scaffolding merupakan dukungan yang diberikan oleh guru kepada peserta didik dalam menyelesaikan masalah yang
tingkat kesulitannya lebih tinggi dari kemampuan dasarnya. Pemberian dukungan juga dibatasi sebatas untuk mengarahkan peserta didik, sehingga peserta didik itu
sendiri yang memutuskan sendiri untuk memilih strategi yang mana yang akan digunakan untuk memecahkan soal.
Dari uraian sebelumnya, dapat dirumuskan tahap-tahap pembelajaran probing-prompting berbantuan scaffolding dalam pemecahan masalah.
1. Tahap 1
Peserta didik dihadapkan pada situasi baru menyajikan masalah melalui peragaan atau contoh dalam kehidupan sehari-hari, teknik probing digunakan
untuk mengenali pengetahuan prasyarat yang dimiliki peserta didik, yang meliputi apersepsi dan introduksi.
2. Tahap 2
Explaining
Memberi waktu peserta didik untuk memahami masalah yang diberikan dan meminta peserta didik menjawab pertanyaan yang diajukan guru yang bersifat
probing and prompting, hingga peserta didik dapat memahami masalah dengan benar.
Reviewing Guru memberi kesempatan kepada peserta didik lain untuk menanggapi
jawaban sehingga terjadi diskusi tentang jawaban yang telah dilakukan oleh peserta didik.
Peserta didik melakukan refleksi terhadap jawaban yang telah dibuatnya sehingga dapat menemukan kesalahan yang telah dilakukan dan memperbaiki
pekerjaannya. Restructuring
Guru mengajukan pertayaan arahan, hingga peserta didik dapat menemukan kembali semua fakta yang ada pada masalah, selanjutnya peserta didik
menyusun kembali rancangan jawaban yang lebih tepat untuk masalah yang dihadapinya.
3. Tahap 3
Guru mengajukan pertanyaan sesuai indikator dengan pertanyaan probing atau promptingdan mengajukan pertanyaan akhir untuk menguji indikator.
2.8. Kajian Materi Barisan dan Deret