Waktu dan Tempat Penelitian Metode Pengumpulan Data

Tabel 4 Data parameter biologi yang dikumpulkan No Parameter Uraian 1. Ukuran mata jaring Ukuran mata jaring dari alat tangkap yang digunakan oleh nelayan. 2. Jumlah ikan layak tangkap yang tertangkap Persentase ukuran ikan layak tangkap yang tertangkap dalam setiap operasi penangkapan. 3. Jumlah komposisi hasil tangkapan Jumlah species ikan yang tertangkap masing-masing alat tangkap dalam setiap operasi penangkapan. 4. Cara pengoperasian alat tangkap Cara pengoperasian alat tangkap kaitannya dengan alat tangkap yang ramah lingkungan Penilaian ukuran mata jaring mesh size dilakukan dengan membuat selang skor seperti disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Kriteria untuk parameter ukuran mata jaring terhadap jenis alat penangkapan ikan yang diteliti Purbayanto, 1991. Mesh size Selektivitas Skor 1,2 cm Tidak selektif 1 1,2-2 cm Kurang selektif 3 2,1-2,5 cm Cukup selektif 5 2,6-4 cm Selektif 7 4 cm Sangat selektif 9 Sedangkan penilaian terhadap kriteria jumlah ukuran ikan layak tangkap yang tertangkap, penilaiannnya dilakukan dengan membuat skor seperti disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Kriteria untuk parameter jumlah ukuran ikan layak tangkap yang tertangkap Prosentase ukuran ikan layak tangkap Kelestarian SDI Skor 25 Tidak baik 1 26 - 50 Kurang baik 3 51-75 Cukup baik 5 75 Baik 7 Kriteria aspek biologi yang lain adalah jumlah komposisi hasil tangkapan, dilakukan dengan membuat skor seperti disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Kriteria untuk parameter jumlah komposisi hasil tangkapan Komposisi hasil tangkapan jenis Selektivitas Skor 4 Tidak selektif 1 3-4 Kurang selektif 3 2 Cukup selektif 5 1 Selektif 7 Kriteria yang terakhir untuk aspek biologi adalah cara pengoperasian alat tangkap yang dilakukan dengan melakukan penilaian seperti disajikan pada Tabel 8. Pembobotan terhadap masing-masing kriteria dilakukan secara seragam yaitu sebesar 25. Pembobotan dilakukan seragam adalah berdasarkan pertimbangan pengaruh biologi yang ditimbulkan karena teknologi alat tangkap yang digunakan terhadap keberlanjutan sumberdaya ikan dan lingkungan. Kriteria ukuran mata jaring dan ukuran ikan yang layak tangkap digunakan untuk tujuan meloloskan ikan-ikan yang berukuran kecil dan belum dewasa, sedangkan kriteria jumlah komposisi hasil tangkapan adalah ditujukan untuk menekan jumlah ikan yang tidak diinginkan yang tertangkap. Kriteria cara pengoperasian alat tangkap adalah berkaitan dengan kerusakan sumberdaya ikan dan lingkungan yang ditimbulkan oleh penggunaan alat tangkap. Keempat kriteria tersebut diasumsikan mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap keberlanjutan potensi sumberdaya ikan dan lingkungan. Tabel 8. Kriteria untuk parameter cara pengoperasian alat penangkapan ikan Cara pengoperasian alat tangkap Skor Mengganggu habitat 1 Cukup mengganggu habitat 3 Tidak mengganggu habitat 5 2 Aspek teknis Parameter teknis penting untuk diketahui karena menyangkut masalah produksi unit penangkapan ikan yang dioperasikan. Parameter teknis yang dikumpulkan antara lain : produksi hasil tangkap per tahun, produksi per trip dan produksi per tenaga kerja. Beberapa parameter teknis yang dikumpulkan pada penelitian dapat disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Beberapa data parameter teknis yang dikumpulkan No Parameter Uraian 1 Produksi per trip Jumlah hasil tangkapan yang dihasilkan setiap unit penangkapan dalam 1 satu trip. Satu trip yaitu satu kali armada terhitung sejak armada meninggalkan fishingbase menuju daerah penangkapan dan kembali ke fishing base semula atau lainnya untuk mendaratkan hasil tangkapan yang diukur dalam satuan kgtrip. 2 Produksi per tenaga kerja Rata-rata jumlah hasil tangkapan yang diperoleh masing-masing nelayan dalam setiap trip penangkapan yang diukur dalam satuan kgtriptenaga kerja. 3 Produksi per tahun Jumlah hasil tangkapan yang dihasilkan setiap unit penangkapan selama 1 tahun Pembobotan dilakukan berbeda terhadap masing-masing kriteria. Bobot yang diberikan pada kriteria produksi per tenaga kerja adalah sebesar 50 lebih besar dibandingkan dengan dua kriteria lainnya yaitu produksi per tahun 30 dan produksi per trip 20. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan produksi tenaga kerja adalah produksi yang dihasilkan untuk tiap-tiap nelayan, sehingga secara langsung dapat diketahui besar pendapatan tiap-tiap nelayan. Produksi per tahun adalah produksi total yang dihasilkan pada unit penangkapan, sehingga penghasilan untuk tiap nelayan tidak diketahui. Bobot produksi per tahun diberikan lebih besar dari produksi per trip, karena dapat diketahui produksi bulanan serta informasi tentang musim ikan. 3 Aspek sosial Pengukuran parameter sosial dalam penelitian ini berhubungan dengan jumlah nelayan pada setiap unit penangkapan, tingkat penguasaan teknologi nelayan terhadap masing-masing alat penangkapan, dan kemungkinan kepemilikan. Beberapa parameter sosial yang dikumpulkan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 10. Kriteria yang digunakan untuk menilai tingkat penguasaan teknologi, dilakukan dengan memberikan skor seperti pada Tabel 11. Tabel 10. Data parameter