Tabel 4.11 Daftar Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Subjek Penelitian
Subjek Nilai
Keterangan
A 90
Tuntas B
100 Tuntas
C 77
Tuntas D
78 Tuntas
E 80
Tuntas
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hasil Pembentukan Karakter Mandiri
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan lima subjek penelitian yang dipilih berdasarkan tes pendahuluan. Berdasarkan observasi sebelum penelitian
berlangsung, diketahui bahwa masing-masing subjek penelitian memiliki karakter dan kemampuan yang berbeda-beda. Jadi, tugas guru disini adalahmerencanakan
kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan seluruh peserta didik dengan berbagai
karakteristiknya sehingga
dapat membentuk
karakter mandiri.
Merancang kegiatan pembelajaran untuk membentuk karakter peserta didik bukan hal yang mudah, dalam hal ini bukan peneliti yang membentuk karakter peserta
didik melainkan kegiatan dalam pembelajaranlah yang membentuk karakter tersebut. Selain itu butuh kesadaran dalam diri peserta didik itu sendiri untuk
mengubah sikap dan perilakunya sehingga dalam dirinya tertanam karakter mandiri.Untuk mengubah perilaku peserta didik dibiasakan dengan kondisi
tertentu sehingga peserta didik terbiasa dalam kondisi tersebut dan tanpa disadari telah menjadi karakter mereka.
Materi pembelajaran barisan dan deret aritmetika dan geometri dalam penelitian ini digunakan sebagai bahan atau media untuk mengembangkankarakter
mandiri peserta didik. Guru tidak perlu mengubahpokok bahasan yang sudah ada,
tetapi menggunakan materi pokok bahasan ituuntuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa Hasan, 2010: 13. Secara lebih rinci, karakter dapat
dikembangkan melalui tahap pengetahuan knowing, pelaksanaan acting, dan kebiasaan habit Kemendiknas, 2010: 19.
Peneliti mengamati sikap dan perilaku yang mewakili masing-masing indikator karakter mandiri. Dengan mengetahui sikap dan perilaku tersebut,
seperti diungkapkan Agustian sebagaimana dikutip dalam Lepiyanto 2011: 77 guru dapat melakukan pengulangan-pengulangan sehingga terjadi internalisasi
karakter mandiri. Perilaku masing-masing subjek penelitian untuk setiap pertemuan dapat dilihat pada hasil pengamatan di Lampiran 29. Berikut
merupakan tindakan dan pengulangan umum yang diberikan guru kepada setiap subjek penelitian untuk menginternalisasi karakter mandiri pada setiap pertemuan:
1. Mengingatkan bahwa tugas terstruktur harus dicoba dikerjakan sendiri
terlebih dahulu di rumah dengan lengkapdan teliti sebelum dibahas bersama saat pembelajaran.
2. Memotivasi peserta didik agar berani menanyakan kesulitannya dalam
memahami materi dan memecahkan soal pemecahan masalah. 3.
Mendorong peserta didik untuk membuat rangkuman dengan memanfaatkan berbagai sumber yang relevan.
4. Meminta peserta didik untuk mengulang apa yang telah dipelajari saat
pembelajaran ketika belajar di rumah dan mempelajari materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
Selain tindakan umum di atas, tindakan lainnya juga dilakukan kepada beberapa subjek penelitian yang belum memperlihatkan perilaku yang diharapkan,
antara lain.
1 Sebagian besar subjek penelitian terlihat masih pasif saat pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu diberikan dukungan kepada A, C, D, dan E agar
aktif dalam menanggapi penjelasan guru dan berani menyampaikan pendapatnya sendiri serta menanyakan kesulitannya kepada teman maupun
guru. Selain itu subjek penelitian juga diminta untuk menyampaikan hasil pekerjaannya di depan kelas untuk melatih keberanian tampil didepan umum.
2 Sejak pertemuan I telah dilakukan dorongan agar peserta didik mengerjakan tugas terstruktur di setiap pertemuan dengan lengkap dan rapi, namun
beberapa peserta didik termasuk diantaranya D dan E belum mengerjakan sama
sekali. Oleh
karena itu,
guru meminta
peserta didik
untuk mengumpulkan terlebih dahulu tugas pada pertemuan II sebelum dibahas.
Dengan demikian peserta didik terdorong mau mengerjakan tugas dan mengulang materi yang telah diajarkan.
3 Selama pembelajaran pada pertemuan pertama, B telah membuat catatan materi sedangkan subjek penelitian yang lain belum. Oleh karena itu pada
pertemuan selanjutnya dilakukan dorongan kepada subjek penelitian yang lain untuk mencatat.
Selain melalui tindakan untuk membentuk karakter mandiri, kegiatan pembelajaran
dengan penerapan
model pembelajaran
probing-prompting berbantuan scaffolding juga memiliki proses-proses yang memungkinkan peserta
didik merubah
perilaku dan
sikapnya sehingga
dapat terus
menerus memperlihatkan perilaku yang mencerminkan karakter mandiri. Berikut ini
merupakan matriks keterkatian antara penerapan model pembelajaran probing-
prompting berbantuan scaffolding dengan perubahan perilaku peserta didik untuk indikator yang mewakili karakter mandiri.
