2.4. Konsep Kunci
Beberapa konsep kunci yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Buruh adalah individu yang tidak mempunyai alat produksi dan bekerja pada
majikan untuk mendapatkan upah dari pekerjaannya. 2. Pekerja anak adalah anak-anak perempuan dan laki-laki berusia di bawah 18
tahun, yang bekerja di perkebunan baik atas kemauannya sendiri dengan mendapatkan upah ataupun sebagai pekerja keluarga yang tidak mendapatkan
upah. 3. Pembentukan generasi buruh adalah upaya yang dilakukan oleh orang tua
buruh tembakau Deli untuk dapat bertahan hidup pada komunitas perkebunan sebagai akibat dari hubungan kerja yang dialami buruh
perkebunan tembakau Deli atas ketidakmampuannya dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Proses ini berlangsung melalui mekanisme dan sistem
kerja yang diterapkan pihak perkebunan, sehingga memaksa setiap rumahtangga buruh tembakau Deli untuk memanfaatkan tenaga kerja anak.
4. Respon pekerja anak adalah suatu sikap penolakan dan pembangkangan paling awal pekerja anak terhadap sikap orang tua yang menginginkan anak-anaknya
menjadi kader buruh di perkebunan tembakau Deli 5. Rumahtangga buruh adalah sebuah keluarga yang memiliki tempat tinggal
bersama dan memiliki satu kesatuan dalam kegiatan konsumsi, sehingga semua penghasilan dari pencari nafkah dalam keluarga dikumpulkan menjadi
satu sebagai penghasilan yang digunakan untuk keperluan bersama Supriyono Agusta, 2002. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan keluarga adalah
dalam pengertian rumahtangga, yaitu satu keluarga inti atau lebih ditambah dengan anggota keluarga anggota kerabat sendiri atapun ditambah orang lain
sama sekali. Setiap bagian dari keluarga buruh tembakau Deli baik ayah, ibu, anak, maupun kerabat mempunyai fungsi dan peranan masing-masing dalam
satu totalitas, akan tetapi peran tersebut saling menunjang dalam rangka mempertahankan kelangsungan keluarga. Secara khusus dalam penelitian ini
akan melihat peranan anak dalam kelangsungan hidup keluarga buruh di perkebunan tembakau Deli.
6. Sosialisasi adalah proses yang harus dilalui individu untuk memperoleh nilai- nilai dan pengetahuan mengenai kelompoknya dan belajar mengenai peran
sosialnya yang cocok dengan kedudukannya.
7. Nilai kerja adalah persepsi dan penghargaan terhadap aktivitas yang menghasilkan sesuatu bentuk materi maupun non materi yang memberi
kepuasan bagi keluarga buruh. 8. Nilai pendidikan adalah persepsi orang tua terhadap anak-anak bahwa
pendidikan memiliki makna penting, karena terkait dengan keinginan mereka untuk bekerja di luar perkebunan.
9. Sosialisasi nilai kerja adalah proses pengenalan nilai-nilai pekerjaan yang dianggap penting untuk anak dan kepentingan keluarga. Proses sosialisasi nilai
kerja di lakukan dengan memperkenalkan berbagai bentuk pekerjaan dengan melibatkan anak-anak dalam bentuk-bentuk pekerjaan.
10. Strategi bertahan hidup adalah suatu usaha yang dilakukan seluruh anggota keluarga untuk mempertahankan kelangsungan hidup dengan berbagai cara,
seperti pelibatan anak-anak dalam dunia kerja.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Penelitian ini berusaha mendeskripsikan pentingnya peranan anak dan sosialisasi nilai kerja pada keluarga buruh tembakau Deli di Desa Buluh Cina
sebagai lingkungan desa perkebunan. Pemahaman yang mendalam terhadap fenomena ini memerlukan metode penelitian yang tepat, karena itu penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pemilihan metode kualitatif didasarkan pada kepekaan dan fleksibilitasnya dalam menyesuaikan diri
dengan banyak penajaman terhadap pengaruh bersama dan pola-pola yang dihadapi. Mengingat substansi penelitian ini terkait dengan sistem nilai dan
kebudayaan, metode kualitatif lebih mudah menyesuaikan jika berhadapan dengan kenyataan ganda. Pertimbangan lain adalah penelitian kualitatif peka dan dapat
menyesuaikan diri dengan banyak penajaman-penajaman studi terhadap nilai-nilai baru yang ditemukan. Hal ini memungkinkan terjadinya pengembangan kenyataan
sebagaimana adanya dalam memperoleh pemahaman tentang realitas makna kenyataan dan mengembangkannya dalam penjelasan teoritis Moleong, 2000.
Meskipun demikian, penelitian kualitatif memiliki kelemahan atau keterbatasan terutama dalam melakukan generalisasi. Seperti halnya metode
penelitian kuantitatif, metode kua litatif menurut Miles dan Huberman 1992 pada dasarnya merupakan proses penyelidikan yang menganalisis suatu fenomena
sosial dengan cara memandingkan, mengkategorikan, mengklasifikasikan, dalam upaya menarik kesimpulan. Namun, kesimpulan yang diperoleh pada dasarnya
tidak dapat digunakan untuk mengeneralisasi keseragaman pola dan sifat umum dunia sosial yang diteliti.
Sementara itu, pendekatan studi kasus dipilih karena dianggap memadai dan paling tepat dengan tiga dasar pertimbangan: 1 pertanyaan penelitian
“mengapa dan “bagaimana”; 2 peluang peneliti untuk mengontrol gejala atau peristiwa sosial yang diteliti sangat kecil, 3 fokus penelitian adalah peristiwa
atau gejala sosial masa kini da lam konteks kehidupan nyata Yin, 1996. Crasswel 1994 menyatakan bahwa pendekatan studi kasus memiliki keuntungan untuk
menjelaskan fenomena sosial secara lebih mendalam.