sosial yang dikumpulkan Tabel 11. Kriteria untuk parameter tingkat penguasaan teknologi Tingkat penguasaan teknologi Skor Sulit 1 Sedikit sulit 3 Mudah 5 Pembobotan terhadap masing-masing kriteria berbeda, untuk kriteria jumlah nelayan yang terserap oleh setiap unit penangkapan diberikan bobot sebesar 40 sedangkan untuk kriteria tingkat penguasaan teknologi dan kemungkinan kepemilikan unit penangkapan diberikan bobot masing-masing 30. Bobot yang diberikan pada kriteria jumlah nelayan yang terserap lebih besar dibandingkan dengan dua kriteria lainnya adalah berdasarkan pertimbangan penyerapan tenaga kerja yang besar pada unit penangkapan, akan mengurangi angka pengangguran. Pengangguran merupakan permasalahan yang sangat besar dampaknya terhadap kehidupan sosial di Kota Sorong. No Parameter Uraian 1 Jumlah nelayan yang terserap setiap unit penangkapan Banyaknya nelayan yang bekerja pada setiap unit penangkapan dengan pendapatan yang sesuai 2 Tingkat penguasaan teknologi Kemampuan nelayan menggunakan teknologi 3 Kemungkinan kepemilikan unit penangkapan Pembagian antar pendapatan nelayan per tahun dengan investasi dari setiap unit penangkapan 4 Aspek ekonomi Pengukuran parameter ekonomi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui manfaat ekonomi atau kelayakan usaha dari suatu usaha penangkapan ikan. Penilaian dilakukan secara objektif melalui hasil perhitungan kelayakan usaha dari masing-masing alat tangkap. Kriteria yang dinilai adalah net present value NPV, benefit cost ratio Net BC, internal rate of return IRR. Parameter ekonomi yang dikumpulkan dalam penelitian ini seperti biaya investasi, biaya operasional, biaya perawatan nilai produksi dan keuntungan kotor. Beberapa parameter ekonomi yang dikumpulkan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Data parameter ekonomi yang dikumpulkan Pembobotan terhadap kriteria-kriteria pada aspek ekonomi yang terdiri dari kelayakan finansial antara lain nilai NPV, BC ratio dan IRR diberikan bobot yang sama yaitu sebesar 15 karena ketiga kriteria tersebut memberikan penilaian terhadap tingkat keuntungan atau kelayakan usaha penangkapan sedangkan untuk kriteria kelayakan ekonomi antara lain pendapatan bersih per tahun dan pendapatan rata-rata pertenaga kerja per tahun diberikan bobot yang berbeda yaitu sebesar 25 dan 30. Kriteria pendapatan rata-rata per tenaga kerja per tahun diberikan bobot lebih besar, karena dampaknya langsung dapat dirasakan oleh setiap nelayan, sedangkan pendapatan bersih per tahun adalah hanya keuntungan 1 Biaya investasi Biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan kapalperahu, alat tangkap, mesin dan perlengkapan lain 2 Biaya operasional Biaya yang dikeluarkan saat kegiatan operasional spt bbm, perbekalan, es 3 Biaya perawatan Biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan perahu, alat, mesin dll 4 Biaya penyusutan Biaya yang keluar karena menyusutnya nilai investasi barang spt, perahu, alat tangkap, mesin 5 Nilai produksi Berat produksi dikalikan harga persatuan berat pada tingkat harga produsen dinyatakan dalam rupiah. 6. Keuntungan kotor Nilai produksi dikurangi dengan biaya-biaya tidak tetap usaha secara keseluruhan tanpa memperhitungkan jumlah nelayan yang terdapat pada unit penangkapan. 2 Data yang dikumpulkan untuk kebutuhan analisis Fungsi Produksi adalah : Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap peningkatan produksi pada unit penangkapan untuk sumberdaya perikanan pelagis seperti ; produksi hasil tangkapan, ukuran kapalperahu, jumlah nelayanabk, pengalaman nelayan, dimensi alat tangkap dan jumlah jam operasi. 3 Data yang dikumpulkan untuk menentukan strategi kebijakan perikanan pelagis melalui analisa analitycal hirarchy proces AHP adalah pendapat para pakar tentang prioritas strategi kebijakan pengembangan perikanan pelagis di Kota Sorong yang akan dilakukan. Data sekunder adalah berupa produksi hasil tangkapan tahunan, jumlah dan nama nelayan, jumlah alat tangkap, sarana dan prasarana, harga ikan dan informasi lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian yang diperoleh dari laporan tahunan Kantor perikanan Kota Sorong. Berbagai tulisan melalui penelusuran pustaka studi pustaka, lembaga-lembaga pemerintahan dan instansi yang berkaitan dengan penelitian. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu dengan cara memastikan diperolehnya sejumlah sample yang mewakili populasi yang akan diteliti. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 120 orang dari 4 Distrik Distrik Sorong Barat, Distrik Sorong Timur, Distrik Sorong Kepulauan dan Distrik Sorong. Jumlah sampel untuk setiap Distrik ditentukan berdasarkan jumlah nelayan dan alat tangkap yang terdapat di Distrik tersebut. Sampel untuk nelayan yang menggunakan alat penangkapan pancing tonda adalah sebanyak 40 orang, 20 orang untuk alat penangkapan dengan bagan perahu, 30 orang untuk nelayan yang menggunakan alat penangkapan jaring insang gillnet dan untuk nelayan yang menggunakan alat penangkapan pancing tuna sebanyak 30 orang. Jenis seluruh data primer dan sekunder yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini seperti tertera pada Tabel 13. Tabel 13. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian

