insang. Namun demikian pancing tonda lebih menguntungkan dibandingkan dengan jaring insang.
5.2.2.2 Net benefit cost ratio Net BC
Hasil perhitungan Net BC adalah menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit akan diperoleh dari cost yang dikeluarkan. Berdasarkakn analisis Net BC
yang dilakukan terhadap keempat unit alat penangkapan pelagis di Kota Sorong, diperoleh bahwa keempat jenis alat penangkapan yakni jaring insang , bagan
perahu, pancing tonda dan pancing tuna memiliki nilai BC lebih besar dari 1. Dari hasil analisis Net BC tersebut nampak bahwa pancing tuna memiliki nilai BC
terbesar yaitu sebesar 1,80 diikuti oleh bagan perahu sebesar 1,22, pancing tonda sebesar 1,12 dan yang terendah adalah jaring insang sebesar 1,05.
5.2.2.3 Internal rate of return IRR
Internal rate of return IRR adalah merupakan discount rate yang dapat
membuat NPV proyek atau usaha sama dengan nol 0, atau yang dapat membuat BC ratio
sama dengan 1. Perhitungan IRR bertujuan untuk mengetahui keuntungan dari suatu usaha setiap tahun dan merupakan alat ukur bagi
kemampuan usaha dalam mengembalikan bunga pinjaman. IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu usaha.
Berdasarkan hasil analisis IRR terhadap keempat unit alat penangkapan pelagis di Kota Sorong menunjukkan keempat unit alat tangkap tersebut layak
dikembangkan karena memiliki nilai IRR diatas discount rate yang digunakan yaitu 18. Nilai IRR tertinggi sebesar 48,53 diperoleh dari pancing tonda,
44,47 dari pancing tuna, 42,31 dari bagan perahu dan 23,91 dari jaring insang.
5.3
Analisis AHP Penentuan Prioritas
Berdasarkan persepsi atau “judgement” berbagai pihak yang telah diwawancarai tentang alternatif pengembangan perikanan pelagis di Kota Sorong,
kemudian persepsi dari para responden di kuantifikasikan kedalam angka Saaty
0.602
0.271 0.127
0.000 0.100
0.200 0.300
0.400 0.500
0.600 0.700
Nelayan Pengusaha
Pemda dan akademisi
Aktor VP
1991 dan diolah dengan menggunakan program komputer Excel. Hasil olahan data primer dari persepsi responden adalah sebagai berikut :
5.3.1 Aktor atau pelaku perikanan pelagis
Aktor yang berperan dan sangat menentukan keberhasilan pengembangan perikanan pelagis di Kota Sorong adalah nelayan, pengusaha serta Pemerintah
daerah dan akademisi. Dari hasil analisis yang dilakukan Lampiran 4, nelayan mendapat prioritas
tertinggi dengan nilai 0,602. Prioritas kedua adalah pengusaha dengan nilai 0,271 dan prioritas ketiga adalah Pemerintah daerah dan akademisi dengan nilai 0,127.
Lebih jelasnya nilai prioritas aktor dapat dilihat pada Gambar 33.
Gambar 33 Aktor dan nilai prioritas pengembangan perikanan pelagis di Kota Sorong.
5.3.2
Kriteria yang dipertimbangkan dalam pengembangan perikanan pelagis di Kota Sorong.
Kriteria-kriteria yang efektif untuk dipertimbangkan dalam menentukan alternatif kebijakan pengembangan perikanan pelagis di Kota Sorong antara lain :
produksi hasil tangkapan, mutu hasil tangkapan, ketersediaan pasar, pendapatan usaha dan potensi sumberdaya ikan.
Dari hasil analisis, diperoleh bobot prioritas tertinggi sebesar 0,388 yaitu pada kriteria produksi hasil tangkapan, diikuti oleh prioritas kedua sebesar 0,249
untuk kriteria mutu hasil tangkapan, prioritas ketiga sebesar 0,182 untuk kriteria ketersediaan pasar, prioritas keempat sebesar 0,121 untuk kriteria pendapatan dan