Teknologi Penangkapan Ikan Pelagis

perikanan subsisten hanya untuk konsumsi sendiri atau kadang-kadang menukarkan ikan dengan keperluan lain secara barter Kesteven, 1973 yang diacu Haluan, 1996.

2.3 Teknologi Penangkapan Ikan Pelagis

Usaha penangkapan ikan pelagis di sekitar perairan pantai Sorong, sebagian besar dilakukan oleh nelayan dengan menggunakan alat penangkapan yang masih tradisional antara lain jaring insang gillnet, pancing tonda trolling lines, bagan perahu boat lift net dan pancing tuna handlines. 2.3.1 Jaring insang gillnet Jaring insang gillnet adalah jaring insang yang badan jaringnya terdiri dari satu lembar jaring dari bahan monofilamen atau multifilamen, berbentuk empat persegi panjang dengan bagian panjangnya jauh lebih panjang dari pada ukuran lebarnya. Pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pelampung floats dan pada bagian bawahnya dilengkapi dengan beberapa pemberat sinkers sehingga dengan adanya dua gaya yang berlawanan memungkinkan jaring insang dapat dipasang di daerah penangkapan dalam keadaan tegak menghadang biota perairan. Jumlah mata jaring ke arah horizontal atau ke arah mesh length ML jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah mata jaring ke arah vertikal atau ke arah mesh depth MD. Jaring insang menetap permukaan surface set gillnet adalah jaring insang yang cara pengoperasiannya diset atau dipasang secara menetap di permukaan di daerah penangkapan. Cara pemasangannya adalah dengan cara salah satu atau kedua ujungnya disambungkan melalui tali penghubung pada jangkar atau pada pemberat utama agar kedudukan jaring tidak berpindah tempat selama alat dioperasikan Martasuganda, 2005. Secara umum jaring insang gillnet dapat disajikan pada Gambar 10. Gambar 10 Alat tangkap jaring insang menetap permukaan Martasuganda, 2005. 2.3.2 Pancing tonda trolling lines Pancing tonda adalah alat tangkap yang pengoperasiannya dengan cara ditarik oleh perahu atau kapal, kapal bergerak di depan gerombolan ikan sasaran. Berdasarkan standar klasifikasi Indonesia, alat ini termasuk dalam kelompok pancing Subani dan Barus, 1989. Sedangkan menurut klasifikasi von Brandt 1984 mengklasifikasikan alat ini dalam kelompok lines atau troll lines. Trolling lines umumnya menggunakan umpan buatan artificial bait tetapi ada juga yang mengggunakan umpan asli natural bait. Umpan buatan bisa terbuat dari bulu ayam, bulu domba, kain berwarna menarik ataupun dari plastik atau karet. Berbentuk miniatur menyerupai aslinya. Misalnya cumi-cumi atau ikan hingga menarik ikan pemangsa untuk menyambarnya. von Brandt, 1984 Penangkapan dengan pancing tonda dapat dilakukan pada siang hari dan kegiatan penangkapan dapat menggunakan perahu atau kapal motor. Biasanya tiap perahu membawa lebih dari 2 buah pancing yang ditonda sekaligus. Penondaan dilakukan dengan mengulur ± dua per tiga dari seluruh panjang tali pancing yang disediakan. Hasil tangkapan pancing tonda adalah jenis ikan pelagis besar seperti tongkol, cakalang, tenggiri, madidihang, sunglir dan kwee Subani dan Barus, 1989. Secara umum alat tangkap pancing tonda trolling lines dapat disajikan pada Gambar 11. Gambar 11 Alat tangkap pancing tonda trolling lines Subani dan Barus, 1989. 2.3.3 Bagan lift net Bagan merupakan alat penangkapan ikan yang diklasifikasikan ke dalam jaring angkat lift net. Dalam pengoperasiannya jaring diturunkan secara vertikal ke dalam perairan. Penangkapan ikan dengan bagan umumnya dilakukan pada malam hari light fishing terutama pada hari bulan gelap dengan menggunakan lampu sebagai alat bantu penangkapan. Bagan digunanakan oleh nelayan di tanah air untuk menangkap ikan pelagis kecil, pertama kali diperkenalkan oleh nelayan Bugis-Makassar sekitar tahun 1950-an. Selanjutnya dalam waktu yang relatif singkat sudah dikenal hampir oleh nelayan di seluruh Indonesia. Berdasarkan cara pengoperasiannya bagan dikelompokkan ke dalam jaring angkat namun karena menggunakakn lampu untuk mengumpulkan ikan, maka disebut light fishing Subani dan Barus, 1989. Bagan terdiri dari komponen-komponen penting yaitu jaring bagan, rumah bagan anjang-anjang, serok dan lampu. Di pelataran bagan terdapat alat penggulung roller yang terbuat dari kayu yang berfungsi untuk menurunkan atau mengangkat jaring bagan saat dioperasikan Subani dan Barus, 1989. Gambar 12 Alat tangkap bagan perahu boat liftnet Subani dan Barus,1989. 2.4 Pengembangan Perikanan Tangkap Pengembangan merupakan suatu istilah yang berarti suatu perubahan yang dilakukan dengan tujuan hasil yang lebih baik. Pengertian pengembangan dalam bidang perikanan yaitu keberlanjutan melalui suatu peningkatan produksi yang didasari suatu kebijakan akan meningkatkan produksi berikutnya. Inti dari pengembangan perikanan yaitu suatu perubahan yang ingin dicapai berdasarkan suatu tujuan atau perubahan yang kurang baik menjadi lebih baik. Tujuan suatu pengembangan yaitu untuk peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran Sandy, 1997 diacu dalam Priadi, 2006. Menurut Bahari 1989 bahwa pengembangan perikanan merupakan suatu proses atau kegiatan manusia untuk meningkatkan produksi dibidang perikanan sekaligus meningkatkan pendapatan nelayan melalui penerapan teknologi yang lebih baik. Haluan dan Nurani 1988 mengungkapkan hal yang berkaitan dengan seleksi teknologi, yaitu bahwa perkembangan perikanan dapat dilakukan melalui pengkajian aspek-aspek biologi-teknik-sosial-ekonomi. Selanjutnya dikatakan bahwa aspek-aspek tersebut penting untuk diperhatikan dalam pengembangan perikanan. Upaya pengembangan perikanan laut dan pengelolaan di masa datang akan lebih mudah dirasakan jika pengembangan perikanan dan pengelolaannya disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut DKP 2005, bahwa pengembangan sumberdaya perikanan di masa mendatang perlu persiapan lebih matang, untuk itu diperlukan langkah-langkah sebagai berikut : 1 perlu pengembangan prasarana perikanan, 2 pengembangan agroindustri, pemasaran dan permodalan, 3 pengembangan kelembagaan dan penyelenggaraan penyuluhan perikanan serta 4 pengembangan sistem informasi manajemen yang tepat. Rencana pembangunan jangka menengah RPJM sektor kelautan dan perikanan mengacu pada 3 tiga pilar utama pembangunan nasional yaitu : 1 pro poor , 2 pro job dan 3 pro growth. Sehingga tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah : 1 meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidaya ikan serta masyarakat kelautan dan perikanan lainnya melalui peningkatan kesempatan kerja dan produktivitas, 2 meningkatkan kontribusi sektor kelautan dan perikanan dalam perekonomian nasional seiring dengan pengurangan tingkat kemiskinan dan 3 mewujudkan kondisi lingkungan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkualitas menuju pembangunan yang berkelanjutan DKP, 2005. Monintja 1994, menyatakan bahwa perlu adanya pertimbangan suatu teknologi yang tepat untuk diterapkan didalam pengembangan perikanan. Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan teknologi dapat dikelompokkan menjadi 3tiga kelompok yaitu teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan, teknologi penangkapan ikan yang secara teknis, ekonomis, mutu dan pemasaran menguntungkan dan berkelanjutan. Kriteria untuk teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan yaitu; 1 selektivitas tinggi, 2 tidak destruktif terhadap habitat, 3 tidak membahayakan nelayan, 4 menghasilkan ikan bermutu baik, 5 produk tidak membahayakan kesehatan konsumen, 6 minimum hasil tangkapan yang terbuang, 7 dampak minimum terhadap keanekaragaman sumberdaya hayati, 8 tidak menangkap species yang dilindungi dan 9 diterima secara sosial.

2.5 Aplikasi Metode Analytical Hierarchy Process AHP