Program-program yang perlu dilakukan dalam rangka peningkatan sarana dan prasarana penangkapan adalah :
1 Pembangunan tempat pelelangan ikan TPI lengkap dengan fasilitas-fasilitas pendukung.
2 Pembangunan dermaga perikanan rakyat. 3 Pembangunan pabrik es dan coldstorage.
4 Motorisasi unit penangkapan ikan bagi nelayan.
6.2.6 Peningkatan jumlah hasil tangkapan
Menurut nelayan, pengusaha dan Pemerintah bahwa kriteria produksi merupakan prioritas utama yang perlu di pertimbangkan dalam menentukan
pengembangan perikanan pelagis di Kota Sorong. Produksi hasil tangkapan adalah faktor yang paling menentukan dalam keberlanjutan usaha. Dalam rangka
meningkatkan pendapatan nelayan, maka salah satu upaya dalam pengembangan perikanan pelagis adalah meningkatkan jumlah hasil tangkapan dengan juga
memperhatikan kualitas mutu ikan. Jumlah hasil tangkapan meningkat disertai dengan kualitas mutu yang baik akan meningkatkan pendapatan usaha dan
pendapatan nelayan. Jenis ikan pelagis merupakan komoditi hasil perikanan yang bernilai ekonomis tinggi. Pemasaran jenis ikan pelagis cukup luas bail lokal,
domestik maupun ekspor. Sehingga komoditi jenis ini sangat berperan dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan dan pendapatan daerah.
Strategi meningkatkan jumlah hasil tangkapan perikanan pelagis diarahkan pada pencapaian pemanfaatan sumberdaya secara rasional. Untuk meningkatkan
produktivitas usaha nelayan, peningkatan jumlah hasil tangkapan diarahkan untuk lebih mengintensifkan upaya penangkapan yang ada.
6.3 Pengembangan alat tangkap berkelanjutan
Pengembangan alat tangkap berkelanjutan adalah salah satu alternatif strategi kebijakan pengembangan perikanan pelagis di Kota Sorong berdasarkan
analisis AHP yang dipilih untuk selanjutnya dikaji pengembangannya. Berdasarkan hasil pemilihan teknologi penangkapan ikan tepat guna untuk
pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis di Kota Sorong secara berkelanjutan,
menempatkan berturut-turut dari yang tertinggi sampai terendah yaitu bagan perahu, pancing tonda dan pancing tuna sebagai alat penangkapan yang memiliki
performance yang baik ditinjau dari aspek biologi, teknis, sosial dan ekonomi
sehingga merupakan alat tangkap yang cocok untuk dikembangkan bagi pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis secara berkelanjutan di Kota Sorong.
Berdasarkan penilaian aspek biologi, pancing tuna menempati urutan pertama diikuti oleh pancing tonda dan jaring insang. Sedangkan bagan perahu
menempati urutan ke empat. Namun demikian bagan perahu cukup selektif ditinjau dari cara pengoperasian alat tangkap. Cara pengoperasian bagan perahu
dinilai ramah lingkungan karena tidak merusak sumberdaya ikan dan lingkungan. pancing tuna handlines dan pancing tonda trolling lines merupakan alat
tangkap yang sangat selektif baik dari sisi komposisi dan ukuran ikan yang tertangkap maupun cara pengoperasian alat tangkap. Hal tersebut disebabkan
karena ukuran mata pancing yang digunakan dalam penangkapan tuna dan cakalang sangat menentukan ukuran ikan yang tertangkap. Penggunaan nomor
mata pancing yang seragam memungkinkan jenis ikan yang tertangkap hanya satu jenis dengan ukuran yang relatif seragam. Pengaruh eksploitasinya terhadap
kelestarian sumberdaya tidak membahayakan dan juga waktu musim ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan cukup lama. Menurut Monintja 1987 bahwa
alat tangkap yang tergolong dalam pancing yaitu rawai, tonda, huhate dan pancing dasar merupakan alat tangkap yang terbaik. Menurut Purbayanto 1991, bahwa
pancing tonda merupakan alat tangkap yang baik untuk dikembangkan di Pantai Timur Kabupaten Donggala karena memiliki selektivitas yang tinggi.