Tabel 4.12 Keterkaitan Penerapan Model Pembelajaran Probing-Prompting Berbantuan Scaffolding dengan Karakter Mandiri
No Indikator Karakter
Mandiri Keterkaitan Penerapan Model Pembelajaran
Probing-Prompting Berbantuan Scaffolding
1. Berusaha
mencari informasi dari segala
sumber bila
dihadapkan dengan
masalah Peserta didik diberikan tugas untuk membuat
rangkuman dari sumber apapun mengenai materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya
2. Ketidaktergantungan
terhadap orang lain Peserta didik diberikan tugas untuk terstruktur
yang dikerjakan sendiri ataupun diskusi dengan teman tentang materi yang telah dipelajari dan
diharapkan untuk mencoba mengerjakan soal pada materi yang akan dibahas selanjutnya.
3. Berperilaku disiplin
Peserta didik diminta untuk mengumpulkan tugas sebelum pelajaran dimulai, sehingga terbiasa
mengerjakan tugas dirumah sebelumnya.
4. Berperilaku
berdasarkan inisiatif sendiri
Pada model pembelajaran probing prompting peserta
didik diberikan
kesempatan untuk
mengerjakan soal pemecahan masalah dengan cara mereka sendiri, serta diberikan buku siswa yang
memuat soal-soal latihan yang tidak semuanya dibahas di kelas.
3. Memiliki
kepercayaan diri Pada model pembelajaran probing prompting
berbantuan scaffolding peserta didik dilatih untuk dapat berkomunikasi mengutarakan pikiran dan
ide mereka sendiri dengan teman dan guru sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan diri
peserta didik.
4. Melakukan
kontrol diri
Fase terakhir pada model pembelajaran probing prompting
berbantuan scaffolding
memuat pertanyaan akhir dalam bentuk kuis individual
yang digunakan untuk menguji indikator, di sini dibiasakan untuk percaya terhadap kemampuan
sendiri.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara selama empat pertemuan diketahui bahwa masing-masing subjek penelitian menunjukkan perkembangan
pembentukan karakter mandiri yang berbeda. Subjek A dan B sejak pertemuan
pertama sudah menunjukkan bahwa mereka mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Namun mandiri bukan berarti egois, A yang awalnya pasif, tidak mau
menunjukkan bahwa ia mampu, setelah pembelajaran selama empat pertemuan A menunjukan perubahan bahwa ia mau menyampaikan hasil pekerjaannya di depan
kelas. Selama penelitian berlangsung beberapa perilakuC dan D yang awalnya belum terlihat menjadi mulai berkembang. Guru memberikan tindakan dan
dorongan yang intensif untuk E sehingga sebagian besar perilakunya dapat mencapai tahap mulai berkembang. Secara umum kelima subjek penelitian
mengalami perubahan perilaku walaupun dengan peningkatan yang berbeda-beda. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.21berikut.
Gambar 4.21 Indeks Gain Karakter Mandiri Dari grafik tersebut, dapat dilihat bahwa kemandirian siswa dari pertemuan
pertama hingga keempat mengalami peningkatan. Peningkatan yang signifikan terjadi pada pertemuan keempat, dikarenakan siswa sudah terbiasa dengan model
20 40
60 80
100 120
Pertemuan ke 1
Pertemuan ke 2
Pertemuan ke 3
Pertemuan ke 4
A B
C D
E
pembelajaran yang diterapkan serta mulai termotivasi untuk bekerja secara mandiri dalam mengerjakan sesuatu.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan model Probing-prompting memungkinkan peserta didik terlibat aktif dalam memecahkan masalah,
mengungkapkan pendapat, menanggapi dan mengajukan pertanyaan, serta menyampaikan hasil pekerjaan pada peserta didik lain. Pembiasaan peserta didik
untuk aktif dalam menyampaikan pendapatnya sendiri tersebut memungkinkan peserta didik membentuk karakter mandiri karena karakter mandiri pada intinya
adalah sifat yang tidak mudah tergantung dengan orang lain dalam mengatasi berbagai hambatan dan kesulitan belajar. Karakter tersebut memungkingkan
peserta didik memiliki penguasaan terhadap materi yang lebih baik, demikian pula kemampuan pemecahan masalahnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Wood,
Bruner dan Ross dalam Anghileri, 2006 tentang scaffolding bahwa pemberian dukungan pada akhirnya dihapus ketika anak dapat belajar secara mandiri. Selain
itu juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya di Harvard University Amerika Serikat yang menghasilkan suatu teori bahwa kesuksesan
seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis hard skill saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri sendiri soft skill
Muslich, 2011:84. Berdasarkan
data tersebut,
dapat dikatakan
bahwa pembelajaran
matematika dengan
model pembelajaran
Probing-prompting berbantuan
scaffolding pada materi barisan dan deret dapat mengembangkan karakter mandiri peserta didik. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari perubahan sikap dan
perilaku peserta didik pada indikator-indikator yang menunjukkan karakter mandiri.
4.2.2 Hasil Keterampilan Pemecahan Masalah