3.3 Asumsi-asumsi

Asumsi yang digunakan dalam pengambilan data adalah : 1. Armada penangkapan ikan pelagis yang yang diteliti, dapat mewakili armada penangkapan di Kota Sorong. 2. Penangkapan ikan pelagis dominan dilakukan dengan upaya penangkapan yang menyebar normal. 3. Setiap jenis unit penangkapan ikan pelagis di Kota Sorong, hanya mengoperasikan satu jenis alat tangkap.

3.4 Metode Analisis Data

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, maka metoda analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1 analisis deskriptif dan tabulatif 2 analitycal hierarchy process AHP untuk menentukan strategi pengembangan perikanan pelagis 3 metoda skoring dengan comparative performance index CPI , dan 4 analisis fungsi produksi dengan regresi berganda.

3.4.1 Analisis deskriptif dan tabulatif

Identifikasi perkembangan perikanan pelagis di Kota Sorong, dilakukan dengan analisis deskriptif dan tabulatif berdasarkan data time series selama 5 tahun dan data-data penunjang lainnya yang diperoleh dari kantor perikanan Kota Sorong dan instansi terkait lainnya. No Jenis data Sumber 1 Spesifikasi teknis unit penangkapan, musim, daerah penangkapan, produksi, pendapatan, biaya operasional, biaya tetap, lama trip. Nelayan, pengusaha perikanan, koperasi perikanan 2 Potensi perikanan dan kelautan, data statistik dan sarana penunjang Kantor perikanan dan BPS Kota Sorong 3 Pilihan pengembangan perikanan pelagis Stakeholders 4 Kebijakan pemerintah, data administrasi dan geografi Bappeda, Kantor perikanan Kota Sorong

3.4.2 Analitycal hierarchy process AHP

Penentuan alternatif kebijakan pengembangan perikanan pelagis di Kota Sorong, dilakukan dengan pendekatan analitycal hierarchi process AHP dari Saaty 1991. Alasan digunakan metode AHP adalah dapat menangkap secara rasional persepsi orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu melalui prosedur yang didisain untuk sampai pada suatu skala preferensi diantara berbagai set alternatif. Beberapa keuntungan menggunakan AHP sebagai alat analisis adalah : 1 Model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk beragam persoalan yang tidak terstruktur. 2 Memudahkan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan yang kompleks. 3 Dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam satu sistem dan tidak memaksakan pikiran linier. 4 Mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilih elemen sistem dalam berbagai tingkatan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat. 5 Memberi suatu skala dalam mengukur hal-hal yang tidak terwujud untuk mendapatkan prioritas. 6 Melacak konsistensi logis dari pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan prioritas. 7 Menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang perbaikan setiap alternatif. 8 Mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan mereka. 9 Tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang representatif dari penilaian yang berbeda-beda. Dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP ada beberapa prinsip yang harus dipahami, diantaranya adalah : 1 Decomposition Setelah persoalan didefenisikan, maka perlu dilakukan dekomposisi yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsur. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-unsurnya sampai tidak