Pancing tuna handlines .1 Bagan perahu boat liftnet

Sesuai dengan pendapat Widodo 2001 bahwa dalam sebagian besar perikanan rawai dasar dan rawai apung, kekuatan menangkap ditentukan oleh jumlah pancing yang dioperasikan selama suatu operasi penangkapan. Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk pancing tonda, upaya penangkapan sebaiknya diukur dengan salah satunya adalah jumlah pancing. Koefisien regresi faktor teknis jumlah mata pancing X 2 sebesar 2870 berarti searah dengan peningkatan jumlah hasil tangkapan. Setiap penambahan satu mata pancing akan meningkatkan hasil tangkapan sebesar satu satuan 2870 dalam keadaan cateris peribus. Koefisien regresi faktor teknis jumlah pancing X 6 sebesar 3767 berarti searah dengan peningkatan jumlah hasil tangkapan. Setiap penambahan 1 satu unit pancing akan meningkatkan hasil tangkapan sebesar satu satuan 3767 dalam keadaan cateris peribus. Hubungan antara faktor-faktor input yang berpengaruh seperti tercermin pada Gambar 40, terlihat bahwa dengan penambahan jumlah mata pancing dan jumlah pancing maka produksi juga akan meningkat dengan faktor lain ceteris paribus . Sehingga dapat diasumsikan bahwa tingkat optimum untuk jumlah mata pancing adalah 3 unit dan jumlah pancing sebanyak 11 unit.

6.4.3 Pancing tuna handlines

Berdasarkan analisis regresi linier berganda Lampiran 8, menunjukkan model persamaan pendugaan fungsi produksi pancing tuna di Kota Sorong adalah sebagai berikut : Y = - 47811 - 2055 X 1 - 143 X 2 + 0.3 X 3 + 9172 X 4 + 6513 X 5 dengan nilai koefisien determinasi R 2 = 53,9. Nilai koefisien determinasi tersebut berarti model penduga yang diperoleh dapat menjelaskan model sesungguhnya sebesar 53,9, sedangkan sisanya 46,1 dijelaskan oleh faktor lain di luar model. Nilai intersep yang diperoleh negatif yang menunjukkan bahwa titik potong garis regresi terletak pada sumbu y negatif. Nilai koefisien untuk jumlah jam operasi, jumlah tenaga kerja dan pengalaman nelayan adalah positif. Hal ini dapat diartikan bahwa penambahan seluruh faktor input tersebut akan meningkatkan produksi pancing tuna. Demikian pula sebaliknya apabila dilakukan pengurangan terhadap faktor input ini akan menurunkan hasil tangkapan. Khusus untuk ukuran perahu dan jumlah mata pancing, koefisien yang diperoleh bernilai negatif, artinya bahwa penambahan ukuran perahu dan jumlah mata pancing akan menurunkan produksi dan sebaliknya jika dilakukan pengurangan ukuran perahu dan jumlah mata pancing akan meningkatkan produksi. Dari hasil uji korelasi variabel-variabel independen, diperoleh adanya multikolinieritas antar variabel independen. Sehingga untuk mendapatkan model regresi yang tepat dilakukan dengan analisis regresi stepwise. Hasil analisis regresi stepwise menghasilkan model persamaan fungsi produksi sebagai berikut : Y = -49078 + 8800X 4 + 6456 X 5 . Secara parsial jumlah tenaga kerja dan pengalaman nelayan berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan pancing tuna pada taraf 0.05 dengan R 2 = 53,7. P value dari masing-masing variabel menunjukkan nilai dari nilai tingkat kepercayaan yang digunakan yakni 0.05. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari variabel jumlah tenaga kerja dan pengalaman nelayan terhadap hasil tangkapan pancing tuna. Sesuai dengan pendapat Ayodhyoa 1981 bahwa pada perikanan pancing, jumlah nelayan dan keahlian perseorangan sangat menentukan hasil tangkapan. Hubungan antara faktor-faktor input yang berpengaruh seperti tercermin pada Gambar 42, terlihat bahwa dengan penambahan jumlah nelayan dan pengalaman maka produksi juga akan meningkat dengan faktor lain ceteris paribus . Sehingga dapat diasumsikan bahwa tingkat optimum untuk jumlah nelayan pada pancing tuna adalah sebanyak 4 orang dan pengalaman nelayan adalah 17 tahun. Koefisien regresi faktor teknis jumlah tenaga kerja X 4 sebesar 8800 berarti searah dengan peningkatan jumlah hasil tangkapan. Setiap penambahan satu orang tenaga kerja akan meningkatkan hasil tangkapan sebesar satu satuan 8800 dalam keadaan cateris peribus. Rata-rata jumlah tenaga kerja pada unit armada penangkapan Tuna dengan pancing tuna handlines di Kota Sorong adalah 1satu orang. Proses penangkapan tuna sangat dibutuhkan hasil tangkapan yang berkualitas segar karena akan diproses menjadi produk fillet. Ukuran dan kesegaran daging tuna sangat menentukan harga jual. Oleh karenanya tenaga kerja yang hanya berjumlah 1 satu orang akan mengurangi kecepatan proses penangkapan yang tentunya akan berpengaruh pula terhadap jumlah dan kualitas ikan hasil tangkapan. Koefisien regresi faktor teknis pengalaman nelayan X 5 sebesar 6456 berarti searah dengan peningkatan jumlah hasil tangkapan. Setiap penambahan 1 satu tahun pengalaman nelayan akan meningkatkan hasil tangkapan sebesar satu satuan 6456 dalam keadaan cateris peribus. Faktor teknis pengalaman nelayan X 5 berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan tuna dengan pancing tuna handlines di Kota Sorong karena ukuran dan kesegaran ikan hasil tangkapan menjadi hal yang penting bagi penangkapan tuna di Kota Sorong. Hal ini berkaitan dengan pemasaran hasil tangkapan tuna dalam bentuk produk olahan fillet . Oleh karenanya pengalaman nelayan dalam melakukan operasi penangkapan menjadi penting. 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan