dilakukan dengan pendekatan sistem. Identifikasi dan analisa kebutuhan untuk masing-masing aktor yang berperan terhadap pengembangan sumberdaya
perikanan pelagis di Kota Sorong dilakukan sebagai langkah awal dalam memformulasikan alternatif kebijakan.
Pemilihan teknologi penangkapan ikan tepat guna untuk sumberdaya ikan pelagis di Kota Sorong sangat penting dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan
pemanfaatan sumberdaya perikanan pelagis secara optimal dan berkelanjutan. Upaya untuk meningkatkan produktivitas dengan penggunaan faktor-faktor
produksi secara efisien perlu dilakukan dengan pengkajian tentang faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi hasil tangkapan. Sehingga faktor-
faktor yang berperan merupakan faktor-faktor yang perlu dioptimalkan penggunaannya.
Pengkajian tentang pengembangan perikanan pelagis di Kota Sorong belum banyak dilakukan. Oleh karena itu dalam upaya pemanfaatan sumberdaya ikan
pelagis secara optimal dan berkelanjutan, perlu dilakukan kajian strategi kebijakan pengembangan perikanan pelagis, pengembangan teknologi penangkapan ikan
tepat guna dan faktor – faktor yang berpengaruh terhadap produksi hasil tangkapan ikan pelagis. Rangkaian kerangka pemikiran kajian pengembangan
perikanan pelagis di Kota Sorong tersebut dapat dikemukakan secara skematis seperti tersaji pada Gambar 2.
Gambar 2 Diagram alir kerangka pemikiran.
Kondisi terkini perikanan pelagis di Kota Sorong
Strategi pengembangan
perikanan pelagis
Menentukan faktor- faktor produksi
sumberdaya ikan pelagis tepat guna
Pemilihan teknologi penangkapan ikan
pelagis tepat guna Analisis perkembangan perikanan
pelagis di Kota Sorong
Pengembangan sumberdaya perikanan pelagis di Kota Sorong
Yang optimal berkelanjutan
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis
Ditinjau dari pembagian wilayah pengelolaan perikanan WPP di Indonesia, wilayah perairan Kota Sorong termasuk dalam wilayah pengelolaan perikanan
WPP VI yang meliputi perairan laut Seram dan teluk Tomini. Potensi sumberdaya ikan di WPP tersebut adalah sebesar 590.620 tontahun, sedangkan
total produksi pada tahun 2004 adalah sebesar 361.121 tontahun DKP, 2005. Kawasan pelagis terbagi secara horizontal dan vertikal. Secara horizontal
dibagi atas dua zona, yaitu : zona neritik, mencakup massa air yang terletak di atas paparan benua dan zona aceanik, yang meliputi seluruh perairan terbuka lainnya.
Secara vertikal terdiri atas zona epipelagik yang mempunyai kedalaman 100-150 m atau lebih umum disebut zona tembus cahaya. Zona ini merupakan kawasan
terjadinya produktivitas primer yang penting bagi kelangsungan kehidupan dalam laut. Kemudian zona di sebelah bawah epipelagik sampai pada kedalaman sekitar
700 m disebut zona mesopelagik. Pada kawasan zona ini penetrasi cahaya kurang atau bahkan berada dalam keadaan gelap Nybakken, 1992. Selanjutnya menurut
Nybakken 1992, organisma pelagis adalah organisma yang hidup di kolom air jauh dari dasar perairan. Organisma pelagis adalah organisma yang hidup di laut
terbuka lepas dari dasar laut dan menghuni seluruh daerah di perairan lepas yang dikenal dengan kawasan pelagis.
Menurut Uktolseja et al., 1998, sumberdaya ikan pelagis dibagi berdasarkan ukuran, yaitu ikan pelagis besar seperti kelompok tuna Thunidae
dan cakalang Katsuwonus pelamis, kelompok marlin Makaira sp, kelompok tongkol Euthynnus spp dan tenggiri Scomberomorus spp, selar Selaroides
leptolepis dan sunglir Elagastis bipinnulatus, sedangkan sumberdaya ikan pelagis kecil dikelompokkan antara lain : kluped seperti teri Stolephorus indicus,
japuh Dussumieria spp, lemuru Sardinella longiceps dan siro Amblygaster sirm, dan kelompok scrombroid seperti kembung Rastrellinger spp. Jenis ikan
pelagis besar, kecuali jenis tongkol biasanya berada pada perairan dengan salinitas yang lebih tinggi dan lebih dalam.
Jenis-jenis ikan pelagis yang dominan tertangkap dan bernilai ekonomis penting di Kota Sorong adalah :
2.1.1 Tuna Thunnus albacares Klasifikasi ikan tuna menurut Saanin 1984 adalah sebagai berikut:
Phylum : Chordata Sub phylum : Vertebrata
Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi Famili : Scombridae
Sub Famili : Thunnidae Genus : Thunnus
Species : Thunnus albacares Tubuh madidihang Thunnus albacares berbentuk torpedo fusiform,
memiliki tapis insang gill raker 27-23 buah. Terdapat 2 sirip punggung yang terpisah. Pada madidihang dewasa, siri punggung kedua sangat panjang dan
hampir mencapai sirip ekor. Sirip punggung kedua, sirip ekor dan finlet berwarna cerah dan pinggiran finlet berwarna hitam.
2.1.2 Cakalang Katsuwonus pelamis
Klasifikasi ikan cakalang menurut Saanin 1984 adalah sebagai berikut : Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei Ordo : Percomorphi
Famili : Scombridae Sub Famili : Thunninae
Genus : Katsuwonus Species : Katsuwonus pelamis
Ikan cakalang memiliki tubuh yang membulatmemanjang dan garis lateral. Ciri khas ikan cakalang adalah terdapatnya 4-6 garis berwarna hitam yang