Pengintegrasian Pendidikan Karakter pada Pembelajaran

1. Kereligiusan 2. Kejujuran 3. Kecerdasan 4. Tanggung jawab 5. Kebersihan dan kesehatan 6. Kedisiplinan 7. Tolong-menolong 8. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif 9. Kesantunan 10. Ketangguhan 11. Kedemokratisan 12. Kemandirian 13. Keberanian mengambil risiko 14. Berorientasi pada tindakan 15. Berjiwa kepemimpinan 16. Kerja keras 17. Percaya diri 18. Keingintahuan 19. Cinta ilmu 20. Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain 21. Kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial 22. Menghargai karya dan prestasi orang lain 23. Kepedulian terhadap lingkungan 24. Nasionalisme 25. Menghargai keberagaman Salah satu karakter siswa yang wajib dibentuk adalah kemandirian. Kemandiran didefinisikan sebagai sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas Hasan, 2010: 7. Bagi siswa SMK, kemandirian menjadi dasar untuk menghadapi dunia kerja setelah mereka lulus SMK. Jika kemandirian sudah tertanam pada diri siswa, mereka lebih siap untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri tanpa bergantung pada orang lain.

2.2.3. Pengintegrasian Pendidikan Karakter pada Pembelajaran

Pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran Hasan, 2010: 18. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan di sekolah selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi, juga dibuat untuk menjadikan peserta didik mengenal dan menginternalisasi nilai-nilai agar menjadi kebiasaan. Jadi, pembelajaran nilai-nilai karakter dapat diinternalisasi pada pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat. Menurut Hasan 2010: 11-14, ada empat prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, antara lain: berkelanjutan, melalui semua mata pelajaran, nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan, serta proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan. Pada penelitian ini hanya dua prinsip yang digunakan yaitu nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan dan proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan. Nilai-nilai karakter disisipkan pada pembelajaran, namun tidak dijadikan materi pokok yang dikemukakan. Menurut Hasan 2010: 13 materi pelajaran biasa digunakan sebagai bahan atau media untuk mengembangkan nilai- nilai budaya dan karakter bangsa. Dengan demikian, guru tidak perlu mengubah materi pokok yang sudah ada, tetapi menggunakannya untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Guru juga tidak harus mengembangkan proses belajar khusus untuk mengembangkan nilai. Satu aktivitas belajar dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Prinsip selanjutnya yaitu proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan. Guru merencanakan kegiatan belajar yang menyebabkan peserta didik aktif dan menggunakan model pembelajaran yang menarik sehingga peserta didik merasa senang mengikuti pembelajaran matematika. Namun prinsip berkelanjutan dan melalui semua mata pelajaran tidaak dapat diterapkan dalam penelitian ini dikarenakan terbatasnya waktu penelitian serta terbatasnya ruang lingkup penelitian pada pelajaran matematika. Proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang, dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan. Proses pendidikan nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Pengembangan karakter pada pembelajaran dapat diawali dengan perkenalan terhadap pengertian nilai yang dikembangkan maka guru menuntun peserta didik agar aktif. Hal ini dilakukan tanpa guru mengatakan kepada peserta didik bahwa mereka harus aktif, tetapi guru merencanakan kegiatan belajar yang menyebabkan peserta didik aktif merumuskan pertanyaan, mencari sumber informasi, dan mengumpulkan informasi dari sumber, mengolah informasi yang sudah dimiliki, merekonstruksi data, fakta, atau nilai, menyajikan hasil rekonstruksi atau proses pengembangan nilai, menumbuhkan nilai-nilai budaya dan karakter pada diri mereka melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di kelas, sekolah, dan tugas-tugas di luar sekolah Hasan, 2010:14 Penilaian pencapaian pendidikan nilai budaya dan karakter didasarkan pada indikator. Penilaian dilakukan secara terus menerus, setiap saat guru berada di kelas atau di sekolah. Model anecdotal record catatan yang dibuat guru ketika melihat adanya perilaku yang berkenaan dengan nilai yang dikembangkan selalu dapat digunakan guru. Selain itu, guru dapat pula memberikan tugas yang berisikan suatu persoalan atau kejadian yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan nilai yang dimilikinya Hasan, 2010:22. Dari hasil pengamatan, catatan anekdotal, tugas, laporan, dan sebagainya, guru dapat memberikan kesimpulan atau pertimbangan tentang pencapaian suatu indikator atau bahkan suatu nilai.

2.3. Pemecahan Masalah