Letak Geografis dan Keadaan Alam

4.2. Letak Geografis dan Keadaan Alam

Desa Buluh Cina terletak 25 km ke arah Barat Daya Kota Medan yang merupakan Ibu Kota Provinsi, 45 km dari Ibu Kota Kabupaten Deli Serdang – Lubuk Pakam, dan 5 km dari ibu kota Kecamatan Hamparan Perak. Lokasi dapat dicapai dengan menaiki angkutan umum di terminal Pinang Baris - Medan tujuan Hamparan Perak. Perjalanan mengarah ke Selatan dan akan melintasi sebagian wilayah Kota Medan yang langsung berbatasan dengan kawasan perkebunan PTPN II, seperti perkebunan Helvetia, Klambir Lima, dan Klumpang. Dari Hamparan Perak, perjalanan menuju Buluh Cina mengarah ke Barat Laut. Kondisi jalan beraspal tetapi pada beberapa tempat mengalami kerusakan yang cukup berat, akibatnya perjalanan memakan waktu 60 menit untuk sampai di Desa Buluh Cina. Sepanjang perjalanan terdapat pemukiman penduduk yang mengelompok yang merupakan bangunan perumahan kopel milik perkebunan. Sekitar tiga kilometer sebelum memasuki Desa Buluh Cina terbentang tanaman tebu, hutan jati, dan bangsal-bangsal pengeringan tembakau. Desa Buluh Cina berbatasan dengan Desa Kota Rantang sebelah Utara, Desa Paya Bakung di sebelah Selatan, Desa Tandam Hilir di sebelah Barat dan Desa Klambir Lima di sebelah Timur. Kondisi topografi desa tergolong dataran rendah dengan posisi permukaan mendatar yang berada pada ketinggian 5 m sampai dengan 15 m dari permukaan laut. Angka curah hujan rata-rata sepanjang tahun cukup tinggi, yaitu 1.500 mm pertahun. Temperatur udara berkisar antara suhu terendah 24° dan tertinggi 32° celcius setiap tahunnya. Dengan kondisi topografi desa tersebut, maka tanaman yang paling cocok tumbuh dan berkembang adalah tembakau, tebu, dan pohon jati. Hingga saat ini hanya tembakau dan tebu saja yang terus berkembang, sedangkan jenis tanaman yang terakhir konon memiliki sejarah yang baik perkembangannya, akan tetapi tanpa banyak diketahui sebabnya kini tanaman itu hampir tidak ditemukan lagi. Secara administratif, Desa Buluh Cina terbagi atas 22 dusun dengan perkampungan yang tersebar mengikuti luasan areal perkebunan. Tiga dusun berlokasi di sekitar pusat desa, yaitu dusun Karang Jati, dusun Emplasmen B, dan dusun Militan. Sementara dusun lainnya terpencar mengelilingi luasan perkebunan dengan jarak antara 5 – 20 km dari pusat desa. Kesembilanbelas dusun yang tersebar di luar pusat desa itu adalah; dusun Karang Bangun, dusun Karang Turi, dusun Karang Luas, dusun Pasar 8, dusun Amplasmen A, dusun Kloni IV, dusun Krani Lama, dusun Limau Miri, dusun Tegal Rejo, dusun Bambangan I, dusun Bambangan II, dusun Kloni II, dusun Militan, dusun Kloni III, dusun Pasar III, dusun Pasar V, dusun Pasar VII, dusun Segitiga, dusun Ampera, dusun Kota Rantang, dan dusun Jatiwangi. Luas wilayah desa keseluruhan 3.683 ha dengan tataguna tanah seperti pada tabel 3. Disamping penggunaan untuk pemukiman, pekarangan dan sarana umum seperti jalan, sekolah, lapangan dan lain -lain, sebagian besar tanah merupakan areal perkebunan milik PTPN II yang letaknya mengelilingi pemukiman penduduk. Sejak tahun 2000 yang lalu, status HGU tanah milik perkebunan yang terletak di Desa Buluh Cina telah berakhir. Menurut informan Bapak Novian asisten kebun tanah perkebunan yang telah berakhir HGU-nya sebagian telah