Sistem Produksi Tembakau Deli dan Keterlibatan Pekerja Anak

5.1.1. Sistem Produksi Tembakau Deli dan Keterlibatan Pekerja Anak

Sistem produksi tembakau Deli memiliki dua tahapan penting, yaitu tahap produksi di kebun dan di gudang pemeraman tembakau. Pada awalnya untuk mengerjakan kedua tahapan tersebut pihak perkebunan menggunakan dua sistem kerja yang berbeda. Pada tahap musim panen tembakau pihak perkebunan menggunakan sistem upah borongan yang ditandai dengan pemberian pinjaman tanah masing-masing buruh sekitar 0,8 ha untuk ditanami tembakau. Sistem penggajian dilakukan de ngan menerapkan sistem kerja borongan, yaitu setiap buruh bertanggung jawab penuh mengelola tanaman tembakau mulai dari persiapan lahan, penanaman sampai pemetikan daun tembakau dan diangkut ke bangsal yang dihargai sesuai dengan masing-masing tahapan pekerjaan. Sementara itu, pasca musim tanam tembakau, sistem upah buruh ditetapkan dengan upah harian. Struktur kerja yang tetap dipertahankan hingga saat ini merupakan warisan dari sistem perkebunan pada jaman Belanda. Beberapa informan dari pihak perkebuna n seperti asisten kebun, mandor dan staf yang sempat diwawancarai membenarkan bahwa, sistem kerja yang diterapkan di perkebunan tembakau Deli hingga saat ini belum mengalami banyak perubahan. Sistem produksi yang diterapkan masih mengacu kepada pengelolaan perkebunan tembakau pada masa kolonial Belanda. Model-model manajemen feodalisme tampaknya masih menjadi ciri khas masyarakat perkebunan, meskipun dalam prakteknya mengalami pergeseran tapi tidak secara siginifikan menguntungkan nasib buruh. Dalam manajemen yang demikian, biasanya para staf perkebunan dan staf yang lebih tinggi jabatannya adalah seorang tuan yang dihormati dan harus dipatuhi oleh para kuli kebun. Hal yang menjadi keputusan dan kebijakan perusahaan, meskipun itu sangat merugikan buruh adala h sebuah fatwa yang tidak dapat dibantah. Posisi sebagai buruh kebun kemungkinan besar akan disandang seumur hidup bahkan secara bergenerasi, karena sistem kerja tersebut hampir tidak memberikan peluang kepada mereka untuk dapat melakukan mobilitas sosial secara vertikal melalui kenaikan jabatan dan kesejahteraan. Suasana perkebunan diatur sedemikian rupa agar buruh hanya menjadi semacam komponen mesin yang tidak berharga, sehingga tidak mungkin pindah mencari pekerjaan lain. Secara struktural, organisasi produksi kerja PTPN II menerapkan sistem manajemen dalam bentuk tugas dan wewenang secara hierarkis. Berdasarkan data emperis yang ditemui di lapangan, jenjang tenaga kerja di perkebunan tembakau dapat digambarkan sebagai berikut: - Pimpinan utama perkebunan disebut Direksi yang berkedudukan di kantor Pusat PTPN II di Tanjung Morawa Medan. - Pimpinan perkebunan dikepalai seorang administratur ADM. - ADM dibantu oleh asisten kepala, asisten kebun di tingkat afdeling dibantu seorang krani dan mandor. Pada masa tanam tembakau, biasanya areal kebun dibagi kedalam beberapa afdeling dan setiap afdeling dibagi menjadi dua atau tiga kongsi. Setiap kongsi dikepalai oleh seorang mandor dan seorang krani yang secara struktural setingkat dengan mandor tetapi berbeda tugasnya. Krani melaksanakan tugas-tugas urusan- urusan administratif, sedangkan mandor melaksanakan urusan lapangan dan teknis di kebun. Pada setiap kongsi terdapat sekitar 27 – 30 buruh harian tetap dan buruh harian lepas yang dibayar secara harian untuk mengerjakan jenis-jenis pekerjaan yang tidak termasuk ke dalam paket kerja borongan. Pada satu afdeling biasanya berdiri sebuah bangunan yang digunakan sebagai pemeraman bibit tembakau, lahan pembibitan dan kantor asisten, krani serta mandor. Bangunan ini juga dilengkapi dengan peralatan kerja, kelender tanam tembakau, dan tempat istirahat para buruh. Di kantoran tersebut, biasanya ada seorang buruh harian lepas yang tinggal sehari-hari untuk menjaga inventaris perkebunan maupun untuk melayani kebutuhan asisten kebun atau mandor. Bangunan kantoran ini akan bubar dan kantoran ini akan dibongkar setelah panen selesai yang kemudiaan disimpan untuk kembali dipakai pada musim tanam tahun berikutnya di areal lain sesuai dengan rotasi yang telah direncanakan. Sementara itu, daun tembakau yang telah dipanen biasanya akan dibawa ke bangsal-bangsal untuk selanjutnya dilakukan pengeringan daun tembakau selama 2 – 3 minggu atau sampai daun tembakau berwarna coklat. Di setiap bangsal, biasanya ada seorang buruh harian lepa s yang bertugas untuk menjaga keamanan baik siang maupun malam hari dan untuk menyalakan api pada malam hari agar warna dan aroma daun tembakau tetap mendapat kualitas yang baik.

5.1.2. Keterlibatan Anak dalam Sistem Borongan