Ikhtisar GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

buruh telah memiliki tanahsawa h yang dapat digunakan untuk berusaha lain di luar perkebunan dengan cara menanam padi dan tanaman holtikultura lainnya. Meskipun demikian jumlah buruh yang masih menggantungkan hidup di sektor perkebunan tembakau masih lebih banyak. Mereka ini pada umumnya belum memiliki tanahsawah sebagai sumber ekonomi yang lain. Bagi rumahtangga buruh yang telah memiliki tanahsawah, baik laki-laki maupun perempuan, sektor pekerjaan mereka saat ini banyak dipengaruhi oleh siklus tersebut. Pada musim tanam padipalawija , laki-laki bekerja di sawahladang. Sementara pada saat musim tanam tembakau tiba, laki-laki beralih kerja ke kebun tembakau terutama pada tahap persiapan penanaman yang ditandai dengan sistem kerja borongan. Sementara itu, fenomena umum yang terungkap adalah pada saat musim tanam tembakau atau saat gudang berproduksi, perempuan terserap bekerja di kebungudang. Namun pada saat musim tembakau berlalu, perempuan berusaha mencari pekerjaan di sektor pertanian atau di kebun tebu. Sebagian lagi mencoba mencar i pekerjaan lain di sektor nonpertanian dan ada pula yang menganggur, tapi untuk yang terkahir ini sangat jarang terjadi. Kebiasaan keluarga buruh di desa Buluh Cina sebagian besar tidak mengenal istilah menganggur dalam hidupnya. Ia bekerja di sawahladang pada saat musim tanam padipalawija, sementara pada saat musim tembakau, mereka bekerja rangkap di kebun dan di sawah. Dua faktor utama yang menyebabkan terjadinya penyusutan tenaga kerja di kebungudang pengolah adalah akibat penurunan produksi dan masa panen padi. Pada waktu ini buruh tembakau di kebungudang meninggalkan pekerjaan mereka selama seminggu atau dua minggu untuk membantu panen padi di sawah. Menurut seorang informan mandor gudang pemeraman tembakau, pada saat-saat musim penen padi penurunan persentase buruh di gudang dapat mencapai 75 persen. Penyerapan sementara buruh tembakau ke sektor pertanian disebabkan tidak tersedianya tenaga kerja lain.

4.7. Ikhtisar

Lokasi penelitian ini merupakan daerah berekosistem perkebunan dengan letak geografis agak terisolir. Desa Buluh Cina sebagai enklave kebun diperkuat oleh kedudukan emplasmen yang amat penting bagi perkembangan sosial ekonomi Desa. Penduduk memiliki mata pencaharian sebagai buruh perkebunan tembakau baik sebagai buruh tetap maupun buruh harian lepas yang diperoleh secara turun temurun. Sebagian ada juga yang bekerja di sawah, namun pekerjaan ini biasanya banyak dilakukan sebagai pekerjaan sampingan. Sektor luar perkebunan seperti industri pabrik kurang berkembang di dalam desa, tapi pada desa-desa lain yang berabatasan langsung dengan desa Buluh Cina, seperti di Hamparan Perak mengalami perkembangan. Hal ini terlihat dari banyaknya pabrik-pabrik yang bermunculan dewasa ini. Perkembangan industrialisasi tersebut, ternyata berimbas positif terhadap anak-anak dan remaja di Desa Buluh Cina, karena mereka dapat diterima bekerja di pabrik tersebut. Berkembangnya lapangan kerja di luar perkebunan yang dapat diakses oleh remaja maupun anak- anak sedikit merubah nilai kerja mereka terhadap lapangan kerja di perkebunan. Pendidikan sebagian besar masyarakat relatif masih rendah, mayoritas lulusan tingkat sekolah dasar. Beberapa tahun terkahir ini ada peningkatan pendidikan karena telah berdirinya SMP dan SMA. Tingkat pendidikan yang berkembang ini sedikit merubah pola berfikir dan bertindak anak-anak terutama tentang nilai pekerjaan perkerbunan yang dianggap kuno dan membosankan. Hal inilah yang turut mempengaruhi munculnya respon anak-anak dalam bentuk penolakan terhadap sosialisasi nilai kerja ya ng dilakukan orang tua baik di dalam keluarga maupun di lingkungan komunitas perkebunan. Ekologi komunitas perkebunan yang banyak memberikan kemudahan- kemudahan bagi masyarakat untuk mengembangkan usahanya dengan beternak menjadi suatu alasan bagi sebagian buruh untuk tetap mempertahankan hidupnya di perkebunan. Walaupun pada umumnya mereka tidak berminat ke luar dari perkebunan diiringi juga faktor sosial budaya masyarakat setempat.

V. PEMBENTUKAN GENERASI BURUH DAN JAMINAN EKONOMI RUMAHTANGGA BURUH PERKEBUNAN

TEMBAKAU DELI Pembentukan generasi buruh adalah upaya yang dilakukan oleh orang tua buruh tembakau Deli untuk dapat bertahan hidup pada komunitas perkebunan sebagai akibat dari hubungan kerja yang dialami buruh perkebunan tembakau Deli 13 atas ketidakmampuannya dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Proses ini berlangsung melalui mekanisme dan sistem kerja yang diterapkan pihak perkebunan, sehingga memaksa setiap rumahtangga buruh tembakau Deli untuk memanfaatkan tenaga kerja anak. Peranan tenaga kerja anak penting dalam ekonomi keluarga dan secara khusus dipersiapkan untuk menggantikan posisi orang tua sebagai buruh di perkebunan tembakau Deli. Rumahtangga buruh perkebunan tembakau Deli di Desa Buluh Cina memandang bahwa pekerjaan sebagai buruh tembakau merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan mereka. Pandangan ini terkait dengan situasi dan kondisi rumahtangga buruh yang dilatarbelakangi oleh rendahnya kesejahteraan ekonomi keluarga, ketiadaan perumahan, struktur produksi kerja perkebunan yang masih feodal, dan sempitnya lapangan pekerjaan di luar perkebunan. Nilai kerja yang terbentuk pada rumahtangga buruh tembakau Deli ini juga dipengaruhi oleh daya tarik perkebunan yang menyediakan beberapa fasilitas kepada buruh, seperti perumahan, kesehatan, dan pensiunan. Dalam kenyataannya nilai fasilitas ini memberikan makna yang baik terhadap keluarga buruh, sehingga mendorong orang tua untuk mendidik anak-anak menjadi generasi buruh. Bab ini akan membahas faktor-faktor yang mempengaruhi orangtua menginginkan adanya generasi buruh di perkebunan. Pada bagian akhir ditutup dengan rangkuman yang ditarik dari hasil pembahasan tentang faktor -faktor tersebut dan meninjau dinamika rumahtangga buruh. Namun, sebelumnya akan dijelaskan tentang kebijakan dan mekanisme kerja di perkebunan tembakau Deli. 13 Buruh perkebunan tembakau Deli adalah sebutan untuk orang yang bekerja di perkebunan tembak au yang menjadi responden dalam penelitian ini. Untuk selanjutnya penyebutan responden ini secara bergantian akan dituliskan buruh tembakau Deli atau buruh perkebunan tembakau Deli.