diperpanjang, namun hingga saat ini pemerintah belum mengeluarkan surat ijin. Hal ini dipengaruhi oleh adanya pihak masyarakat sekitar perkebunan yang mengklaim sebagian tanah milik perkebunan sebagai tanah milik mereka. Masalah perpanjangan HGU tanah milik perkebunan melahirkan konflik antara masyarakat sekitar perkebunan dengan pihak perkebunan. Tabel 3. Luas Wilayah Desa Buluh Cina Berdasarkan Tataguna Tanah, Tahun 2003 No Penggunaan Luas ha Persentase 1. Perumahan dan pekarangan 55 ha 1,49 2. Persawahan 510 ha 13,8 3. LadangTegalan 190 ha 5,16 3. Perkebunan 2905 ha 78,88 4. Lainnya jalan, sekolah, dll 23 ha 0,62 Jumlah 3.683 ha 100 Sumber: Monografi Desa Buluh Cina, 2003 Lingkungan pemukiman yang terbentuk di kebun Buluh Cina memiliki karakteristik yang merefleksikan struktur hierarkis masyarakat perkebunan. Pusat perkebunan Buluh Cina terletak di sekitar emplasemen seluas 59.51 ha. Lingkungan emplasmen terdiri dari rumah tinggal administratur, bangunan kantor, gudang pemeraman tembakau, sekolah taman kanak-kanak, mesjid serta kompleks khusus pemukiman staf pegawai kantor administratur dan asisten lapangan. Bangunan rumah yang ditempati oleh administratur merupakan bangunan lama tetapi terlihat paling megah. Rumah tersebut merupakan peninggalan pejabat perkebunan zaman Belanda yang terbuat dari tembok dan batu dengan atap genting dan berhalaman luas. Para staf dan karyawan tinggal di rumah-rumah yang juga terbuat dari tembok tetapi lebih sederhana dan berhalaman lebih sempit. Sementara itu, buruh kebun tinggal di kompleks pemukiman yang berada jauh dari kompleks emplasemen. Mereka tinggal di kompleks pemukiman yang lebih dekat dengan areal perkebunan. Hal ini terkait dengan sejarah penempatan kuli kontrak yang menempatkan buruh di sekitar areal penanaman tembakau untuk mempermudah para buruh mencapai areal perkebunan. Rumah buruh perkebunan berbentuk kopel dengan bentuk yang seragam. Satu kopel biasanya dibagi atas dua bagia n yang dibatasi oleh dinding. Satu bagian rumah yang merupakan separuh bagian kopel memiliki dua kamar, satu ruang tamu. Dapur biasanya dibangun sendiri oleh keluarga yang menempati bangunan. Dalam perkembangannya, satu kopel dapat ditempati oleh tiga kelu arga atau lebih. Keluarga tambahan ini merupakan keluarga anak-anak para buruh yang menempati kopel semula. Anak-anak itu membangun rumah sendiri berdempetan dengan kopel orang tuanya. Biasanya rumah yang dibangun itu terletak di sebelah samping atau di belakang kopel, sehingga dari bagian depan kopel tidak terlihat dengan jelas. Kecuali pada bagian dapur yang beratapkan rumbia, kopel-kopel itu beratapkan seng. Ruang tengah yang dijadikan tempat menerima tamu dan kedua kamar lainnya berlantaikan semen, sele bihnya jika ada ruangan tambahan di bagian belakang atau dapur masih berlantai tanah. Fasilitas perumahan ini hanya diberikan kepada buruh yang telah berstatus buruh tetap perkebunan, dengan catatan apabila sudah pensiun rumah tersebut akan ditarik kembali Lihat Gambar 1 lampiran 1. Perkembangan beberapa tahun belakangan ini buruh yang memiliki modal dan kemampuan telah melakukan renovasi rumah kopel menjadi bangunan rumah permanen, karena mereka meyakini rumah serta tanah yang ada akan menjadi hak milik sendiri.

4.3. Kependudukan