11. Terampil melihat kembali hasil pekerjaannya 12. Terampil menunjukkan jawaban final dari persoalan yang dihadapi
13. Terampil menafsirkan penyelesaian yang telah diperoleh 14. Terampil menyimpulkan solusi persoalan yang diberikan padanya
15. Terampil menuliskan rangkuman dari persoalan yang diberikan padanya Pada penelitian ini, keterampilan pemecahan masalah diukur dengan
observasi dan wawancara mendalam. Lembar observasi dan pedoman wawancara tersaji dalam lampiran 22 dan 24.
2.4.3. Kemampuan Pemecahan Masalah
Dijelaskan pada
dokumen Peraturan
Dirjen Dikdasmen
No. 506KepPP2004 tanggal 11 November 2004 dalam Wardhani 2008: 18, bahwa
pemecahan masalah merupakan kompetensi strategik yang ditunjukkan peserta didik dalam memahami, memilih pendekatan dan strategi pemecahan masalah,
dan menyelesaikan model untuk menyelesaikan model untuk menyelesaikan masalah. Indikator yang menunjukkan pemecahan masalah adalah:
1 menunjukkan pemecahan masalah, 2 mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan
masalah, 3 menyajikan masalah secara matematika dalam berbagai bentuk,
4 memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat, 5 mengembangkan strategi pemecahan masalah,
6 membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah, 7 menyelesaikan masalah yang tidak rutin.
Menurut Kantowksi sebagaimana dikutip dalam Wardhani 2010: 41-42 pada setiap tingkat kemampuan pemecahan masalah terdapat karakteristik dari
peserta didik dan peran guru yang berbeda-beda. Berikut ini adalah tingkatan karakteristik peserta didik dan peran guru tersebut:
1. Tingkat pertama
Pada tingkat ini peserta didik tidak mempunyai atau hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang apa itu pemecahan masalah, strategi pemecahan masalah
ataupun struktur matematika dari masalah. Kebanyakan peserta didik pada tingkat ini tidak mengetahui dari mana harus memulai menyelesaikan masalah. Peran
guru pada tingkatan ini sebagai model atau memberi contoh. 2.
Tingkat kedua Pada tingkat ini peserta didik sudah mengerti maksud pemecahan masalah,
strategi dan struktur matematika dari masalah. Mereka dapat mengikuti dan memahami
proses penyelesaian
yang dilakukan
orang lain
dan sering
menyarankan strategi-strategi lain yang diambil dari masalah lain yang mirip untuk memecahkan masalah. Meskipun demikian, peserta didik tersebut masih
merasa belum memiliki rasa percaya diri untuk memecahkan masalah. Pada tingkatan ini guru berperan sebagai pihak yang memberi bantuan.
3. Tingkat ketiga
Pada tingkat ini peserta didik mulai percaya diri dalam memecahkan masalah. Mereka aktif menyarankan strategi yang berbeda dari yang pernah digunakan
sebelumnya. Mereka mulai memahami bahwa suatu masalah dapat mempunyai
banyak penyelesaian ataupun tidak ada penyelesaian. Guru pada tingkat ini berperan sebagai pemberi masalah.
4. Tingkat keempat
Pada tingkat ini peserta didik telah dapat memilih dan menentukan strategi pemecahan masalah yang paling efektif, efisiein, serta dapat mencari alternatif
penyelesaian dari masalah. Peserta didik selalu termotivasi untuk menyelesaikan malah baru yang lebh sulit dan menantang. Pada tingkatan ini peran guru sebagai
fasilitator. Berdasarkan empat langkah pemecahan masalah Polya
yaitu 1 memahami masalah, 2 menyusun rencana, 3 melakukan rencana, 4
memeriksa kembali hasil perhitungan, disusun indikator kemampuan pemecahan masalah sebagai berikut.
1. Memahami Masalah a.
Peserta didik mampu menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan
b. Peserta didik mampu menuliskan masalah dengan kalimat yang lebih
sederhana sesuai dengan interpretasinya sendiri 2. Menyusun Rencana Pemecahan Masalah
a. Peserta didik mampu menuliskan pemisalan dari data yang diketahui b. Peserta didik mampu menuliskan kalimat matematika dari soal yang
diberikan c. Peserta didik mampu menuliskan rumus yang sesuai antara yang
diketahui dengan yang ditanyakan
d. Peserta didik mampu menuliskan langkah-langkah penyelesaian dengan runtut dan benar.
3. Melaksanakan Rencana Pemecahan Masalah a. Peserta didik mampu mensubtitusikan data secara benar ke dalam rumus
yang sudah ditentukan b. Peserta didik mampu melakukan operasi aljabar dengan benar
c. Peserta didik mampu menuliskan penyelesaian dengan benar d. Peserta didik mampu melaksanakan penyelesaian masalah sesuai langkah
penyelesaian dengan benar 4. Memeriksa Kembali Hasil Perhitungan
a. Peserta didik mampu mensubtitusikan hasil yang diperoleh ke dalam rencana penyelesaian
b. Peserta didik mampu memeriksa kembali apakah sudah tepat rencana yang dibuat dengan penyelesaian rencana
c. Peserta didik mampu memeriksa kembali hasil penyelesaian d. Peserta didik mampu menuliskan simpulan hasil penyelesaian
Kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini diukur melalui tes kemampuan pemecahan masalah yang diberikan di pertemuan kelima. Tes
tersebut dilakukan dengan soal kemampuan pemecahan masalah yang dibuat sesuai dengan indikator. Suatu soal dapat dianggap sebagai masalah bagi
seseorang, namun bagi orang lain mungkin sudah merupakan hal yang rutin. Menurut Wardhani 2008: 18, ciri dari pertanyaan atau penugasan berbentuk
pemecahan masalah adalah: 1 ada tantangan dalam materi tugas atau soal, 2
masalah tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan prosedur rutin yang sudah diketahui penjawab. Dengan demikian guru perlu teliti dalam menentukan soal
yang akan disajikan sebagai pemecahan masalah. Dalam kehidupan kita tidak bisa lepas dari masalah, tetapi tidak bisa
dipungkiri bahwa masalah yang biasa dihadapi sehari-hari itu tidak selamanya bersifat matematis. Dalam hal ini guru bertugas membantu siswa untuk
memahami makna kata-kata atau istilah yang muncul dalam suatu masalah sehingga
kemampuannya dalam
memahami konteks
masalah bisa
terus berkembang. Dalam matematika hal seperti biasanya berupa pemecahan masalah
matematika yang di dalamnya termasuk soal cerita Suherman, et al, 2003: 92. Dalam penelitian ini, soal tes kemampuan pemecahan masalah berupa soal
cerita berbentuk uraian yang disesuaikan dengan indikator pemecahan masalah dan indikator materi barisan dan deret aritmetika dan geometri. Kisi-kisi, soal, dan
kunci jawaban dapat dilihat pada lampiran 25, 26, dan 27.
2.5. Model Pembelajaran Probing-Prompting