Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini memfokuskan perhatian pada komunitas perkebunan tembakau Deli. Lokasi penelitian se ngaja ditetapkan di Desa Buluh Cina, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Ada beberapa alasan yang berhubungan dengan pemilihan lokasi penelitian. Pertama , peneliti pernah terlibat dalam penelitian pekerja anak bersama Yayasan AKATIGA 9 , dengan tema yang berbeda . Dengan demikian penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang sebelumnya dengan mengambil tema baru mengenai peran anak dalam menjamin kelangsungan hidup rumahtangga buruh yang belum diungkap secara rinci dalam penelitian te rsebut. Pengalaman penelitian terdahulu dapat mempermudah penulis dalam pengumpulan data , karena hubungan yang baik sudah terjalin dengan masyarakat. Hubungan baik penting dilakukan karena penelitian ini dilakukan di tingkat mikro dan langsung pada masalah pokok yang sensitif dengan menyoroti strategi buruh perkebunan dalam mempertahankan kelangsungan hidup rumahtangga . Kedua, Desa Buluh Cina memiliki karakteristik sosial budaya yang tradisional dan belum banyak mengalami sentuhan pembangunan. Selain itu desa ini masih terkait dengan sejarah kehadiran buruh tembakau Deli yang berasal dari Jawa. Secara turun temurun dari generasi ke generasi mereka telah bekerja sebagai buruh tembakau dan bekerja di perkebunan tembakau sudah menjadi bagian dari hidup mereka. Kondisi Desa Buluh Cina dapat dianggap mewakili potret kehidupan masyarakat perkebunan lainnya di Deli Serdang, karena secara umum karakteristik masyarakat perkebunan mencerminkan kehidupan suatu komunitas yang tersendiri dan terpisah dari komunitas sekelilingnya. Kehidupan buruh dipertaruhkan dari dan untuk kebun, karena itu regenerasi orang kebun berlangsung alamiah. Mereka lahir, tumbuh dan berkembang hingga dewasa dan meninggal di lingkungan perkebunan. Hal ini berhubungan dengan teknis pekerjaan tanaman tembakau Deli yang mengharuskan para pengelolanya tidak berada jauh dari perkebunan. 9 Yayasan AKATIGA merupaakan sebuah lembaga penelitian nirlaba yang melakukan berbagai kegiatan penelitian, penerbitan, dan pengembangan jaringan. Ada tiga topik yang menjadi fokus analisis lembaga ini, salah satu diantaranya adalah masalah perburuhan termasuk memberikan perhatian khusus pada buruh anak. Ketiga, alasan lain yang sifatnya praktis adalah keberadaan sanggar belajar LSM Mahardika 10 yang melakukan pendampingan terhadap pekerja anak di Desa Buluh Cina. Dengan memanfaatkan fasilitas sanggar belajar ini peneliti lebih mudah masuk dan mendekatkan diri kepada rumahtangga keluarga buruh, mengingat karakteristik masyarakat buruh perkebunan umumnya bersifat tertutup terhadap orang luar. Selain itu keberadaan sanggar belajar yang memberikan kegiatan pendidikan kepada pekerja anak di desa ini, dapat dimanfaatkan untuk mendekatkan diri kepada anak-anak agar memudahkan pencarian data terutama tentang respon pekerja anak terhadap sosialisasi nilai kerja buruh, keinginan dan harapan serta aspirasi pekerja anak. Penelitian lapangan berlangsung selama dua bulan, yaitu dari pertengahan Maret sampai awal Mei 2005. Namun, akibat sulitnya mengurus ijin penelitian terutama ijin dari kantor Direksi PT. Perkebunan Nusantara II PTPN II Tanjung Morawa , maka penelitian hanya efe ktif dilakukan selama 1 ½ bulan dengan beberapa tahap. Tahap pertama adalah mempersiapkan surat ijin penelitian. Kegiatan ini dimulai lewat pengurusan surat ijin dari kampus sebagai syarat administrasi dalam proses memperoleh ijin pelaksanaan penelitian di lapangan hingga mengurus ijinnya di instansi-instansi yang terkait. Langkah pertama untuk memperoleh perizinan penelitian, peneliti mendatangi Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPPEDA Kabupaten Deli Serdang. Pada tahap ini peneliti berusaha memberikan penjelasan dan meyakinkan mereka bahwa penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan peranan anak dalam rumahtangga buruh perkebunan tembakau Deli. Pihak BAPPEDA Kabupaten Deli Serdang meresponnya secara positif dengan memberikan surat rekomendasi penelitian. Dengan menunjukkan surat rekomendasi tersebut peneliti mendatangi Kantor Camat Hamparan Perak untuk memperoleh ijin lokasi penelitian di Desa Buluh Cina yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena Camat Hamparan Perak tidak berada di tempat, ijin penelitian ditandatangani oleh Sekretaris Camat Kecamatan 10 Sebuah LSM yang memfokuskan kajiannya pada permasalahan pekerja anak, termasuk pekerja anak di perkebunan tembakau Deli di Desa Buluh Cina. LSM ini berdiri sejak tahun 1998 dan didukung oleh 15 staf berpengalaman. Saat ini LSM Mahardika melakukan pendampingan terhadap pekerja anak perkebunan terutama dalam meningkatkan pendidikan pekerja anak sebagai salah satu hak dasar anak