Organisasi Pengelolaan Sampah Kota Bandung

44

4.1.2. Organisasi

Pada Gambar 12 yang menunjukkan struktur organisasi tampak bahwa Kota Bandung dibagi menjadi empat wilayah operasional yaitu Wilayah Bandung Utara, Wilayah Bandung Barat, Wilayah Bandung Timur dan Wilayah Bandung Selatan. Setiap wilayah operasional membawahi Seksi Kebersihan untun setiap kecamatan. Seksi Kebersihan ini merupakan perpanjangan tangan dari PD Kebersihan di setiap kecamatan. Visi dari Perusahaan Daerah Kebersihan adalah Bandung Bersih Tanggung Jawab Bersama, dengan misi yaitu menyelenggarakan usaha jasa pengelolaan sampah kebersihan kepada masyarakat di permukiman, pasar dan tempat kegiatan usaha dan Pemerintah Kota dalam mengelola kebersihan jalan dan fasilitas umum. Tugas pokok dari PD Kebersihan adalah melestarikan lingkungan, secara khusus memelihara dan meningkatkan kebersiha n kota sebagai usaha menjamin terwujudnya kota yang rapi, bersih dan sehat. Jumlah pegawai PD Kebersihan 1.696 orang, terdiri dari pegawai administrasi sebanyak 440 orang dan pegawai operasional 1.256 orang, diantaranya terdapat 225 orang berstatus pegawai harian. Dibandingkan dengan jumlah penduduk Kota Bandung tahun 2005, yaitu 2.232.624 jiwa, maka perbandingan antara personil pengelolaan sampah dengan penduduk adalah 1 : 1300 PD Kebersihan 2005. Sesuai fungsinya sebagai pengelola sampah Kota Bandung, PD Kebersihan berfungsi sebagai operator dan regulator. Sebagai operator, PD Kebersihan adalah pengelola tunggal dalam arti tidak melakukan kerjasama dengan pihak swasta dalam melaksanakan tugas pelayanan persampahan. Keadaan ini membuat fungsi regulator tidak berjalan optimal. 46

4.1.3. Pembiayaan

Pembiayaan pengelolaan persampahan Kota Bandung diperoleh dari retribusi yang dibayar oleh masyarakat dan dana dari pemerintah kota. Jumlah penerimaan dan pengeluaran PD Kebersihan dari tahun 2000 sampai 2004 disajikan pada Tabel 8. Pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2003 PD Kebersihan mengalami defisit namun pada tahun 2004 jumlah penerimaan sudah lebih besar dibandingkan pengeluaran. Besarnya retribusi sampah bagi setiap jenis sumber sampah ditentukan sesuai Surat Keputusan Walikota Nomor 44 Tahun 2002 tentang Tarif Jasa Pelayanan Kebersihan. Sumber sampah atau objek retribusi dibagi menjadi empat kategori yaitu rumah tinggal, usaha komersial dan non komersial, panti sosial dan tempat ibadah, pedagang pasar dan pedagang tidak tetap, dan kendaraan umum. Bagi rumah tinggal, retribusi adalah untuk membiayai operasi di TPS, pengangkutan sampah ke TPA dan pembuangan sampah di TPA. Rumah tinggal dibagi menjadi enam kelas berdasarkan luas tanah atau luas bangunan atau daya listrik terpasang. Pemungutan retribusi untuk rumah tinggal dilakukan dengan bekerja sama dengan Perusahaan Umum Listrik Negara PLN, sehingga besarnya retribusi ditentukan berdasarkan daya listrik terpasang. Pada prakteknya, retribusi sampah sifatnya tidak menyatu dengan rekening listrik sehingga tidak semua pelanggan listrik membayar retribusi sampah. Hal ini menyebabkan hasil pungutan retribusi hanya mencapai 56 dari target PD Kebersihan 2005. Berdasarkan hal ini maka perlu dibuat sistem pemungutan retribusi yang lebih efektif, misalnya dilakukan oleh RTRW yaitu bersamaan dengan saat pemungutan iuran sampah lokal. Tabel 8 Jumlah penerimaan dan pengeluaran PD Kebersihan 2005 Keadaan Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 Penerimaan 12.331 15.254 17.295 20.232 22.201 Pengeluaran 13.592 14.572 17.963 20.929 21.762 dalam juta rupiah 47

4.1.4. Peraturan

Peraturan yang berhubungan dengan pengelolaan persampahan Kota Bandung meliputi : 1. Peraturan Walikota Bandung Nomor 101 tahun 2006 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung. 2. Peraturan Daerah Nomor 27 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kebersihan di Kota Bandung. 3. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 11 tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 03 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan. 4. Keputusan Walikota Bandung Nomor 644 Tahun 2002 tentang Tarif Jasa Kebersihan di Kota Bandung. Berdasarkan peraturan-peraturan yang ada, terdapat peraturan yang mengatur masalah usaha 3R dengan tujuan minimasi jumlah sampah yaitu Peraturan Daerah Nomor 27 tahun 2001. Sehubungan dengan kejadian longsor pada TPA Leuwigajah diterbitkan beberapa kali Surat Edaran Walikota Bandung yang berisi himbauan kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan 3R.

4.1.5. Peranserta Masyarakat

Bentuk peranserta masyarakat yang sudah berjalan adalah membayar iuran sampah untuk biaya opersional pengumpulan sampah oleh RTRW dan retribusi untuk biaya opersional pemindahan, pengangkutan dan pembuangan sampah ke TPS oleh PD Kebersihan. Sistem operasi yang digunakan baik oleh RTRW maupun PD Kebersihan adalah sistem tercampur sehingga masyarakat tidak terdorong untuk melakukan pemilahan di sumber. Pembinaan masyarakat untuk mau melakukan pemilahan juga belum tampak dilakukan oleh RTRW ataupun PD Kebersihan. Aspek peran serta atau partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah kota dalam model pengembangan kelembagaan melibatkan seluruh stakeholder. Penelitian melibatkan masyarakat penghasil sampah yaitu rumah tangga; masyarakat pengelola sampah yaitu RT, RW, kelurahan dan kecamatan;