buruh tidak ada karena merosotnya produksi tembakau, disamping jumlah tenaga kerja yang tersedia masih cukup besar. Hal ini menyebabkan semakin banyak
penduduk yang tidak tertampung di perkebunan. Bagi mereka yang tidak tertampung akan menjadi penganguran dan sebagian lainnya mencoba mencari
kerja di luar perkebunan terutama dari kalangan anak-anak dan pemuda.
4.6.2. Penawaran Tenaga Kerja
Kebutuhan tenaga kerja di industri tembakau Deli, seluruhnya dipenuhi oleh tenaga lokal. Sejauh pengamatan tidak ditemukan fenomena tenaga kerja
migran dari wilayah desa lain di perkebuna tembakau Deli. Hal ini berhubungan dengan kebijakan pihak perkebunan yang mengutamakan perekrutan tenaga kerja
lokal yang berada di wilayah desa di mana kebungudang tersebut berlokasi. Penerimaan tenaga kerja lokal sangat menguntungkan bagi perkebunan, dimana
tenaga kerja lokal merupakan anak buruh tembakau yang telah terbiasa dengan proses kerja di tembakau, sehingga pihak perkebunan tidak mengeluarkan dana
untuk membina dan memberikan pelatihan. Sementara itu, untuk mendapatkan pekerjaan sebagai buruh harian atau
musiman sangatlah mudah dan tidak memerlukan syarat-syarat khusus, kecuali kuat bekerja keras dan kesediaan bekerja di bawah kondisi yang telah ditentukan
perusahaan. Hal ini berlaku bagi buruh dewasa dan buruh anak-anak. Seorang buruh yang ingin bekerja tinggal mendatangi mandor dan meminta ijin agar
diperbolehkan bekerja, karena setiap ada penerimaan buruh, mandor memiliki perana n pe nting dalam merekrut dan menyeleksi buruh. Dalam hal ini seorang
mandor mempunyai fungsi-fungsi lain diluar fungsi pengawasan kerja, diantaranya sebagai perekrut tenaga kerja. Apabila perusahaan membutuhkan
tenaga kerja, mandor akan memberitahukan lowongan itu kepada masyarakat sekitar perkebunan. Dengan peran-peran tersebut, mandor menduduki posisi kunci
dalam pemberian akses untuk bekerja di perkebunan tembakau. Perekrutan buruh biasanya didasarkan atas kebutuhan secara musiman dan jumlahnya tidak tetap.
Adapun faktor yang cukup berpengaruh terhadap penawaran tenaga kerja dalam kasus perkebunan tembakau Deli di Buluh Cina adalah siklus pertanian
padi – palawijaholtikultura – tembakau. Terutama pada akhir-akhir ini sebagian
buruh telah memiliki tanahsawa h yang dapat digunakan untuk berusaha lain di luar perkebunan dengan cara menanam padi dan tanaman holtikultura lainnya.
Meskipun demikian jumlah buruh yang masih menggantungkan hidup di sektor perkebunan tembakau masih lebih banyak. Mereka ini pada umumnya belum
memiliki tanahsawah sebagai sumber ekonomi yang lain. Bagi rumahtangga buruh yang telah memiliki tanahsawah, baik laki-laki maupun perempuan, sektor
pekerjaan mereka saat ini banyak dipengaruhi oleh siklus tersebut. Pada musim tanam padipalawija , laki-laki bekerja di sawahladang. Sementara pada saat
musim tanam tembakau tiba, laki-laki beralih kerja ke kebun tembakau terutama pada tahap persiapan penanaman yang ditandai dengan sistem kerja borongan.
Sementara itu, fenomena umum yang terungkap adalah pada saat musim tanam tembakau atau saat gudang berproduksi, perempuan terserap bekerja di
kebungudang. Namun pada saat musim tembakau berlalu, perempuan berusaha mencari pekerjaan di sektor pertanian atau di kebun tebu. Sebagian lagi mencoba
mencar i pekerjaan lain di sektor nonpertanian dan ada pula yang menganggur, tapi untuk yang terkahir ini sangat jarang terjadi. Kebiasaan keluarga buruh di desa
Buluh Cina sebagian besar tidak mengenal istilah menganggur dalam hidupnya. Ia bekerja di sawahladang pada saat musim tanam padipalawija, sementara pada
saat musim tembakau, mereka bekerja rangkap di kebun dan di sawah. Dua faktor utama yang menyebabkan terjadinya penyusutan tenaga kerja
di kebungudang pengolah adalah akibat penurunan produksi dan masa panen padi. Pada waktu ini buruh tembakau di kebungudang meninggalkan pekerjaan
mereka selama seminggu atau dua minggu untuk membantu panen padi di sawah. Menurut seorang informan mandor gudang pemeraman tembakau, pada saat-saat
musim penen padi penurunan persentase buruh di gudang dapat mencapai 75 persen. Penyerapan sementara buruh tembakau ke sektor pertanian disebabkan
tidak tersedianya tenaga kerja lain.
4.7. Ikhtisar