Dari aspek teknis alat tangkap, menunjukkan bagan perahu adalah urutan prioritas pertama diikuti oleh pancing tonda dan pancing tuna. Sesuai dengan
kriteria yang digunakan maka bagan perahu adalah alat tangkap yang paling produktif untuk penangkapan ikan pelagis di Kota Sorong. Berdasarkan prinsip
pengoperasian dengan bantuan lampu untuk mengumpulkan ikan, ikan-ikan jenis pelagis kecil akan mudah terkumpul. Ikan-ikan yang sudah terkumpul akan
dengan mudah ditangkap dengan menarik jaring keatas, sehingga ikan tidak akan lolos dari jaring. Tertariknya ikan pada cahaya karena sifat phototaksis positif
pada ikan. Cahaya merangsang dan menarik ikan untuk berkumpul pada sumber
cahaya atau karena rangsangan cahaya stimulus sehingga ikan akan memberikan responnya untuk mendekati sumber cahaya Ayodhyoa, 1981.
Keunggulan berdasarkan aspek ekonomi, menunjukkan bahwa pancing tuna adalah urutan prioritas pertama diikuti oleh bagan perahu dan pancing tonda.
Kriteria pada aspek ekonomi yang dipertimbangkan adalah dari sisi kelayakan usaha secara finansial dan sisi ekonominya adalah pendapatan hasil usaha. Unggul
secara finansial adalah kelayakan usaha yang ditinjau dari nilai net present value, net BC
dan internal rate return IRR dari masing - masing alat penangkapan. Pancing tuna unggul dari nilai NPV dan pendapatan per tenaga kerja per tahun.
Hal ini disebabkan karena adanya sistem kerja sama dengan pengusaha. Sehingga dapat memperpendek rantai pemasaran dan menekan biaya operasional dengan
adanya rumpon-rumpon dan armada pengangkut hasil tangkapan. Keunggulan berdasarkan aspek sosial dengan standarisasi comparative
performance index CPI , menunjukkan pancing tonda adalah alat tangkap
unggulan pada urutan prioritas pertama. Pancing tonda termasuk alat tangkap yang memiliki investasi dan biaya operasional yang rendah dibandingkan ketiga
alat tangkap lainnya, sehingga dapat dilakukan oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat nelayan di Kota Sorong memiliki
kemampuan ekonomi yang relatif rendah, sehingga dalam proses produksi nelayan akan menggunakan alat produksi dalam hal ini alat tangkap yang
investasinya relatif rendah dibandingkan alat tangkap lainnya. Dilihat dari tingkat penguasaan teknologi alat tangkap pancing tonda, juga relatif lebih mudah
dilakukan oleh nelayan jika dibandingkan dengan alat tangkap yang lain. Berdasarkan hasil analisa gabungan matriks indeks kinerja dengan CPI
terhadap aspek biologi, teknis, sosial dan ekonomi, menghasilkan bagan perahu menempati urutan prioritas pertama kemudian diikuti oleh pancing tonda dan
pancing tuna. Dari kriteria penyerapan tenaga kerja pada aspek sosial, bagan perahu lebih unggul dibandingkan dengan alat penangkapan yang lain. Begitu
juga dari aspek teknis, bagan perahu unggul karena memiliki kemampuan yang lebih besar untuk menangkap ikan pelagis dibandingkan dengan alat tangkap yang
lain. Walaupun hasil tangkapan bagan perahu adalah jenis ikan pelagis kecil yang memiliki nilai jual yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis ikan pelagis
besar, namun produksinya yang tinggi menyebabkan pendapatan juga lebih besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Subani dan Barus 1989 bahwa pada perikanan
tradisional bagan perahu termasuk jenis alat tangkap yang produktif dan cocok dikembangkan. Namun demikian pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis dengan
teknologi bagan perahu, pancing tonda dan pancing tuna dilakukan dengan prinsip kehati-hatian yaitu memperhatikan ketersediaan dan daya dukung sumberdaya
ikan dan sebagai dasar pengembangannya harus tetap ditunjang informasi tentang potensi sumberdaya ikan pelagis serta upaya optimum yang diizinkan.
6.4 Faktor-faktor Teknis Produksi