11 Teknis pengumpulan adalah dengan cara mendatangi sumber untuk
mengambil sampah. Pengumpulan dilakukan secara manual dengan peralatan bantu berupa gerobak atau sejenisnya. Bila sampah dari suatu sumber jumlahnya
cukup tinggi, misalnya dari pasar atau supermarket, pengumpulan dilakukan dengan truk yang akan langsung mengangkut sampah tersebut ke tempat
pembuangan akhir. Pemindahan sampai dengan pembuangan sampah umumnya dilakukan oleh
pengelola persampahan. Sampah hasil pengumpulan akan dikumpulkan di lokasi pemindahan transfer depo untuk nantinya diangkut ke tempat pembuangan akhir
TPA. Lokasi pemindahan secara prinsip berupa area tempat menumpahkan sampah dari alat pengumpul gerobak. Untuk menjaga kebersihan, lokasi
pemindahaan saat ini umumnya berupa kontainer tertutup yang selanjutnya akan diangkut ke TPA. Pengangkutan sampah dapat dilakukan dengan berbagai jenis
truk, mulai dari truk terbuka sampai truk yang dilengkapi dengan alat pemadat kompaktor. Metode pembuangan akhir yang umum dipakai di Indonesia adalah
open dumping penimbunan terbuka. Mengingat akibat yang banyak timbul, yaitu
bau dan pencemaran air tanah oleh leachate, metode ini secara berangsur telah diganti dengan sanitary atau controlled landfill Schubeler 1996.
2.1.2. Aspek Organisasi
Organisasi pengelola persampahan di Indonesia tampak cukup beragam, umumnya disesuaikan dengan jumlah sampah yang harus ditangani. Beberapa
bentuk organisasi yang dikenal ada Seksi, Sub Dinas, Dinas, dan Perusahaan Daerah Kebersihan. Organisasi tersebut bisa khusus menangani sampah atau
campuran. Kabupaten Sleman, misalnya, pengelolaan persampahan dilakukan oleh Seksi Kebersihan dan Pertamanan Sub Dinas Cipta Karya - Dinas Pekerjaan
Umum, Pengairan dan Pertambangan PUPP Kabupaten Sleman. Penangan secara tercampur juga ditemui di Kota Balikpapan, yaitu pengelolaan
persampahan yang berada dibawah tanggung jawab Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman. Namun ada pula kota-kota yang sudah mempunyai organisasi
yang khusus menangani sampah, misalnya Kota Bekasi yang sampahnya dikelola
12 oleh Sub Dinas Kebersihan DPU, atau sampah Kota Mataram dan Palembang
yang dikelola oleh Dinas Kebersihan. Di Kota Makassar, pengelolaan sampah dilakukan oleh 3 badan, yaitu Dinas Keindahan untuk kota Makassar, Perusahaan
Daerah Kebersihan untuk Kecamatan Tamalan Rea dan Kecamatan Birikanay, dan perusahaan swasta untuk daerah permukiman real estate. Ada pula
kerjasama antara beberapa kota dalam pengelolaan persampahan, misalnya dalam hal pembuangan akhir. Sebagai contoh adalah TPA Piyungan yang berada di
Kabupaten Bantul yang berfungsi sebagai TPA gabungan dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul. Semula, Kabupaten Sleman
mempunyai TPA sendiri yang berada di Tambak Boyo. Namun TPA ini berada pada elevasi tinggi, sedemikian rupa sehingga berpotensi mencemari daerah-
daerah yang lebih rendah. Penggunaan TPA Piyungan merupakan solusi yang paling aman karena terletak pada elevasi terendah terhadap Kota Yogyakarta,
Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul. Kota Bandung telah memiliki organisasi yang lebih mandiri, yaitu Perusahaan Daerah Kebersihan Departemen
Kimpraswil 2003. Kondisi yang beragam dari organisasi pengelolaan persampahan secara
langsung juga memperlihatkan adanya keragaman dalam lingkup tanggung jawab dan kewenangan. Organisasi dengan bentuk Seksi, misalnya, memperlihatkan
relatif kecilnya kewenangan yang dimiliki dan panjangnya jalur birokrasi yang harus dilalui dalam pengajuan sarana untuk pelaksanaan operasi dilapangan.
Perusahaan Daerah lebih memiliki keleluasaan namun pada umumnya belum mampu mandiri, terutama dalam hal pendanaan mengingat terbatasnya
kemampuan masyarakat dalam membayar retribusi sampah. Bentuk badan pengelola persampahan dan dasar hukum pembentukan badan
pengelola umumnya sesuai dengan kategori kota berdasarkan kriteria Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Kimpraswil yaitu untuk kota besar
metropolitan dengan jumlah penduduk antara 500.000 sampai dengan 1.000.000 jiwa bentuk organisasi pengelola adalah Perusahaan Daerah atau Dinas
Kebersihan dan Pertamanan; untuk kota sedang dengan jumlah penduduk antara 200.000 sampai 500.000 jiwa bentuk organisasi pengelola adalah Dinas
Kebersihan dan Pertamanan; untuk kota kecil dengan jumlah penduduk sebesar
13 antara 20.000 sampai 200.000 jiwa bentuk organisasi pengelola Suku Dinas
Kebersihan dan Pertamanan atau Seksi dibawah Dinas PU.
2.1.3. Aspek Pembiayaan