Potensi Ekonomi Desa GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.4. Potensi Ekonomi Desa

Kondisi wilayah Desa Buluh Cina yang sebagian besar merupakan areal perkebunan PTPN II, menyebabkan penduduk mayoritas memiliki mata pencaharian sebagai buruh perkebunan baik sebagai buruh tetap, buruh harian lepas, dan buruh musima n. Sebagian kecil bernasib bagus dapat bekerja di kantor administrasi perkebunan, mandor kebun, asisten kebun dan pegawai staf lainnya. Tabel 5 memperlihatkan bahwa lebih dari 45,48 persen penduduk Desa Buluh Cina bekerja di sektor perkebunan tembakau. Tabel 5. Jumlah Penduduk Desa Buluh Cina Menurut Jenis Pekerjaan, Tahun 2003 No Jenis Pekerjaan Jumlah Jiwa Persentase 1. Buruh Perkebunan 1151 45,48 2. Petani Pemilik 420 16,60 3. Petani Penggarap 623 24,61 4. Pedagang 56 2,21 5. Pegawai Neger i 16 0,63 6. Buruh Pabrik 265 10,47 Total 2531 100 Sumber : Monografi Desa Buluh Cina, 2003 Selain bekerja di sektor perkebunan, sektor pertanian merupakan sektor ke dua yang sangat diandalkan dari Desa Buluh Cina. Pekerjaan bertani dilakukan masyarakat di lahan mereka sendiri atau sebagai buruh tani di lahan pertanian orang lain. Buruh tani ini dilakukan dengan mendapatkan gaji harian dari pemilik tanah, sehingga walaupun warga memiliki lahan pertanian sendiri, memungkinkan untuk bekerja di la han pertanian orang lain mendapatkan penghasilan tambahan. Tanaman yang banyak dibudidayakan adalah padi dan tanaman holtikultura seperti kacang panjang, sayur-sayuran, cabe dan lain -lain. Lahan pertanian yang ditanami padi dan holtikultura secara bergant ian mengikuti masa tanam dan kondisi iklim setempat. Saat penelitian ini dilakukan tanaman yang sedang dipelihara penduduk adalah padi yang sudah mulai panen. Tanaman padi dikembangkan dengan sistem padi tadah hujan, karena di Desa Buluh Cina belum ada irigasi yang mampu mengairi persawahan penduduk yang luasnya sekitar 13.84 persen dari luas tanah desa. Selain sektor pertanian, sektor peternakan merupakan sektor yang juga banyak dilakukan penduduk. Sektor ini merupakan usaha sampingan yang lebih berfungsi sebagai tabungan hidup. Hampir setiap rumah tangga di desa Buluh Cina memelihara ternak sapi, kambing, bebek dan ayam. Hal ini dapat dilihat dari jumlah hewan ternak yang dimiliki oleh warga yang terdiri dari sapi sebanyak 920 ekor, kambing 1.100 ekor, ayam 4.000 ekor, itik 400 ekor, kerbau 3 ekor, dan babi 100 ekor. Hewan ternak digunakan sebagai tabungan ketika tidak musim tembakau dan persediaan biaya pendidikan anak-anak, pembelian perabotan keluarga dan untuk acara perkawinan. Selain sebagai petani dan beternak, akhir-akhir ini banyak juga penduduk yang bekerja di bidang lain seperti pedagang, pegawai negeri, jasa, dan lainnya. Penduduk yang bekerja di bidang non pertanian terutama adalah mereka yang masih berusia muda, memiliki tingkat pendidikan, dan didominasi oleh keluarga yang berasal dari penduduk yang tidak bekerja sebagai buruh di perkebunan. Di sektor non pertanian, terdapat beberapa aktivitas perekonomian sebagai sumber pendapatan penduduk diantaranya berdagang kebutuhan sehari-hari, tengkulak hasil pertanian, serta jasa angkutan ojek. Perdagangan kebutuhan sehari-hari umumnya dilakukan berupa warung yang terletak langsung di rumah tinggal warga. Tengkulak hasil pertanian seperti kacang-kacangan, pisang, daun pisang dan hasil holtikultura lainnya sifatnya berantai. Para tengkulak membeli barang dagangan dari penduduk dan menjualnya kepada tengkulak tingkat kecamatan atau kabupaten yang masuk ke desa. Sementara ojek banyak dilakukan oleh pemuda yang berusia muda dan pada umumnya mereka berasal dari keluarga preman atau keluarga bukan bekerja sebagai buruh perkebunan. Untuk mendapatkan kebutuhan sembilan bahan pokok, penduduk bisa memperolehnya di warung-warung dan kedei milik penduduk setempat. Dalam waktu yang tidak teratur pedagang ikan, sayuran dari luar desa masuk ke Buluh Cina. Selanjutnya, terdapat satu pasar di dalam Desa Buluh Cina yang dibuka bertepatan pada saat buruh gajian besar dan kecil. Keluarga buruh terbiasa membelanjakan upahgaji pada pekan tersebut, sehingga untuk kebutuhan hidup sehari-harinya mereka menghutang di warung-warung yang ada dalam desa.

4.5. Struktur Sosial Budaya Masyarakat Perkebunan