Sintaks Model Pembelajaran Probing-Prompting Kelebihan dan Kelemahan Model Probing-Prompting

2.5.2. Sintaks Model Pembelajaran Probing-Prompting

Berikut ini merupakan tahap-tahap pembelajaran matematika dengan Probing-Prompting yang diadaptasi oleh Kurniati dari Development Model, Joyce Weil dalam Rosdiana 2010: 13. Tahap 1 : Menghadapkan peserta didik pada situasi baru yang mengandung teka- teki menyajikan masalah melalui gambar, peragaan, dan lain-lain. Tahap 2 : Tunggu beberapa saat 1-3 menit untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik memahami masalah. Tahap 3 : Mengajukan pertanyaan sesuai dengan indikator kepada seluruh peserta didik. Tahap 4 : Menunggu beberapa saat 1-3 menit untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk merumuskan jawabannya Tahap 5 : Meminta salah seorang peserta didik untuk menjawab pertanyaan tersebut Tahap 6 : Dari respon tersebut, jika respon peserta didik relevan dan benar, maka meminta tanggapan dari peserta didik lain untuk meyakinkan bahwa seluruh peserta didik terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung, serta memberi pujian atas jawaban yang benar. Namun apabila jawabannya tidak relevan, maka ajukanlah beberapa pertanyaan susulan yang berhubungan dengan respon pertama tersebut. Pertanyaan yang diajukan pada langkah keenam ini sebaiknya diajukan pada beberapa peserta didik berbeda agar peserta didik berada dalam satu kegiatan probing-prompting Tahap 7: Mengajukan pertanyaan akhir pada peserta didik yang berbeda untuk lebih menekankan bahwa indikator tersebut benar-benar telah dipahami oleh seluruh peserta didik.

2.5.3. Kelebihan dan Kelemahan Model Probing-Prompting

Suatu strategi maupun teknik yang diberikan tidak akan pernah lepas dari kelebihan dan kelemahan, karena begitujuga dengan teknik probing prompting. Adapun kelebihannya antara lain: 1. Mendorong peserta didik aktif berfikir 2. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas sehingga guru dapat menjelaskan kembali. 3. Perbedaan pendapat antara peserta didik dapat dikompromikan atau diarahkan pada suatu diskusi. 4. Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian peserta didik, sekalipun ketika itu peserta didik sedang ribut, yang mengantuk, kembali tegar dan hilang kantuknya. 5. Sebagai cara meninjau kembali review bahan pelajaran yang lampau. 6. Mengembangkan keberanian dan keterampilan peserta didik dalam menjawab dan mengemukakan pendapat. Sedangkan kelemahannya: 1. Peserta didik merasa takut, apalagi bila guru kurang dapat mendorong peserta didik untuk berani, dengan menciptakan suasana yang tidak tegang, melainkan akrab. 2. Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berfikir dan mudah dipahami peserta didik. 3. Waktu sering banyak terbuang apabila peserta didik tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang. 4. Dalam jumlah peserta didik yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada tiap peserta didik. 5. Dapat menghambat cara berfikir anak bila tidakkurang pandai membawakan, misalnya guru meminta peserta didiknya menjawab persis seperti yang dia kehendaki, kalau tidak dinilai salah.

2.6. Scaffolding