sebagaimana tercantum dalam Konvensi Hak Anak. Hamparan Perak. Di kantor Camat itu peneliti bertemu dengan Bapak Suriadi yang menjabat sebagai Sekretaris Desa Buluh Cina. Dari keduanya, peneliti mengetahui bahwa Desa Buluh Cina selain sebagai komunitas perkebunan ternyata juga desa pertanian. Mayoritas penduduknya adalah suku Jawa yang sebagian besar bekerja sebagai buruh perkebunan tembakau Deli. Buruh tembakau Deli telah dilakukan oleh para pendahulu mereka sejak kolonial Belanda, yang sering disebut ”kuli kontrak”. Tahap kedua adala h mendatangi kantor Kepala Desa untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai masyarakat Desa Buluh Cina. Melalui Sekretaris Desa, peneliti diperkenalkan dengan Kepala Desa. Tahap kedua ini merupakan tahap yang cukup melelahkan karena selama dua minggu pertama, peneliti terpaksa pulang balik Medan – Desa Buluh Cina. Hal ini disebabkan surat ijin penelitian dari pihak perkebunan belum mendapat rekomendasi dari pihak Direksi PTPN II sebagai pimpinan tertinggi dalam struktur kerja dan manajemen produksi perkebunan tembakau Deli. Kesulitan memperoleh ijin penelitian karena kondisi sosial dan politik di sekitar perkebunan tembakau Deli kebun Buluh Cina tidak kondusif. Kondisi yang tidak kondusif ini ditandai dengan maraknya unjuk rasa 11 yang dilakukan oleh masyarakat sekitar perkebunan yang menuntut pengembalian tanah rakyat yang telah diserobot pihak perkebunan. Namun, secara administratif, kepala Desa tidak menolak kehadiran peneliti di desa ini, sebaliknya banyak membantu terutama dalam memberikan informasi tentang keadaan penduduk dan informasi lain yang diperlukan oleh peneliti. Adapun informasi yang diperoleh dari kepala Desa adalah meliputi data tentang sejarah desa, kependudukan berupa buku monografi desa, nilai-nilai sosial budaya, sarana pendidikan, pemerintahan, serta kondisi pekerja anak perkebunan di desa Buluh Cina. Dari keterangan Bapak Kepala Desa juga peneliti memperoleh informasi tentang terjadinya perubahan orientasi nilai kerja rumahtangga buruh perkebunan 11 Aksi unjuk rasa yang dilakukan masyarakat yang menamakan kelompoknya sebagai rakyat penunggu, diiringi dengan pembakaran dua bangunan Bangsal milik PTPN II yang berada di Desa Buluh Cina pada awal Maret tahun 2005. Diperkirakan jumlah kerugian yang ditanggung pihak perkebunan mencapai Rp. 20 juta dengan perincian satu bangsal menghabiskan dana 10 juta. Untuk menyelidiki pelaku pembakaran bangsal tersebut, pihak perkebunan melakukan pemantauan yang ketat di lingkungan perkebunan yang dibantu oleh aparat kepolisian. Tanpa mendapat ijin dari pihak perkebunan siapapun tidak diperkenankan masuk ke lokasi perkebunan. dari sektor perkebunan ke sektor industri. Perubahan nilai kerja ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk di Desa Buluh Cina dan merosotnya hasil perkebunan tembakau Deli, sehingga mempengaruhi terhadap daya tampung tenaga kerja . Berkembangnya peluang kerja di luar perkebunan yang dapat diakses oleh anak-anak dan pemuda di desa juga mempengaruhi perubahan nilai kerja rumahtangga buruh perkebunan tembakau Deli. Tahap ketiga adalah tahap pengumpulan data primer, dimana peneliti tinggal bersama masyarakat di lokasi penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap responden baik terhadap orang tua maupun anak-anak yang tinggal di dalam desa. Wawancara dilakukan seputar dunia keluarga dan pekerjaan, nilai kerja yang disosialisasikan kepada anak, faktor -faktor yang mempengaruhi orang tua melibatkan anak-anak bekerja, keinginan meneruskan pekerjaan sebagai buruh, tujuan dan harapan yang diinginkan oleh orang tua kepada anak, nilai dan pe ran anak dalam ekonomi keluarga . Sementara itu khusus untuk anak-anak wawancara mendalam dilakukan guna menggali respon anak-anak terhadap sosialisasi nilai kerja yang dilakukan oleh orang tua beserta anggota kerabat lainnya. Untuk wawancara dengan pekerja anak peneliti banyak dibantu oleh Darwis salah seorang pendamping LSM Mahardika. Pada awalnya beberapa buruh terutama kaum wanita menunjukkan rasa takut dan menghindar untuk diwawancarai. Pada akhirnya, peneliti bisa memahami penghindaran mereka lebih didasarkan pada ketakutan akan pertanyaan yang diberikan seputar kondisi keluarga mereka, kondisi kerja dan tanggapan mereka terhadap keadaan perkebunan. Oleh karena itu, peneliti melakukan wawancara selalu didampingi oleh Sekretaris Desa atau anggota keluarga responden lainnya. Setiap data yang diperoleh akhirnya dikonfirmasi melalui sumber lisan, pada saat wawancara dengan anaknya, istrinya, teman sekerja atau dari tetangga. Frekuensi wawancara tidak dilakukan secara merata pada semua responden, ada yang hanya sekali dan ada yang didatangi berulangkali. Hal ini sangat tergantung ketuntasan masalah dan kualitas komunikasi yang terjadi.

3.3. Penentuan Responden