Rumahtangga buruh perkebunan digunakan sebagai unit analisis dengan pertimbangan kajian penelitian ini tidak terlepas dari hubungan antar anggota
rumahtangga terutama dalam melakukan strategi bertahan hidup. Lebih lanjut, unit analisis rumahtangga juga dipilih untuk melihat keragaman pola nafkah dan
pola pembagian kerja yang dibangun anggota rumahtangga, sehingga dapat memperlihatkan peran masing-masing anggota rumahtangga, termasuk peran anak
dalam membantu ekonomi keluarga. Sekalipun aktivitas kerja dilakukan oleh individu anggota keluarga, namun pengelolaannya berada dalam satu unit
rumahtangga. Dalam penelitian ini, pengertian keluarga dan rumahtangga dibedakan, dimana anggota dari suatu rumahtangga tidak selalu bertampat tinggal
di satu rumah yang sama dan sebaliknya penghuni satu rumah bisa lebih dari satu rumahtangga. Dengan mengacu kepada pendapat White 1978, rumahtangga di
pedesaan Jawa, merangkap fungsi banyak yaitu sebagai unit produksi, konsumsi, reproduksi, serta unit interaksi sosial-ekonomi dengan tujuan utama untuk
mencukupi kebutuhan-kebutuhan anggotanya. Kebutuhan anggota rumahtangga dipenuhi dalam satu dapur yang sama. Setiap bagian dari anggota rumahtangga
baik ayah, ibu, anak, maupun kerabat mempunyai fungsi dan peranan masing- masing dalam satu totalitas, akan tetapi peran tersebut saling menunjang dalam
rangka mempertahankan kelangsungan keluarga. Dengan demikian, dalam penelitian ini unit analisis rumahtangga dipahami sebagai sebuah unit sosial
terkecil dimana anggota rumahtangga berada dalam satu dapur yang sama.
3.4. Teknik Pengumpulan data
Data-data penelitian dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang berupa informasi mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi orang tua menginginkan anaknya menjadi buruh, nilai anak pada keluarga buruh, sosialisasi nilai kerja, dan respon pekerja anak sendiri
terhadap adanya regenerasi buruh. Data primer diperoleh dari informan orang yang memberi keterangan tentang orang lain serta responden orang yang
memberi keterangan tentang dirinya sendiri. Informan adalah tokoh masyarakat, tokoh agama, aparat pemerintah desa, pensiunan buruh, mantan pekerja anak dan
pihak perkebunan. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara
mendalam dan pengamatan berperan serta dimana peneliti selalu bersama dengan responden. Wawancara yang berlangsung pada masing-masing responden
dilaksanakan dalam bahasa Indonesia, meskipun sesekali responden menggunakan bahasa ibu Jawa. Pada saat responden tidak dapat berbahasa Indonesia, peneliti
membawa informan kunci yang dapat menerangkan jawaban dari responden. Proses wawancara tidak hanya di rumah tempat tinggal responden, tetapi juga
dilakukan di tempat-tempat kerja, terutama pada delapan responden. Perpindahan tempat wawancara tersebut dipandang cocok dan layak digunakan sebagai suatu
variasi untuk meningkatkan mutu wawancara, sehingga data yang diperoleh benar-benar lengkap dan valid. Tahapan ini dilakukan dengan menggunakan
panduan wawancara yang telah dipersiapkan. Meskipun demikian, proses wawancara, tetap mengandung kelemahan dan
hambatan, antara lain ketika panduan wawancara belum sempat dikembangkan pada saat responden kesulitan mengingat peristiwa masa yang lalu, kesulitan
mengekspresikan hal yang dialaminya dan kurang mampu menangkap pertanyaan peneliti. Untuk itu ketika wawancara berlangsung, peneliti menjadi partisipasi
aktif sambil melakukan pengamatan langsung pada rumahtangga responden. Menurut Wahyuni 2000 langkah seperti itu merupakan sebuah langkah yang
benar dan mendapat keuntungan, dimana pengamatan langsung mempunyai kemungkinan-kemungkinan untuk mencatat hal-hal baru, perilaku keseharian dan
sebagainya pada saat kejadian itu berlangsung atau sewaktu perilaku tersebut terjadi. Dengan kata lain data yang langsung mengenai perilaku responden dapat
dicatat segera dan tidak menggantungkan daya ingatan semata. Artinya, pada saat proses pengumpulan data melalui wawancara mendalam, panduan wawancara
harus disiapkan lebih dahulu secara terencana, sistematis dan terkait dengan tujuan penelitian. Keselurahan hasil wawancara tersebut ditulis dalam catatan
harian. Catatan harian inilah yang menjadi instrumen utama dalam penelitian tentang peran anak dan sosialisasi nilai kerja pada rumahtangga buruh perkebunan
tembakau Deli. Jenis data, sumber informasi dan cara pengumpulan data yang dia mbil dapat dilihat dalam tabel 2.
Tabel 2. Jenis Data, metode pengumpulan Data dan sumber data
Tujuan Penelitian Data yang dikumpulkan
Metode Pengumpulan Data
Sumber Data
1. Faktor-faktor yang mendorong
orang tua menginginkan
anaknya menjadi generasi buruh di
perkebunan? •
Nilai anak bagi keluarga buruh
• Tujuan dan harapan orang
tua terhadap peranan anak dalam membantu ekonomi
keluarga •
Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan
orang tua mempekerjakan anak
• Kesesuaian tujuan dengan
kenyataan Wawancara,
observasi Orang
tua, buruh
anak
2. mekanisme dalam
menghasilkan generasi buruh
di perkebunan? •
Upaya- upaya yang dilakukan orang tua
• Sosialisasi dan penanaman
nilai kerja •
Menjaga hubungan dengan pihak perkebunan.
Wawancara, observasi
Orang tua buruh
anak,
3. respon pekerja anak dalam
menanggapi keinginan orang
tua •
tekanan-tekanan yang dihadapi pekerja anak
• strategi yang dilakuk an
anak •
potret harapan dan cita-cita anak
Wawancara, pengamatan
partisipatif Buruh
anak, mantan
buruh anak
3.5. Teknik Analisa Data